Who Would Understand?

2.2K 140 9
                                    

Hatinya hancur. Lagi dan lagi, dia harus mendapatkan masalah yang tidak ingin dia dapatkan. Dia sudah muak dengan semua ini tetapi entah kenapa, Tuhan bagai membencinya. Lagi-lagi dia harus mendapatkan pukulan dari orang yang tak ada henti-hentinya menghinanya. Sekali lagi orang-orang disekitarnya harus menertawakannya dan mengolok-oloknya. Yap, Peter Parker. Seorang pahlawan biasa yang juga merupakan manusia. Dia berusaha bangun, mengeratkan pegangannya kepada pintu-pintu loker. Dia berjalan terseok-seok menuju luar bangunan sekolah dan pergi menuju gang sempit dekat sekolah. Mungkin sedikit istirahat membantu. Ya.

Entah kenapa, semua orang yang dia sayangi harus meninggalkannya. Apa ini salahnya? Anxiety mulai berjalan di sekujur tubuh Peter membuatnya mulai berpikiran yang aneh.

Dia yang menyebabkan keluarganya tiada...

Sendirian...

Tidak punya teman...

Payah....

Pembunuh....

Bodoh....

Aneh....

Semua kalimat-kalimat itu berada dikepalanya dan berputar bagai musik. Ned dan MJ harus pindah sekolah karena paksaan kedua orang tua mereka setelah mengetahui bahwa ada pembullyan disana. Aunt May mengusir Peter setelah kematian Uncle Ben 1 minggu lalu. Uncle Ben bahkan meninggal karena Peter tidak bisa menyelamatkannya. Andai saja, andai saja dia bisa menghentikan perampok tersebut. Sayangnya dia tidak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan Pamannya.

Setelah merasa semuanya baikan, dia berusaha kembali berdiri dan mengganti pakaiannya dengan Stark-Suit miliknya. Dengan seragam itu, dia merasa memiliki kekuatan. Rasanya seperti, Peter Parker sudah tiada, hanya ada Spider-Man. Tapi siapa yang bisa menjalankan kehidupan keduanya sebagai Peter Parker untuk menggantikannya? Bahkan walau dibayar mahal pun tidak ada yang mau. Karena Peter bukan siapa-siapa. Kehidupannya berantakan. Tidak ada yang mau menjadi sepertinya. Hanya Spider-Man. Mereka hanya ingin menjadi Spider-Man.

Peter memulai patroli rutinnya. Dia berayun-ayun dari satu bangunan ke bangunan lain. Sambil merasakan angin sepoi-sepoi yang masuk menembus seragamnya, dia melihat-melihat keadaan kota-- memastikan bahwa semuanya aman. Tidak ada masalah besar. Hanya beberapa perampokan dan menolong anak kucing yang tersangkut di pohon. Bahkan menghibur anak kecil yang sedang menangis. Tapi dari sekian banyak target patrolinya, dia tertarik dengan yang satu ini. Dia mendengar sebuah teriakan wanita di sebuah gang kecil yang terlihat gelap. Diapun memeriksa dan melihat seorang wanita yang dipojokkan oleh 3 orang pria yang kelohatannya akan melakukan perilaju tidak terpuji kepada wanita itu.

"Tolong!!" Teriak wanita tersebut. Tanpa banyak basa-basi, Peter langsung menjaring ketiga orang tersebut dan membawanya menjauh dari wanita itu. Peter tidak lupa memberikan pukulan keras kepada para penjahat tersebut. Dia melawan 3 pria itu dengan seluruh kemampuan yang dia punya. Lama-kelamaan, para penjahat itu mulai tepar dan berbaring di aspal. Namun sebelum Peter menyadari, salah satu dari mereka mengambil sebuah Pistol dari dalam kantongnya dan mengarahkannya kepada Peter (dibelakang Peter).

"Arrgh!" Teriak singkat dari penjahat yang mengarahkan pistol di ke arah Peter. Peterpun menengok ke belakang dan menemukan suit yang sangat familiar untuknya. Dengan tangan dan dadanya yang bercahaya, dan pakaian besinya yang tentu saja Peter sangat tahu. Idola masa kecilnya, Iron-Man a.k.a Tony Stark.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Tony dengan nada penuh kemarahan. Tiba-tiba datanglah para anggota Avengers yang lain. Mereka mendatangi Peter dengan raut wajah seperti 'What in the world you do?'.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang