No One Can Seperated Us

1K 71 1
                                    

《Iron-Dad》

A/N: Another angst guys! :'

Okay, jadi ceritanya Peter selamat dari decimation. But who says he still alive?

~~~

Thanos menang. Tidak ada lagi yang tersisa dari dunia. Kecuali separuh dari mereka yang beruntung dan berhasil selamat. Seperti, Tony, Nebula, dan Peter. Mereka terjebak di luar angkasa. Tempat yang jujur, bagi Peter dan Tony sangatlah asing. Apalagi dengan kapal luar angkasa Titan itu yang sudah tidak berfungsi sepenuhnya. Sekarang, mereka hanya bisa pasrah, membiarkan kapal luar angkasa itu terombang-ambing di luar angkasa tanpa tujuan jelas. Persediaan makanan, minuman, dan oksigen sudah sangat menipis. Beberapa orang yang tidak selamat dari pelanet itu adalah Doctor Strange dan para Guardians of The Galaxy.

Sebuah keberuntungan Nebula adalah seorang robot. Ia tidak membutuhkan oksigen untuk bernapas. Tetapi Peter dan Tony membutuhkannya. Peter sekarang sedang berada dipangkuan ayahnya. Dieluslah rambut curly Peter agar anak itu bisa tenang. Sesekali Tony mengecupnya, memberikan perasasn bahwa anak itu sangat berharga baginya. Peter hanya menatap lurus ke arah kaca jendela, melihat langit-langit galaxy yang sangat membosankan. Trauma masih ia alami dan sekarang? Spider-Sense nya yang selalu mengisyaratkan kegilaan setiap harinya sangatlah menyiksa dirinya. Dia tahu kapan suatu hari ia akan mati. Tetapi ia tidak tahu kapan tepatnya.

"Dad, kapan ini berakhir?" Tanya Peter parau. Tony tidak bisa melihat anaknya yang terlihat sangatlah tersiksa. Ia ingin meminta agar Peter tetap tenang dan ia akan baik-baik saja, tetapi sulit saat keadaan sedang berbanding berbalik darinya. Tony semakin medekatkan kepala pria itu ke lehernya.

"Entahlah. Tapi pasti berakhir Pete." Hanya itu jawaban terbaik yang ia miliki untuk menghibur Peter. Walaupun Peter sepertinya tidak terhibur.

"It hurts a lot." Gumamnya. Mata Tony menjadi gila. Ia tidak ingin putranya tersakiti sedikit pun.

"Where baby bear?" Tanya Tony sambil sibuk mencari asal luka. Peter langsung menggeleng dengan tatapan kosongnya.

"Everywhere. Spider-Sense ku tidak bisa membiarkan ku tenang dad. Please, make it stop. I want go home." Ucapnya sambil menangis di dada Tony. Dia semakin menguburkan dirinya disana, merasakan kehangatan dari dada ayahnya yang sangat ia sayangi. Tony tidak bisa melihat putranya begini. Memohon agar semuanya berhenti disaat dirinya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa.

"We will. Kita akan pulang Peter. Percayalah padaku." Hanya itu yang bisa Tony berikan untuk menenangkan anaknya itu.

Hari demi hari berganti dan tak ada perubahan. Peter dan Tony terlihat lebih seperti mayat hidup. Peter duduk di sebelah tubuh ayahnya yang terlihat sangat lemas. Peter tak suka melihat ayahnya begitu. Ia mengecup tangan Tony berkali-kali sembari melihat pergerakan dada ayahnya yang mulai melambat. Jujur, sebenarnya dia juga sekarat. Berkali-kali nafasnya terasa sesak dan rasanya sangat betat untuk menghirup nafas. Tetapi berkat Iron-Spider nya, yang masih menyimpan banyak pasokan oksigen, dirinya bisa selamat dari semua itu. Ia baru saja ingin memakai Iron-Spider nya sampai tiba-tiba, ia mendengar suara dentuman dari arah ruang kendali. Ia langsung berlari dan menemukan ayahnya yang tergeletak di lantai dengan posisi yang kesulitan bernafas.

"Dad?" Ucap Peter. Dengan segala energi yang ia punya, Tony menggerakkan kepalanya menuju putranya. Pemandangan terakhir yang ingin ia lihat. Dia menynggingkan senyuman kecilnya.

"I'm not gonna make it. Kau harus melanjutkannya." Peter menggeleng. Ia tidak mau ayahnya mati. Ia tidak mau hidup sendiri. Para Avengers membutuhkannya, begitupun juga dunia.

"No, no, no! Please dad. You gonna make it I swear. I don't want you to go, dad please..." Ucap Peter. Tangisannya mulai pecah. Tony tidak ingin berkedip. Ia ingin Peter menjadi hal terakhir yang bisa ia lihat. Walau dengan susah payah, ia harus menghirup udara yang tak segar di paru-paru nya. Sesak seketika melanda Peter, tetapi sebisa mungkin, ia tidak berekspresi agar ayahnya tidak khawatir. Tiba-tiba saja, sebuah ide gila merambat dipikirannya. Bagimana jika... "Dad, aku tahu kau ingin aku menjadi pemandangan terakhir ku. Tetapi yang perlu ayah ingat, aku ingin ayah menjadi pemandangan terakhir ku." Tony sedikit bingung. Senyumannya mendadak pudar.

Tiba-tiba saja, sound effect dari kostum besi mulai terdengar di telinga Tony. Hal terakhir yang ia lihat tadi adalah senyuman putranya. Ia pikur ia sudah tiada dan bermimpi, tetapi rasanya sangatlah nyata. Awalnya yang bisa ia lihat adalah gelap. Ia menarik nafasnya dalam-dalam pada udara segar yang berada di dalam kostum besi itu. Tapi tunggu, ini bukan milik Tony. Kostum besi Tony sudah hancur karena ulah Thanos.

Seketika cahaya muncul, menampilkan hologram-hologram random dihadapan Tony. Di sana, terdapat tulisan 'Spider-Man (Iron-Spider). Stark Industries 2016'. Seketika Tony sadar bahwa itu bukan mimpi. Dia berada di dalam kostum Iron-Spider anaknya. Tony terbelalak saat melihat Peter yang pingsan dihadapannya. Dia langsung menampilkan wajahnya dan mengangkat anak itu kedalam pangkuannya.

"Hey, Pete, kau bisa dengar ayah? Pete?" Tony mengguncangkan sedikit tubuh Peter. Wajahnya terlihat sangat pucat dan tubuhnya dingin. Tony menahan air matanya agar tidak menangis sampai akhirnya sebuah senyuman parau terulas di wajah Peter.

"I love u 3.000." Bisik Peter perlahan. Hanya itu yang bisa ia ungkapkan sebelum akhirnya pandangannya memburam dan akhirnya tubuhnya terkulai lemas. Matanya terbuka dan senyumannya tak luput dari dirinya.  Tony terus mengguncangkan tubuh Peter sekeras yang ia bisa, tetapi tak ada jawaban ataupun pergerakan. Tony menangis sekencang yang ia bisa. Peter menyelamatkan nyawanya dan memberikan segala oksigen yang ia punya untuk Tony. Rasanya Tony tak pantas mendapatkannya. Dia seorang ayah, dan seharusnya seorang ayah dapat melindungi anaknya.

Tony membaringkan tubuh Peter yang lemas di salah satu lantai roket itu, dan menutup wajahnya dengan kain. Untuk terakhir kalinya, ia mencium wajah Peter dan mengelusnya sedikit. Ia merasa sangat kehilangan. Tentu saja, Peter putranya, apalagi hal berharaga yang membuat Tony menangis ketika kehilangan hal itu kecuali Peter? Hanya Peter satu-satunya orang yang mau mendukungnya dan ada disana untuknya.

"You always be the love of my life Pete. You can rest now." Ucapnya lemah. Saat kesedihan tengah melanda Tony dengan tak adilnya, tiba-tiba saja sebuah cahaya datang menyinari pandangan Tony. Tony menutup pandangannya dengan tangannya karena, hell, cahaya itu sangat terang. Di tengah cahaya itu, Tony  bisa melihat seorang wanita disana. Wanita yang belum pernah ia temukan sebelumnya, tengah menatapnya miris. Dan dengan segala bentuk puji syukur atas kehadiran Captain Marvel, Tony dan Nebula bisa pulang. "We home kiddo. Just like what you want." Ucapnya pada mayat Peter yang tentu saja tidak akan menjawabnya. Jika Peter masih ada, mungkin Peter akan memeluknya erat dan berteriak bahagia. Tetapi lihatlah sekarang, Peter hanya dapat berbaring disana.

Perlahan tapi pasti, Tony berjalan menuruni tangga kecil di kapal luar angkasa itu. Steve lah yang pertama kali menopang berat badan Tony yang lemas itu. "I lost the kid." Ucapan pertamanya saat melihat Steve dengan wajah khawatir. "He's there." Lanjutnya sambil menunjuk kapal luar angkasa itu. Dengan sigap, Steve langsung menyerahkan pria itu pada Pepper dan langsung berlari kedalam untuk mengangkat mayat Peter perlahan. Hati para Avengers hancur saat melihat anak super attractive dan super polos itu sudah diam, tak mengucapkan sepata katapun seperti biasanya.

"What did he say?" Natasha bertanya dengan air mata yang sudah mengumpul di matanya.

"I love you 3.000."

~~~

Hey guys, maaf banget kalo gak dapat feelnya. Soalnya aku bikin pas lagi, eum... ngantuk, but anyways, semoga kalian terhibur dengan part ini. Okay?

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang