Call Me Once Again

840 70 9
                                    

《Iron-Dad》

A/N: For some reason aku mulai jarang nulis lagi, karena aku lagi suka sama salah satu Manhwa yang aku baca, novel yang baru aku beli, dan 'novel project' yang lagi aku revisi. Dan aku bener-bener jadi lupa dengan 'Eccedentesiast' so... I kinda missed something a lot. So, here is it...

~~~

Peter 𝟣𝟨:𝟦𝟧

Mr. Stark

Hari ini adalah hari yang luar biasa!

Mr. Harrington memujiku karena aku berhasil mendapatkan nilai tertinggi di kelas

Aku juga berhasil mencegah banyak kejahatan di Queens, Mr. Stark!

Hanya saja, aku ingin tahu apa misi selanjutnya yang bisa aku tangani

Jangan lupa kabari aku. Peter

Parker

Dan chat mereka berhenti begitu saja. Jika kalian lihat, mungkin diantara mereka hanya Peter lah yang paling aktif memberi kabar pada mentornya, Tony Stark. Tidak ada satupun chat Peter yang dibalas atau digubris oleh mentornya. Apalagi Happy. Bahkan menjawab teleponnya saja ogah. Mereka layaknya telah putus hubungan setelah kejadian Civil War itu. Peter jadi merasa agak kecewa dengan hal itu karena bagi Peter, Tony hanya datang padanya karena Tony membutuhkannya. Tetapi ketika Peter yang membutuhkan Tony, Tony menghilang bagai Gennie di dalam lampu ajaib.

Peter saat ini sedang duduk di salah satu balkon apartement seseorang sambil melahap Churros nya. Churros itu diberikan oleh seorang wanita baik hati yang barusan Peter bantu. Well, menjadi pahlawan super adalah keinginan Peter since dia tidak punya siapa-siapa dan apa-apa dalam hidupnya. Dia ingin kebahagiaan yang tidak pernah bisa ia dapatkan dari orang lain. Dia ingin membawa kebahagiaan di wajah semua orang sebisanya, dan itulah alasannya ingin terus menjadi pahlawan tanpa meragukan hal itu sama sekali. Jika mungkin ia harus mati karena profesinya itu, ia tidak peduli. Jika dia harus menjadi orang terakhir yang bisa berusaha membawa keselamatan dan kebahagiaan bagi orang lain, maka ia bersedia.

Tetapi kemudian, sesuatu muncul begitu saja dalam pikirannya. Seketika ia mengingat bagaimana ia bisa melakukannya jika kesempatannya untuk hidup semakin menipis? Ia Berpikir, apa yang bisa ia lakukan untuk tetap menyelamatkan dunia walau dirinya sudah tiada? Apa dia harus memberikan legacy nya pada orang lain? Hell no, dia bukan Tony Stark. Dia bukan siapa-siapa. Ya, walau begitu, hal simple seperti itu masih ia pusingkan dan menyimpannya untuk dirinya sendiri.

Peter menggelengkan kepalanya, berusaha menyingkirkan pemikiran seperti itu dari kepalanya. Dia pun berpikir untuk kembali ke apartement sepi nya dan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya yang menumpuk itu. Guru-guru memang tidak memiliki hati. Apa mereka tidak pernah berpikir mengenai masalah yang bisa saja murid itu dapatkan dirumah? Apa mereka pernah memikirkan depresi dan Anxiety yang murid-murid dapatkan? 'Mereka hanya anak-anak, kenapa mereka harus depresi? Mereka tidak punya beban pikiran selain sekolah!' Oh really? Tidak semua anak bahagia seperti pemikiran guru-guru tak punya otak itu. Setidaknya mereka harus memikirkan perasaan hati dan otak murid-murid mu karena kau tidak tahu beban masalah dan stress tiap orang.

Tapi, ya, apa kalian penasaran mengenai keadaan Peter? Well, dia mengidap Thalassemia Mayor. Tidak begitu paham apa itu, tetapi intinya penyakit itu adalah penyakit anemia akut. Dia perlu transfusi darah rutin dan perawatan medis yang tidak murah. Itilah kenapa saat ini, ia sekolah sambil bekerja, untuk memenuhi biaya perawatannya. Setelah Bibi May-nya meninggal karena kecelakaan, ia jadi tidak rutin memeriksakan dirinya lagi, mengingat keuangannya mulai terganggu. Dia bahkan sudah pasrah jika dia harus mati hari itu juga. Karena begitu, ia jadi sering sesak nafas dan pingsan disekolah.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang