A/N: Okay, buat Shipper Stony, part ini merupakan salah satu 'surga'. Tetapi buat kalian yang... homophobic, it's okay, no need to read this. Kalian bisa skip aja okay?
Ini gak ada unsur 17+ nya, karena pada dasarnya aku belum 17, dan aku belum mengerti 100% soal... 'itu'. Jadi kalian tenang, ini akan cute doang kok.
Dan aku juga mengambil referensi dari komik Instagram.
~~~
"I've Never Just Stop There "
Steve menghela nafasnya lelah. Peluh memenuhi tubuhnya dan nafasnya terasa agak sesak. Apalagi setelah dia melakukan rutinitasnya, yaitu berlari pagi. Steve keluar dari lift dan langsung mengarah ke dapur untuk mengambil air. Dia merasa agak heran. Kemana orang-orang berada? Tempat ini terasa lebih sepi daripada biasanya.
"FRIDAY, kemana yang lainnya?" Tanya Steve kepada AI milik Tony, FRIDAY.
"Semua sedang pergi untuk misi sir, tetapi Mr. Stark ada di dalam lab nya." Jawab AI itu. Steve hanya menganggukkan kepalanya perlahan dan berterimakasih.
Steve berjalan perlahan ke arah lab Tony. Disana dia bisa melihat Tony yang sedang bekerja keras membuat entah sesuatu yang tidak dimengertinya. Sesuatu yang hanya Tony ketahui.
Steve memasukkan kode labnya, lalu mulai berjalan perlahan kearah kekasihnya itu yang sedang memperbaiki lengan Iron-Man nya? Entahlah, dia tak tahu. Apapun itu, dia langsung melingkarkan lengannya di leher Tony dan memeluknya perlahan. Sayangnya, Tony tidak teralihkan. Kalian tahu kan jika si genius, billionaire, playboy, philanthropist itu sedang sibuk, dia tidak bisa diganggu.
"Istirahatlah Tony." Ucapnya lembut sambil menimbun wajahnya (bukan masker) di atas kepala Tony. Tetap saja Tony hanya sibuk dengan berbagai perhitungan dan berkomunikasi dengan FRIDAY. Ketimbang dirinya.
"Tony..." Ucap Steve mulai berbisik dengan sangat tenang. Sayangnya hal itu membuat Tony agak terganggu.
"Capt, aku sedang sibuk. Kau pergi saja." Ucap Tony yang terkesan mengusir Steve. Steve agak kaget dengan ucapannya. Tetapi dia tahu, Tony sedang sibuk, jadi dia tidak perlu mengganggunya. Sebelum pergi, ia melayangkan satu kecupannya pada tengkuk Tony membuat empunya merasa nyaman.
"Jika kau butuh aku, aku ada dikamar." Ucapnya lalu pergi, sebisa mungkin tidak membuat suara agar Tony tidak terganggu. Lalu dengan seketika, Steve sudah tidak ada diruangan itu lagi.
Tony menghembuskan nafasnya. Dia lelah, ya, lelah. Dia ingin istirahat, tetapi ambisinya untuk menyelesaikan apa yang sedang dia buat ini membuat matanya tidak ingin tertutup jika dia tidak segera menyelesaikannya. Tetapi disisi lain, dia merasa sangat bersalah sudah mengusir kekasihnya seperti itu.
Maksudku, kapan Tony pernah mengerti Steve? Ketika Tony membutuhkan, Steve selalu ada disana. Jika Tony dalam kesulitan, Steve selalu ada disana. Jika Tony lelah, Steve selalu ada disana. Steve selalu membantunya dalam senang maupun duka, tetapi yang ia lakukan ini sangat egois. Dia seharusnya tidak menyuruh Steve pergi. Sekarang ruangan itu hanya terasa hampa tanpa suara Steve yang menyuruhnya tidur.
Biasanya Steve akan bersikeras menyuruh Tony untuk istirahat. Katakan saja bahwa Steve tidak akan berhenti sebelum Tony tidur. Bahkan Steve akan ikut terjaga bersama Tony. Tetapi sekarang? Kenapa Steve sangat pasrah? Apa dia ada masalah? Apa dia marah? Tony jadi tidak tenang begini. Dia langsung berdiri dari posisinya, dan berjalan ke kamarnya. Tempat dimana Steve pasti ada disana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
Fanfiction[BAHASA INDONESIA] (HIATUS) Kumpulan Avengers AU. - More of Peter Parker - STONY - and Irondad Story that will be forever. Semoga longlast sampai 2 tahun, dan semoga kalian suka tiap partnya. Jangan lupa untuk tetap setia dan tetap mau menunggu kela...