" Hai gadis manis, aku adalah Regha Tanjung, dan aku adalah suami dari kakakmu," dalam lisannya mengucapkan itu tapi dalam hatinya dia sedang memperhatikan gadis kecil yang selama ini menjadi sosok yang paling dilindungi oleh Riana.
Jadi dialah Vivi adik dari Riana, bukankah Riana jauh lebih menggemaskan dari pada dirinya. Membandingkan kedua wajah itu.
***
" Suami," menatap Riana dan Regha bergantian.
" Vivi ayo masuk dulu kekamarmu nanti kakak menyusul yah," berusaha menunjukkan senyum terbaiknya.
Setelah memastikan adiknya masuk kedalam kamarnya lagi, Riana menatap Regha dengan seribu pertanyaan difikirkanya.
" Pergilah, temui adikmu. Aku yakin dia pasti masih sangat merindukan dirimu," tersenyum seperti orang tanpa dosa.
Rianapun memutuskan untuk mengikuti rencana Regha yang entah apakah itu baik ataupun tidak. Tapi lebih baik menurut dari pada dihukum nantinya.
Tercipta keheningan dan kekosongan antara dua orang laki-laki yang masih setia dengan posisi duduk mereka.
" Tu..tuan Regha, apa tujuan anda ke..mari sebenarnya," rasa penasarannya berhasil mengalahkan rasa takutnya.
" Kenapa apa aku tidak boleh datang kemari, ini rumah istriku jadi aku rasa aku bebas datang kemari kapanpun juga," jawabnya santai dengan diiringi senyum licik.
" Tentu saja tuan anda bisa datang kemari kapanpun anda mau," meremas pakaiannya sendiri.
" Tuan muda," tiba-tiba saja asisten Sam datang dan membuat suasana semakin tegang.
" Ada apa Sam," tanya Antoni lagi.
" Tuan muda, didepan banyak wartawan dan juga polisi," bersikap seolah dirinya sangat panik sekarang ini.
Seketika tubuh pria tua itu membeku, hal yang dia takutkan kini terjadi. Kedatangan Antoni kemari pasti memiliki suatu tujuan.
" Ada apa ini ayah, sayang," Riana keluar dengan wajah bingungnya.
" Diluar banyak wartawan dan juga polisi, entah apa yang mereka lakukan disini," ucap Regha seolah tidak tahu menahu sama sekali.
Riana dengan segera mengintip kejendela, dan benar saja diluar sudah banyak sekali para wartawan juga ada beberapa polisi yang tampak tidak sabar masuk kedalam rumah.
" Bagaimana bisa ini terjadi, ayah ada apa," tanya Riana yang ikut khawatir.
Namun bukannya menjawab pria itu malah menatap Regha yang kini wajahnya menampakkan senyum licik khas.
" Tua. Regha tolong ampuni saya," langsung terduduk didekat kaki Regha.
" Ayah apa yang kau lakukan, bangunlah," Riana berusaha menarik sang ayah agar tidak melakukan hal yang akan menjatuhkan reputasinya.
" Tidak Riana, ini semua salahku dan ibumu itu. Kami memang salah jadi maafkan kami tuan Regha tolong maafkan kami," tubuhnya sudah gemetar ketakutan.
Sedangkan sang ibu yang baru saja keluar membawa nampan berisikan minuman untuk tamunya justru tergelak ketika melihat suaminya sudah bertekuk lutut dibawah Regha.
" Apa yang kau lakukan disana, ini semua juga kesalahanmu bukan. Lihat akibat rencana licikmu itu," menatap kearah istrinya yang kini mematung.
Tanpa aba-aba lagi kedua orang itu kini benar-benar duduk berlutut dihadapan seorang Regha Tanjung. Bahkan Riana sebagai putri mereka tidak bisa dapat mencegahnya dan hanya bisa dia seribu bahasa, menantikan penjelasan untuk masalah ini.
" Maafkan kami tuan Regha, tolong maafkan kami," lelaki itu sudah mulai terisak ketakutan begitu juga dengan sang istri.
" Apa kesalahan kalian kepadaku," tanya Regha sambil menatap kedua orang itu tajam.
Bahkan sepertinya sepasang suami istri ini masih tidak menyadari kesalahan apa yang mereka buat. Namun mereka fikir hanya dengan meminta belas kasih seperti ini Regha akan membantu mereka.
" Beginilah kalian, dua orang manusia beruntung namun tidak bisa menghargai. Kalian dipercayakan seorang putri tapi kalian memanfaatkan mereka untuk menjadi ladang uang bagi kalian," nadanya sangatlah dingin, seolah menyimpan sebuah samurai yang sangat tajam mampu untuk mencabik-cabik hati yang sudah lama kotor itu.
" Maafkan kami tuan Regha," intinya minta maaf saja dulu, hanya itu yang mereka fikirkan.
" Apa kalian tidak bosan berpura-pura seperti ini, saat kalian hampir bangkrut dulu kalian melakukan hal yang sama bukan. Kalian menangis dan berlutut seperti ini apa kalian tidak ingat," lagi-lagi menatap kedua orang itu.
" Ayah, ibu apa yang dimaksudkannya benar. Apakah kalian melakukan hal itu, lalu menjual diriku guna mendapatkan apa yang kalian inginkan," Ria atahu jika orang tuanya telah memanfaatkan dirinya, tapi ia tidak tahu jika kedua orang itu bahkan sampai rela berlutut untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
" Kakak," Vivi yang merasa takut dengan suara kebisingan itupun segera berlari kearah Riana.
" Sayang, tolong hentikan semua ini kumohon, maafkan saja mereka. Dan jangan biarkan berita ini sampai bocor keluar, atau nama baik dari ayah dan ibu akan hancur," berusaha memberikan pengertian kepada Regha.
" Lihatlah gadis yang telah kalian manfaatkan itu, dia bahkan masih memiliki hati nurani untuk tidak membawa masalah seperti ini keluar apa lagi sampai kejalur hukum,"
" Kakak aku takut," semakin memeluk erat tubuh kakaknya.
" Vivi jangan takut yah, kakak disini oke," berusaha menenangkan adiknya lagi.
" Sayang kumohon," menatap Regha sendu, agar pria itu mau menghentikan semuanya sekarang.
Regha memberikan isyarat kepada asistennya untuk segera menyelesaikan masalah ini.
Riana tersenyum kearah Regha, seolah berterimakasih karena telah mau mendengarkannya.
" Jangan menatapku seperti itu, ini belum berakhir. Sebelum aku mendapatkan apa yang menjadi tujuanku sejak awal aku tidak akan berhenti. Ini hanyalah peringatan awal untuk dua orang ini," berjala. kearah Riana.
Terilhat Vivi yang tidak berani menatap wajah dingin Regha. Yakinlah dibalik wajah tampan itu masih ada es yang sangat keras dan sangat sulit untuk dicairkan.
" Ayo kita pulang, ini sudah malam," menarik tangan Riana.
" Tidak," Vivi juga ikut menarik tangan kakaknya.
" Ada apa, aku harus membawa istriku kembali sekarang," ucap Regha kesal karena ada yang berani menghalanginya.
" Kau tidak boleh membawa kakakku dari sini, ini adalah rumahnya. Aku tidak akan biarkan kau menyiksa kakakku lagi," menatap Regha seolah menantang pria itu.
" Kau anak kecil tapi mulutmu itu sudah seperti orang dewasa yah," menarik lagi Riana agar lebih dekat dengannya.
" Sudahlah ada apa dengan kalian, Vivi kakak pulang dulu yah. Nanti kakak bakalan sering main kesini kok janji," mengacungkan jari kelingkingnya.
Vivi mengangguk setuju kemudian membiarkan Riana pergi dengan Regha.
Lalu, bagaimana dengan nasib dua orang itu. Kini mereka masih setia menunduk takut. Bukan lagi dengan Regha tapi melainkan dengan asisten kepercayaan Regha yang konon jauh lebih kejam dari tuannya itu." Mari langsung pda intinya, kalian liat sendirikan bagaimana tadi tuan Regha sangat menjaga nona Riana. Jadi saya rasa kalian tahu sendiri apa yang harus kalian lakukan sekarang. Terutama untuk nyonya Mahesa, perlu saya ingatkan lagi jika saya itu dikenal sebagai penembak jitu, terutama dalam mengenai semua sasaran saya," bibirnya tersenyum tapi setiap kata yang dia lontarkan penuh dengan ancaman mematikan.
" Jaga putri kalian yang satu lagi, karena kalian tau sendiri hanya dialah yang menjadi jembatan penghubung antara kalian dan nona Riana. Jadi manfaatkan lah sebaik mungkin atau kalian akan terima sendiri, bukan dari saya ataupun tuan Regha tapi dari nona Riana sendiri," langsung pergi begitu saja, tanpa ingin mendengarkan tanggapan dua orang itu.
Jangan lupa vote&comment yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Sang Miliyader 1
RomanceSinopsis:Istri Kecil Sang Miliyader 1 {TAMAT} --------------------------------------------------------- Menceritakan tentang sosok pria kaya raya yang menikahi seorang wanita dengan tujuan balas dendam. Riana Mahesa, seorang gadis yang harus menerim...