When There Is Just One Side of Love

775 32 0
                                    

《Random Ship》

A/N: Lanjutan dari... kalian pasti tahu lah ya.

~~~

Rasanya sepi. Sangatlah sepi. Dunia yang dulu ia ketahui rasanya sudah berubah. Tak ada lagi tawa canda yang menghiasi waktu-waktu yang telah berlalu. Tak ada lagi matahari cerah yang berniat menyinari kehidupannya. Sungai yang dulu ia buat hanya untuk orang yang ia cintai sudah berubah menjadi 'hanya sungai'. Tanpa orang yang ia sayangi, tiap taburan bintang di langit malam tak ada artinya. Hanya ada kegelapan kembali menampar realitanya yang dulu ia biarkan bersinar.

Ia hanya duduk di balkon Avengers Tower. Sendirian, sambil memeluk kucing putihnya. Satu-satunya hal yang paling berharga baginya dan satu-satunya hal yang bisa mengerti dirinya. Mungkin kucing itu bukan manusia. Tetapi kucing itu lebih daripada sekedar hewan yang tak bisa apa-apa. Alpine namanya. Kucing putih itu sudah setia menemani perjalanan hidup Bucky setelah kabur dari HYDRA. Ia memungut kucing malang itu yang terlihat sangat kesepian dan kelaparan pada malam dimana salju turun tak berdosa mengenai bulu-bulu halusnya yang berwarna senada dengan salju itu.

Air mata? Apa harus ia keluarkan? Ia mengacak rambut nya dengan frustasi. Jadian? Bruce dan Natasha? Apa dirinya tidak seberharga itu? Selama ini hubungan mereka tidaklah lebih dari sekedar teman, dan Natasha tidak mengatakannya? Hah, lagi pula, kenapa Bucky bisa bersikap sangat bodoh dengan beranggapan bahwa Natasha juga menyukainya? Dia Winter Soilder. Tidak lebih daripada ex-HYDRA Agent. Mungkin dia sudah berubah, tetapi status lama seorang manusia akan sulit dilupakan. Jika dia sudah dicap menjadi sesuatu yang buruk, maka seumur hidupnya ia akan dicap begitu. Manusia memiliki pemikiran yang menyedihkan, itulah hal yang membuat mereka sulit berkembang dan belajar menghargai orang lain.

Matanya mengarah pada langit-langit polos yang kini tak berhias apapun. Sudah malam rupanya. Semuanya terasa biasa saja semenjak ia berhenti mendengar nada dering berisik dari grup sialan itu. Bucky mencoba untuk menerima kenyataan, walau rasanya sangatlah sulit menerima kenyataan yang bahkan tidak ingin ia terima. Dia mencintainya. Tapi hanya dirinya sendiri.

"Hey Agent Barnes." Dia tidak suka dipanggil begitu. Dia sering dipanggil dengan panggilan-panggilan manis yang kadang bisa membuat Bucky tertawa ketika mendengarnya. Tapi sekarang tidak lebih daripada 'Agent Barnes'. Hm... dia bukan agent sebelumnya.

"Yes, Ms. Rumanoff." Dia membalikkan tubuhnya, seraya menatap wanita dihadapannya yang tengah berjalan ke arahnya. Dia bahkan memberikan panggilan formal sama seperti yang wanita itu berikan. Ya, Natasha Rumanoff.

"Jangan seperti itu Russian fighter. Aku hanya bercanda." Jawabnya sambil duduk tepat dihadapan Bucky. Ia memandang erat mata Bucky dengan penuh keyakinan. Sayangnya, Bucky tidak suka tatapan itu. Untuk pertama kali seumur hidupnya, kedua mata itu hanya membawa kekesalan di dalam hidupnya.

"Jadi... Bruce Banner?" Jika dilihat dengan saksama, mata Bucky mulai berkaca-kaca ketika ia melihat Natasha dengan kedua matanya. Natasha hanya mengangguk kecil sambil menundukkan pandangannya. Ia tidak paham dengan keadaan ini. Ia tidak pernah menangani masalah percintaan segitiga seperti ini sebelumnya. Yang ia tahu, bahwa hatinya memilih pria polos berkepribadian Hulk itu. Ia tidak masalah mengenai itu, sungguh. Itu jalan hatinya. Tetapi hati kecil sang Winter Soilder di hadapannya ini yang tak bisa menerima keadaan.

"Why?"

"Tidak ada. Pilihan mu sangat bagus." Natasha mendengus sedikit. Ia tahu Bucky sedang mengeluarkan salah satu sarkasannya. Nat tidak bisa melakukan apapun kecuali mencoba untuk menenangkannya.

"Hey. Aku tahu ini bukan keputusan yang bagus untuk mu. Tapi aku sadar apa yang aku lakukan. Kau seorang tentara kan? Kau harus kuat okey? Aku tahu Bucky bukan orang berjiwa sembarangan. Kau sama seperti Steve yang wich is sangat aku kenal. Show it to the world that you can fight this would ya'?" Perlahan-lahan, air mata Bucky mulai menetes sedikit. Dia menggelengkan kepalanya sedikit sambil sesekali terisak. Jika bisa dibilang, ia terlihat sangatlah lemah saat ini. Tetapi tangisan seorang pria selalu menunjukkan kesetiaan, bukan kelemahan. Maka itulah yang kini sedang Bucky keluarkan. Air mata kesetiaan.

"Mudah huh bagimu bicara? Tasha I'm... love? You!" Dia bahkan tidak bisa mengungkapkannya dengan benar. Kata 'cinta' sepertinya tidak diciptakan untuknya. Kamus bahasanya tak pernah mengandung 'cinta'. Jauh sebelum akhirnya Natasha hadir dalam kehidupannya. 5 huruf berjuta makna itu selalu masuk kedalam hidupnya entah berasal darimana. Walaupun salah satu kelemahannya adalah mengungkapkannya. Ia tak bisa dan tak akan pernah mampu. "Bisakah kau pikirkan lagi?" Natasha hanya menggeleng kecil. Ia mulai tersentuh dengan sikap si Winter Soilder ini. Air matanya perlahan berkumpul juga di pelupuk matanya, membuatnya terlihat berkaca-kaca.

"I am. Tapi aku hanya punya 1 jawaban yang telak. I love him." Bucky tak bisa berkata-kata lagi mendengarnya. Tentu saja itu benar, kenapa Bucky harus memengaruhinya seperti itu? Natasha pun mendongakkan kepala Bucky agar menatap kearahnya. Matanya merah dan wajahnya sangatlah cemberut. Sang bayi manis ini tampaknya sedang marah. Natasha tersenyum kecil sambil mengacak-acak rambut Bucky, seperti seakan-akan ia sedang berhadapan dengan Peter yang sedang badmood. "Hey. Kau tidak perlu kesal begitu hm? Aku masih disini. Aku aman. Aku baik-baik saja. Kesalahan nya bukan pada mu. Tapi pada ku. Jadi jangan berubah okey? Ini jalan hati ku. Aku harap kau bisa menerimanya. Sorry." Nat sedikit membisikkannya untuk kata yang terakhir itu. Bucky mengangguk kecil mencoba untuk mengerti keadaan saat itu walau ia tak mau.

"Aku akan merindukan mu." Seluruh panahan Clint yang berhasil tertancap di hatinya perlahan-lahan mulai terangkat. Mungkin ia tak berhasil mendapat apa yang ia inginkan, tetapi setidaknya, Nat berbicara padanya dan ingin mendukungnya seperti biasa. Mungkin dia sudah kehilangan harapan pada Natasha untuk mengubah kembali dunianya menjadi dunia yang Bucky ketahui jika ia bersama Natasha. Tetapi setidaknya, ia masih punya Natasha. Natasha yang ia kenal ada di depannya dan itu sudah lebih dari cukup.

"Kembalilah. Mereka mengkhawatirkanmu." Kepalanya ia dongakkan kepada Handphone Bukcy disampingnya. Bucky paham maksud dari mata-mata Rusia itu. Ia pun mengambil Handphone nya dan mengecek grup lamanya. Yang ia dapatkan, adalah chat yang bertumpuk dengan segala candaan teman-temannya yang benar-benar mengembalikan keceriaannya. Natasha senang melihat Bucky mulai tersenyum ketika ia melihat Handphonenya. Mungkin yang Bucky butuhkan adalah 'rumah' yang sebenarnya. 'Rumah' yang bisa membuatnya bahagia dalam keadaan apapun. Mungkin Steve ada disana sebagai 'dunia' nya, tetapi Tony juga ada disana dan tak akan membiarkan Steve ikut masuk dalam 'dunia' Bucky. Hmm... agak menyebalkan jika dipikirkan. "So? Kau menemukan 'keluargamu'?" Bucky mendongak kearah Natasha yang tanpa ia sadari masih ada disana. Bucky mengangkat kedua pundaknya, mengisyaratkan bahwa ia tak tahu. Nat hanya tersenyum lembut padanya. Bukan salah Bucky jika ia tidak paham maksudnya. Nat mengeluarkan Handphonenya dan tampak mengetik sesuatu di Handphonenya.

Natasha: At least we are family. We're all in this together

Bucky tersenyum melihatnya. Sebeginikah keinginan Natasha untuk menghiburnya? Ia bahkan tak tahu harus memberi jawaban apa.

"Ayolah, keluarkan kata-kata bijak mu." Bucky tersenyum. Dia tahu yang ini. Kata-kata yang bisa menarik keinginan salah satu orang untuk menjawabnya. Hanya ada satu orang yang mengerti kata-kata ini.

Bucky: No matter what, I will still be with you

Steve: I know this. Till the end of the line...

Seperti dugaannya, hanya Steve yang memahami kata-kata itu. Dia sadar bahwa dia masih memiliki rumah, masih memiliki keluarga, masih memiliki seluruh orang disekitarnya yang peduli padanya. Mungkin bukan Natasha orang yang bisa menjadi cinta seumur hidupnya. Mungkin bukan Natasha, satu-satunya orang yang pada akhirnya akan menjadi dunianya. Tetapi satu hal yang ia pelajari, bahwa keluarga, tak akan pernah pergi sampai kapanpun dalam ke adaan apapun. Keluarga bukanlah tempat dimana kamu bisa tinggal dan makan sehat setiap hari sampai kau lupa dengan rasa cinta dan kasih sayang. Justru keluarga adalah tempat dimana  kau bisa merasakan cinta, kasih sayang, dan kepedulian dari seseorang. Dan Bucky sudah menemukannya tanpa ia sadari.

Ditengah momen mengharukan itu, salah satu notifikasi grup muncul. Itu dari Bruce. Sesuai dugaan.

Bruce: Matamu. Natasha habis hangout sama seseorang? :)

Natasha tidak begitu memerdulikannya. Ia menjawabnya sesuai dengan siapa yang sedang duduk dihadapannya sekarang.

Natasha: Probably. Agent Barnes

~~~

Aish, bucin. Sorry kalo freak. Gabisa bikin romance Q^Q

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang