EMOSI REGHA

170 14 0
                                    

Riana yang terkejut dengan ucapan ibu mertuanya itu hanya bisa mengangguk pasrah sekalgus tersenyum kikuk. Hal yang samapun terjadi pada Regha, bahkan pria yang biasanya tidak pernah mendengarkan orang lain itu kini malah terdiam membisu.

***

"Bagaimana ini sepertinya mama kini semakin salah faham dengan kita om," menjatuhkan tubuhnya kasar keatas sebuah sofa.

"Mau bagaiamana lagi semuanya sudah terjadi apa lagi yang bisa kita lakukan selain membiarkan ini berjalan sementara waktu," ikut menghempaskan dirinya keatas sofa yang terbilang empuk itu.

"Tapi tetap saja kan jika kita membiarkan ini semua terjadi maka pasti mama lah yang kasian, itu sama saja kita membohongi dan memberikannya harapan palsu bukan," gerutu Riana.

Situasi yang terjadi sekarang ini tidak bisa dikatakan sepele, pasalnya ini menyangkut tentang sebuah kepercayaan yang diberikan oleh orang tua Regha itu terutama sang mama.

" Om bagaimana jika kita mengakhiri saja semua sandiwara ini," ucap Riana tiba-tiba setelah sekian lama terjadi keheningan diantara mereka.

Regha membulatkan matanya seketika ketika mendengar kata-kata itu dari Riana. Mengakhiri apa maksudnya dengan itu.

'' Apa yang kau katakan mengakhirinya apa kau lupa jika kau sudah terikat perjanjian hidup denganku. Kau fikir aku akan melepaskanmu dengan begitu mudahnya begitu," Dapat terlihat jika diwajahnya kini tersimpan sebuah amarah yang sangat besar.

" Om kau kenapa menjadi sangat marah seperti itu, aku kan hanya mengatakan jika akan lebih baik jika kita mengakhiri..," ucapannya terpotong.

"Jangan pernah mengucapkan kata mengakhiri atau berfikir untuk lepas dariku. Karena itu tidak akan mungkin sampai kau merasakan apa yang pantas kau dan keluargamu rasakan," meremas dagu Riana kasar, kali ini sepertinya Regha benar-benar tersulut oleh emosinya, bahkan kini matanya ,merah membara tanda dia sangat murka sekarang.

"om lepaskan kau menyakitiku," ucap Riana yang merasakan sakit karena perlakuaan kasar Regha tersebut.

*Inikah sisi lain dari seorang Regha, sisinya yang lembut dan perhatian berbanding terbalik dengan sikapnya yang sekarang. *Fikir Riana dalam hati.

Regha seketika tersadar dengan perbuatannya dan segera melepaskan cengkraman tangannya itu, ketika melihat mata teduh Riana yang kini merasakan ketakutan. Semua amarah yang menyelimuti Regha kini lenyap begitu saja dan menyisakan sebuah penyesalan dihatinya.

Riana langsung menghapus air matanya dan segera berlari kedalam kamar mandi dan menutup rapat pintunya.

Sementara itu Regha jatuh terduduk dilantai, menyesali perbuatannya barusan, lagi-lagi dia gagal mengontrol emosi itu.

"aghhh kenapa aku selalu seperti ini," mengacak rambutnya kasar.

Sementara Riana yang terkejut dengan sifat Regha yang terbilang sangat kasar barusan hanya bisa menangis tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Riana memang seorang gadis yang kuat dan tangguh tapi hatinya yang lembut dan rapuh itu membuatnya bisa hancur kapan saja.

Perlahan Riana membuka pintu kamar mandi setelah menenangkan dirinya dan juga membersihkan wajah sembabnya itu.

Riana dibuat terkejut karena begitu ia membuka pintunya sosok Regha langsung muncul dihadapannya, menatap dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan. Tapi yang jelas tatapan itu kini tidak mengandung amarah sedikitpun lagi.

" Om ada apa," tanya Riana ketika mendapati Regha terus menatap dirinya.

"Apa aku menyakiti dirimu," tanya Regha ragu-ragu.

"Menyakitiku, maksudnya. Aku tidak mengerti apa yang om ucapkan sebenarnya," lagi-lagi ucapannya terpotong karena Regha memegang dagunya lagi. Tapi kali ini dengan kelembutan yang membuai.

''Apa ini sakit,"tanya Regha lagi ketika melihat jika dagu sang istri terdapat bekas merah cengkraman kasar jarinya.

" Ah tidak apa, lagi pula besok sudah akan hilang bekasnya," tersenyum paksa dan dengan perlahan menyingkirkan tangan Regha.

Ada sedikit rasa takut tentunya jika sewaktu-waktu Regha bisa saja kembali berbuat kasar kepada dirinya.

"Maafkan aku," lirih Regha pelan namun masih bisa terdengar jelas oleh Riana.

" hahahaha sudahlah tidak apa lagi pula itukan salahku karena telah berani mengucapkan hal yang sudah jelas tidak boleh aku ucapkan,'' tertawa garing guna mencairkan kembali situasi sekarang ini.

Riana perlahan melangkahkan kakinya melwati Regha guna menuju kearah kasur.

" Aku memiliki IED," ucap Regha tiba-tiba.

Seketika langkah Riana terhenti ketika mendengar kata-kata Regha barusan.
____________________________________
Author:
sekedar info nih. intermittent explosive disorder atau IED merupakan sebuah perilaku agresif yang melibatkan kekerasa atau ledakan verbal yang tidak sesuai dengan situasi. Atau bisa dikatakan juga IED merupakan sebuah kecendrungan seseorang yang sukar mengendalikan emosinya. Jadi ceritanya disini Regha itu punya kelainan itu atau sifat itu. Dan terkadang Regha tidak segan-segan untuk menghancurkan apapun yang menghalangi pandangannya atau fikirannya. Tapi kalau gak salah yah, soalnya author juga kagak paham-paham banget deh soal beginian.

____________________________________

" Om, sudah aku bilang bukan tidak apa. Aku bisa mengerti. Lagi pula kau tidak perlu merasa bersalah dan menyalahkan dirimu sendiri. Toh itu juga salahku, jadi mari jangan bahas ini lagi oke,"

" Apa kau merasa takut denganku," tanya Regha pelan.

"Tidak untuk apa aku takut denganmu, itu hanya tentang kau yang sulit mengatasi masalah emosimu bukan. Dan kau harus tau jika aku ini wanita sekuat batu karang, jadi emosimu itu tidak akan terpengaruh denganku," Riana membulatkan matanya ketika Regha tiba-tiba menarik tubuh mungilnya kedalam dekapannya.

" Terimakasih," kini ucapan terimakasih lah yang terlontar dari bibir tipis milik pria itu.

" Bagini saja om, mari buat kesepakatan. Anggap saja aku ini adalah temanmu dan diantara teman tidak boleh ada kata maaf dan terimakasih lagi mengerti," melepaskan dirinya dari dekapan Regha sambil tersenyum semringah.

" Apa kau fikir aku anak kecil yang melakukan perjanjian konyol seperti itu," ucap Regha sambil menyentil pelan kening Riana.

"Tapi apa salahnya mencobanya, lagi pula kau sendiri yang bilang jika kau tidak terlalu tua untuk mengikuti Trent anak muda sekarang," mengelus keningnya yang sebenarnya tidak terasa sakit sama sekali.

Regha hanya tersenyum melihat raut wajah menggemaskan Riana, kemudian mengecup kening gadis itu sebentar.

" Terimakasih," ucap Regha kepada Riana sebelum dia melangkahkan kakinya kekasur besar miliknya.

Hati Riana seketika menghangat, ketika mendapatkan perlakuan manis itu lagi.

Ohh ada apa dengan jantungku belakangan ini, apakah aku harus bertanya kepada dokter kenapa dia sering berdetak tidak jelas sekarang. Bergumam dalam hatinya.

Riana yang masih tersenyum sendiri itu, kembali melangkahkan kakinya ke arah kasur ikut menenggelamkan dirinya dibawah selimut tebal bersama dengan Regha. Meskipun dengan pembatas diantara mereka, kini Riana dapat melihat dengan jelas wajah tampan milik Regha.

" Apakah aku sudah jatuh cinta dengan om om gila ini," bergumam pelan kemudian mengecup kening Regha sekilas, sebelum kembali memperbaiki posisi tidurnya.


















Jangan lupa vote&comment yaa

Istri Kecil Sang Miliyader 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang