Best Grief (V1)

565 34 1
                                    

《???》
A/N: Okay, kali ini agak beda, dan gak ada Universe yang bisa mengelompokkan cerita ini. Dan chapter ini bukan merupakan lanjutan dari chapter manapun.

Terinspirasi dari lagu Les Misèrables satu ini, tapi dari semua versi, aku paling suka punya Ramin Karimloo.

So... here it is!

Song= Empty Chairs At Empty Tables- Ramin Karimloo (Les Misèrables)

~~~

INFINITY WAR

Mereka gagal. 50% dari populasi manusia telah tiada. Hilang menjadi debu bersamaan dengan kegagalan mereka. Bahkan mereka tidak bisa menyelamatkan teman mereka sendiri. Mereka kehilangan separuh populasi manusia di bumi, serta separuh dari 'dunia' mereka. Seperti Tony, yang kehilangan Peter. Ya, Pepper baik-baik saja, dan itu membuatnya bahagia. Steve, Bruce, Natasha, Hawkeye, dan Thor juga baik-baik saja, dan itu juga merupakan kabar baik baginya. Tetapi melihat Peter, Intern kesayangnnya hilang begitu saja di hadapannya- memohon padanya agar tidak mati, membuat hatinya tersayat hingga berjuta kalinya. Peter sudah seperti dunianya. Walau dia tidak bisa mengatakannya secara langsung, atau bertindak seakan-akan Peter adalah putranya sendiri, jauh di dalam lubuk hatinya- Peter memiliki posisi spesial di sana. Dan ketika ia melihat pria muda itu perlahan-lahan melemah, dan kakinya perlahan menghilang dan berubah menjadi abu, kepanikannya mulai memuncak. Apalagi ketika ia harus menangkap tubuh Peter yang bahkan sudah tidak bisa bertumpu pada kedua kakinya sendiri, dan ketika pria muda itu memohon padanya untuk melakukan sesuatu, rasanya ia ingin mati saat itu juga. Dia sadar, banyak hal yang akan berubah setelah itu. Dan ya, semua itu terjadi.

Dirinya kini hanya bisa duduk di laboratorium yang dulu adalah kesayangannya seorang diri. Dia tidak ada niatan untuk menciptakan sesuatu, atau bahkan memikirkan hal lain selain Peter. Bahkan foto pria itu ada di hadapan Tony sejak awal ia kembali menginjakkan kakinya di laboratorium itu. Orang-orang bergantian membujuknya untuk keluar hanya untuk sekedar makan dan mengobrol, tetapi dirinya selalu menolak. Dirinya hanya bisa berlabuh dalam kesedihan yang luar biasa akan hilangnya Peter di dalam kehidupannya. Sebuah perubahan yang besar jika bisa dibilang.

.
.
.

Bucky Barnes sudah menjadi orang kepercayaannya lebih daripada siapapun. Bahkan, hubungan mereka sudah seperti saudara yang selalu ada untuk satu sama lain. Ketika ia kebilangan Bucky pada saat perang terakhirnya di tahun 1945, ia pikir dia tidak akan pernah bisa mempercayai orang lain lagi seperti ia percaya pada Bucky. Tetapi ternyata, semua duka yang tak ia sadari hilang itu tidak berlangsung lama. Bucky kembali dalam kehidupannya. Sahabatnya, saudaranya, rekannya. Mereka sudah bersama sejak lama- side by side, dan mereka tidak sanggup jika harus terpisah lagi. Tetapi walau Bucky kembali, Bucky yang terakhir kali ia ingat, bukanlah Bucky yang ini. Bucky kembali lagi. Dengan wajah yang sama, tetapi jiwa yang berbeda. Lain halnya seperti Steve, Bucky jatuh ke tangan yang salah. Entah apa yang HYDRA berikan padanya, Bucky yang ia kenal dulu tidak ada di sana. Bucky yang ia lihat, lebih seperti robot pembunuh. Seperti monster. Walau Steve kembali mendapatkan Bucky, Bucky tidak ada di sana.

Setelah sekian lama berurusan dengan manusia yang menyerupai Bucky itu, akhirnya, sedikit demi sedikit, ia kembali mendapatkan Bucky yang ia kenal. Mungkin tidak sama, tetapi setidaknya, sukma Bucky ada di sana. Dia mendapatkannya dan setelah sekian lama, akhirnya ia bertemu lagi dengan sahabatnya itu ketika perang besar akan melanda mereka. Ia ingat pelukan hangat 'selamat datang' nya serta senyuman di bibirnya yang Steve sudah lama tak lihat. Dan dalam sekejap, semua itu hilang begitu saja. Tepat dihadapannya. Steve bersumpah, segala kepanikannya menyeruak ketika sahabatnya tengah memanggilnya. Mungkin hanya sebuah panggilan. Tetapi dari nada dimana Bucky mengatakannya, seakan-akan dia merasakan ada yang aneh di tubuhnya. Dan di saat itulah, Steve melihatnya terjatuh dan berubah menjadi abu dengan cepat. Bahkan Steve tidak sempat berekspresi seperti terkejut ataupun menangis. Dia hanya bisa berduka tanpa mengeluarkan ekspresi apapun.

Sekarang pun begitu. Dia duduk di bar yang ada di Avengers Tower. Dia tidak bisa mabuk, dia tahu. Tetapi entah kenapa, rasa pahit dari monuman itu bisa meredamkan rasa sedih nya, dan menenangkan jiwanya. Dia tidak sendiri. Natasha ada di sana. Di kursi lain, yang bersebrangan dari nya, dan membelakanginya. Mereka tidak berbicara di dalam bar gelap itu. Tidak ada yang perlu mereka bicarakan maupun diskusikan. Tidak ada cara lain yang bisa mereka lakukan.

Bucky pergi, Sam juga pergi. Padahal Sam adalah orang kepercayaan keduanya setelah dia menganggap Bucky sudah tidak ada. Dia sangat ingat dimana dia dengan percaya dirinya meminta bantuan Sam untuk menampung Natasha dan dia sendiri setelah ledakan yang membuat bangunan itu runtuh di atas tubuh mereka. Dia tidak menaruh curiga sama sekali, dan dia menganggapnya sebagai teman. Tetapi Sam sudah pergi. Ikut dengan Bucky. Meninggalkan Natasha dan Steve berdua di dalam bar gelap itu.

.
.
.

Orang yang dia anggap sebagai adik sudah tidak ada. Sangat cepat jika bisa dibilang. Hubungan mereka selama ini tidak bisa dikatakan berjalan dengan baik. Di masa kecil mereka, mereka sangatlah akrab. Tidak ada rasa cemburu di antara satu sama lain, dan tidak ada amarah antara satu sama lain. Semakin mereka dewasa, kedua perasaan itu datang begitu saja, membawakan hubungan yang tidak baik kepada kedua bersaudara itu. Walau itu bukan salah Loki, melainkan ayahnya, dialah yang menjadi pelarian kesalahan. Memang tindakannya tidak bisa dimaafkan, tetapi bagaimana pun, Thor masih menyayanginya seperti adiknya sendiri.

Setelah kematian kedua orang tua mereka, mau tidak mau, mereka harus berusaha bersama dalam segala hal. Setelah kejadian terakhir dimana Hela datang dan menyerang kerajaan mereka, mereka belajar untuk saling bekerja sama dan menyatukan perbedaan pikiran mereka.

Entah kenapa, semua itu masih belum cukup. Bahkan dia sendiri tidak bisa menyelamatkan Loki, maupun mengembalikannya. Kini, Thor hanya duduk terdiam di ruang pelatihan. Tidak ada hal apapun yang kini bisa ia lakukan. Loki sudah mati, tepat di hadapannya. Dan dia bahkan tidak bisa melakukan hal apapun selain menangisi kepergiannya setelah wajah pucat Loki sudah menyerebak di pandangannya.

"Is this just another joke?" Gumam Thor di dalam kesendiriannya. Ya, dia tahu, kematian Loki yang selama ini dia saksikan adalah palsu. Awalnya dia percaya, lalu lama kelamaan dia terbiasa. Tetapi entah kenapa, ada perasaan di dalam dirinya yang mengatakan: Loki sudah mati. Dia tidak akan muncul tiba-tiba begitu saja dan menusuknya dari belakang seperti biasa. Mungkin kesedihannya kali ini nyata. Dan Loki memang sudah tidak ada.

.
.
.

Apa yang terjadi? Tiba-tiba saja semuanya menghilang. Dia ingat, dirinya ada di halaman depan rumahnya sambil mengajari putrinya menggunakan busur dan panah. Mengajari putrinya agar menjadi sepertinya. Istrinya ada di rumah, dan memanggilnya dengan suara yang Clint ingat benar-benar suara istrinya. Tetapi saat dia masuk ke dalam untuk menemui istrinya, wanita yang seharusnya ada di dalam itu tiba-tiba saja menghilang. Tidak ada tanda-tanda kehadiran dirinya. Dia bingung, dia curiga. Dia berlari keluar rumah dan menemukan tidak ada siapa-siapa di sana. Rasanya seperti mimpi. Mimpi yang buruk. Hanya ada debu yang bertebaran dimana-mana seakan-akan menggantikan kehadiran anak-anaknya yang tadi sangat jelas ada di halaman depan. Dia meninggalkan Avengers untuk menghindari bahaya yang bisa saja menimpa keluarganya. Tetapi entah kenapa, semua yang terjadi justru kebalikannya.

Dia kehilangan keluarganya hanya dengan sekali kejapan mata. Dia bahkan tidak ada disana ketika anak-anaknya menghilang. Dia bahkan tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Dia menarik rambutnya dengan kencang, berusaha menarik dirinya sendiri untuk keluar dari mimpi. Tetapi tidak ada yang terjadi. Karena mimpinya, adalah kenyataan. Dan keluarganya tidak akan kembali.

~~~

Idk apa dan siapa yang terlewat, tapi aku ambil yang relationshipnya benar-benar bagus. Semoga penggambarannya juga udah bagus!

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang