From The Side Of Road

734 38 3
                                    

SupFam》

A/N: Okay, sudah lama Author udah jarang nulis karena Author lagi suka baca. Dan... gara-gara Author terbiasa dengan kesibukan sekolah. Akhirnya sekarang saat-saat libur, makanya Author mencoba untuk menulis lagi. Dan Author lagi gabut, jadi... yaudah.

Maka dari itu, mohon dimaafkan jika cerita Author ada kekurangan. Entah terlalu pendek, gak nyambung, atau apapun itu. Aku mencoba menjadi Pro yang udah lama gak latihan :)

~~~

Udara dingin mulai terasa seiring turunnya salju yang ditunggu orang-orang. Peter tidak begitu menyukai salju. Sungguh. Entahlah, dia tidak tahu dia harus membencinya atau hanya... tidak menyukainya. Udara dingin kadang terdengar berbahaya bagi beberapa orang. Apalagi untuk para anak jalanan yang tidak memiliki pakaian cukup untuk menutupi tubuhnya. Atau rumah hangat yang bisa menenangkan dirinya ketika dingin menyergap. Peter pernah merasakannya, bagaimana pun itu. Sebenarnya, dia tidak begitu tahu bagaimana rasanya. Karena dari yang dia tahu dari Papa nya, dia ditemukan di sebuah gang dekat tong sampah di tengah hujan salju yang cukup lebat. Mendengarnya, Peter merasa ngeri serta bersyukur bahwa Papa nya ada di sana untuk menolong dirinya yang masih bayi itu.

Peter hanya duduk di atas tempat tidurnya sambil memandang jendela kamarnya yang besar itu. Dia tidak lagi tinggal di jalanan. Tidak lagi di apartement sederhana Papa nya itu. Sekarang, ia tinggal di Avengers Tower. Yap, sebuah natal pertamanya sebagai tuan rumah dari Avengers Tower. Maksudnya, benar-benar tuan rumah di sana. Papa tersayangnya, Steve Rogers, telah resmi menikahi Tony Stark; sang Iron-Man yang sekarang adalah Ayah nya. Rasanya seperti kemarin ia dikenalkan oleh kekasih Papa nya, dan sekarang mereka sudah menjadi keluarga.

Tahun ini, adalah natal ke-16 nya selama ia hidup. Dan ia sangat ingat, setiap natal akan memiliki dramanya sekarang. 'Wow, natal. Menyenangkan. Aku penasaran apa yang akan terjadi sekarang' batinnya. Sejujurnya, dia tidak begitu menyukai natal seperti anak-anak lain. Entahlah, kepercayaannya akan 'keajaiban Natal' tidak ada sepenuhnya. Dia terlalu cerdas untuk mengetahui bahwa Santa tidak ada di kehidupan nyata saat umurnya 6 tahun. Bahkan takhayul bahwa Rusa Terbang adalah hewan peliharaan Santa, serta mitos tentang Santa yang datang lewat cerobong asap dan meletakkan hadiah di bawah pohon natal. Dan lagi, tak ada definisi 'jika kau menjadi anak baik, kau akan mendapatkan hadiah dari Santa'. Peter merasa, bahwa Natal adalah acara yang penuh omong kosong. Dia merayakannya. Tetapi tidak semenyenangkan itu.

Dia ingat pada Natal ke-10 nya, dia harus berhadapan dengan Steve yang sedang marah. Steve membentaknya ketika Peter membuat kejutan pada Steve: dengan membuat biskuit yang sering Steve buat untuknya. Alih-alih mendapatkan hasil yang bagus, ia malah mendapatkan bentakan dari sang Papa karena Peter hanya memberantaki dapur. Steve berteriak padanya, dan hal itu membuat Peter ketakutan dan menangis di kamarnya selama 4 jam. Bagaimana pun juga, melihat anak satu-satunya ketakutan dan menangis seperti itu, membuat hatinya teriris. Peter bisa saja dehidrasi karena terus menangis. Belum lagi trauma yang berkepanjangan yang tak ingin Steve hadapi dari Peter. Maka dari itu, Steve mengetuk pintu kamarnya dan memohon padanya untuk membuka kan pintunya. Beruntung lah, Peter masih mengharapkan Steve untuk masuk dan meminta maaf padanya. Untuk anak berumur 10 tahun, sepertinya hal itu sudah biasa. Namun keinginan Peter tidak membuat Steve tinggi hati dan merasa benar akan bentakannya. Dia tetap memberanikan diri untuk masuk, menghadapi tantrum yang akan Peter keluarkan padanya, dan meminta maaf padanya dengan tulus. Alih-alih mendapatkan tantrum, Steve malah dihadapkan oleh Peter yang menangis di dalam pelukannya. Tentu saja, Steve tidak bisa membiarkannya bersedih seperti itu. Dia memeluknya erat, lalu mengusap punggungnya perlahan.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang