The Ending

737 33 0
                                    

《STONY》

A/N: Sebenarnya agak terinspirasi dari cerita di AO3, tetapi aku lupa judulnya. Gak terlalu sama-sama banget sih, but... enjoy.

~~~

Perang sudah selesai dan membawa rasa letih yang amat sangat pada tubuh masing-masing Avengers. Semua orang sudah kembali dari Medbay dan langsung menjatuhkan diri mereka kedalam sofa yang nyaman. Hal itu membuat mereka senang dan bahagia akan pencapaian mereka hari itu. Perang tidak terlalu buruk jika mereka melakukannya bersama-sama. Tetapi ada pemandangan yang lebih aneh lagi selain para Avengers yang kelelahan saat ini, adalah Tony dengan wajah kesalnya.

"Kau marah?" Natasha bertanya. Tony menjatuhkan dirinya dengan kesal ke atas sofa dan langsung menaikkan kakinya ke atas sofa dan meluruskannya.

"Ya! Kenapa SHIELD perlu bicara pada Steve? Dia juga perlu istirahat, sama seperti kita! Kenapa SHIELD harus repot-repot meminta data dan segalanya kepadanya? Tidak bisa nanti saja?!" Clint menghembuskan nafasnya kasar ketika ia mendengar Tony yang terus merocos tak ada hentinya.

"Tidak bisa kah kau kecilkan suaramu? Aku ingin bersantai." Clint mengeluh, membawakan kerucutan kecil di bibir Tony. Mereka juga tak ingin menghabiskan waktu mereka untuk berdebat, jadi... mereka membiarkan opini mereka satu sama lain.

Sudah beberapa jam berlalu, dan Steve masih belum kembali juga. Tony merasa kesal sekaligus merasa khawatir. Terakhir kali ia melihat Steve, dia bisa melihat darah segar yang mengalir santai dari tubuhnya. Steve hanya memberikannya senyuman meyakinkan sampai akhirnya mereka terpisah. Steve menaiki Quinjet bersama para anggota SHIELD, sedangkan para Avengers berada di Helicarrier bersama para penyintas. Tony takut terjadi sesuatu pada Steve karena pada dasarnya... Steve agak ceroboh dan keras kepala. Ia pasti akan menyelesaikan tugasnya dulu baru pergi ke Medbay, atau bahkan dia tidak akan pergi ke sana. Dan lagi, dengan ketidak hadirannya Steve di dekatnya, dia merasa bosan. Ia ingin dipeluk olehnya, dan merasakan detak jantungnya yang berdetak dengan stabil sebagai lagu pengantar tidurnya. Dia ingin itu. Tapi satu-satunya cara agar semua itu bisa terjadi adalah... menunggu.

Avengers memutuskan untuk menonton film sebagai penetral rasa lelah dan sakit mereka. Tony juga harus mengalihkan perhatiannya dari Steve, dan menurutnya... menonton adalah ide yang bagus. Ketika film sedang berada di tengah jalan, ada suara dari arah elevator yang membuat seluruh pandangan tertuju pada orang yang sekiranya akan keluar dari elevator. Mereks cukup terkejut ketika yang mereka lihat adalah Steve Rogers yang terlihat agak sedikit berbeda untuk mereka. Tampaknya, Steve tidak pergi ke Medbay sebelum kembali ke Penthouse. Dia hanya membersihkan darahnya dan menekan luka di kepalanya dengan kain putih yang sudah berubah menjadi merah darah. Dia terlihat agak pucat dan bawah matanya, terlihat memerah. Seakan-akan ia habis menangis atau... mungkin tengah sakit?

"You okay?" Tony menanyakan Steve yang sedang berjalan ke arahnya itu. Dia terlihat kacau, tetapi Steve terlihat seperti tidak ingin membicarakannya. Dia hanya berbaring di atas dada bidang Tony dan mengistirahatkan dirinya di sana dengan manjanya seperti anak Koala.

"I'm fine." Itu jawaban yang selalu Tony dengarkan ketika Tony menanyakan keadaannya. Dan Tony tidak percaya itu. Namun apa boleh buat, dia tidak bisa memaksa Steve. Dia juga tidak mau menghindar dari Steve walau ia terlihat kacau dan kotor. Menurutnya, Steve hanya lelah, dan dia pantas mendapatkan istirahat itu.

Steve istirahat dalam waktu yang lama. Film sudah berlalu dan para Avengers mulai berhamburan ke kamar mereka, menyisahkan Steve dan Tony yang ada di sana. Dengan perlahan, Tony membangunkan Steve yang tanpa Tony sadari, terlihat jauh lebih berbeda dari sebelumnya. Wajahnya semakin pucat dan putih, matanya terlihat sembab dan garis merah di bawah matanya benar-benar terlihat. Belum lagi peluh yang menghiasi wajahnya serta nafasnya yang berat. Hal itu membawa kekhawatiran pada tubuh Tony dan dengan cepat, Tony membangunkannya.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang