PIJIT-PIJITAN

280 14 0
                                    

Riana tersenyum kikuk ketika semua orang menyapanya dengan sangat ramah, ia masih belum bisa mencerna apa yang terjadi sebenarnya disana.

" Om dimana kita sebenarnya, dan kenapa kita kemari. Juga kenapa penduduk disini terlihat sangat menghormatimu," tanya Riana bertubi-tubi.

Bukannya menjawab pertanyaan Riana, Regha justru hanya tersenyum tidak jelas.

Riana yang tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan segera berjalan mendekati seseorang selain Regha yang bisa menjawab pertanyaannya itu.

" Asisten Sam," Riana menyapa pria yang terlihat sedang sibuk dengan berbagai macam berkas ditangannya.

" Nona muda, apa anda membutuhkan sesuatu," ucapnya dengan penuh hormat.

" Iya, aku membutuhkan jawabanmu," matanya berbinar terang, memancarkan sesuatu yang tak kasat mata.

" Saya sebisa mungkin membantu anda,"

" Aku hanya penasaran dimana kita sebenarnya dan kenapa kita kemari," langsung bertanya.

" Kita ada disalah satu pemukiman warga pedalaman, warga disini sangat sulit untuk mengakses kekota karena kondisi jalan. Membuat sistem perekonomian mereka sangat rendah dikawasan ini," jelas asisten Sam.

" Lalu," merasa masih belum mendapatkan jawaban yang pas Riana kembali bertanya.

" Tuan Regha yang mengetahui hal itu, langsung saja turun tangan untuk membantu warga sini. Maka dari itulah orang-orang disini sangat menghormati tuan Regha," jelas pria itu lagi.

Riana mengangguk tanda mengerti, ada sedikit rasa tidak percaya jika seorang pria seperti Regha memiliki hati yang baik dan mau menolong orang lain seperti ini.

Sementara itu dari jauh terlihat lah sosok, Regha yang kini tengah menatap kesal kearah Riana dan juga asisten pribadinya itu.

" Nona muda, ada baiknya anda tidak jauh-jauh dari tuan muda. Guna menghindari badai besar yang sewaktu-waktu akan menghantam," ucap asisten Sam dengan nada pelan, ia menyadari tatapan aneh Regha sejak tadi.

" Kenapa, toh aku juga tidak akan hilang ditempat ini," tidak paham dengan yang dimaksudkan oleh pria dihadapannya itu.

Bukannya kembali berada disamping Regha Riana justru menghampiri segerombolan anak kecil dan mengajak mereka bermain bersama.

Asisten Sam mengusap tengkuknya yang terasa dingin, tatapan Regha semakin tajam kearahnya. Seolah siap untuk menghabisinya sekarang juga.

Riana yang entah karena bodoh atau polos itu masih tidak menyadari tatapan tidak suka Regha ketika melihat dirinya bersenda gurau dengan warga sana, terutama dengan para pria yang menatap Riana seperti sangat terpukau itu.

" Sam cepat selesaikan hal ini, aku ingin segera kembali," ucap Regha yang kesal tapi tidak bisa berbuat apapun.

" Baik tuan muda,"

Saat Regha masih mengobrol dengan pemimpin warga, tiba-tiba terdengar sebuah alunan musik tradisional.
Regha juga bisa mendengar sayup-sayup seorang gadis bernyanyi.

Regha mengalihkan pandangannya kerah suara tersebut, ia terpukau kepada sosok Riana yang kini tengah tersenyum sambil terus melantukan nada-nada yang indah.

Jemari lentiknya sibuk memetik sebuah alat musik mirip gitar namun memiliki ukuran yang lebih kecil.

Semua mata langsung tertuju kepada Riana, paras yang cantik serta suara yang indah berhasil menghipnotis setiap pasang mata yang ada disana tanpa terkecuali Regha.

" Wah ternyata nyonya Tanjung selain sangat cantik dan baik dia juga sangat pandai menghipnotis orang dengan nyanyiannya. Anda sangat beruntung tuan Regha," ucap pemimpin desa itu tepat ketika Riana menyelesaikan lagunya.

Regha tidak menjawab, karena matanya masih berfokus kepada Riana yang entah mengapa membuatnya seperti hilang kesadaran.

***
Setelah semuanya beres akhirnya Regha dan Riana pamit kepada semua warga desa.

" Om tunggu sebentar, aku rasa aku harus melepaskan sepatuku. Perjalanan kita sangat panjang, kakiku sudah terasa lecet sekarang," ingin melepas sepatunya.

" Siapa bilang kita akan berjalan kaki lagi," ucap Regha sambil masih menunjukkan smirknya.

" Lalu kita pulang bagaimana," tidak mengerti dengan ucapan Regha.

" Tentu saja naik itu," menunjuk kearah sebuah helikopter yang sudah siap untuk mengantarkan mereka kembali kekota.

Riana membulatkan matanya, kenapa mereka tadi harus jauh-jauh berjalan kaki, sementara Regha memiliki sebuah helikopter pribadi. Dan pantas saja para pengawal dan juga asisten Sam tiba lebih dulu tiba disini.

Apakah pria ini sengaja mengerjaiku, membuatku menjelajahi hutan belantara dengannya. Gumam Riana dalam hati, ada sedikit rasa kesal dihatinya yang ditunjukkan khusus untuk pria yang terus saja tersenyum penuh kemenangan dihadapannya itu.

Ingin sekali Riana memukul wajah itu dan menghilangkan senyum super menjengkelkan Regha.

" Ayo, atau kau masih mau pulang dengan berjalan kaki," ucap Regha sambil terkekeh pelan.

Riana melayangkan tinjuannya ke udara, tepat mengarah kearah Regha yang berjalan didepannya.

***
Riana bisa bernafas lega ketika mereka sudah tiba dirumah, tubuhnya terasa sangat pegal sekarang.

Tanpa aba-aba Riana yang sudah membersihkan dirinya langsung melompat keatas kasur lembut milik Regha.

" Hufthhh.... aku lelah sekali rasanya," menghembuskan nafasnya teratur.

Regha yang baru masuk kedalam kamarpun hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum sesaat. Dia merasa sangat puas setelah mengerjai Riana, meskipun dirinya juga merasa sangat lelah. Namun wajah Riana yang terlihat bingung bercampur kesal itu benar-benar terlihat sangat menggemaskan bagi Regha.

" Ini," melemparkan sebuah botol kecil kearah Riana.

" Apa ini," menangkap botol itu dengan gelagapan lalu memperhatikannya seintens mungkin.

" Oleskan itu dibagian yang pegal," ucap Regha kemudian ikut duduk disofa.

Riana tersenyum ternyata pria ini benar-benar sangat perduli dengan orang lain.

" Kenapa kau tersenyum seperti itu, cepat oleskan minyak itu kepunggungku, setelah itu urut juga kakiku," ucapan Regha berhasil membuyarkan angan Riana membuatnya kembali lagi pada kenyataan yang pahit itu.

Perlahan Riana mengoleskan minyak yang memiliki aroma terapi kepunggung mulus Regha.

Riana terpaku dengan punggung putih dan mulus itu, belum lagi ditambah dengan bahu dan lengan yang berotot menambah sebuah kesan tersendiri bagi Riana. Meski ada bekas luka yang masih sama seperti sebelumnya saat pertama kali Riana melihatnya.

Perlahan Riana memijat Regha mulai dari punggung hingga ke kaki. Regha terlihat sangat menikmati pijatan itu bahkan dirinya saja sampai tertidur.

" Belajar lah memijit kedepannya, pijatanmu itu sangatlah buruk," ucap Regha yang terbangun ketika Riana tidak lagi memijat tubuhnya.

Mengatakan pijatanku buruk padahal terlihat sekali jika dia menikmatinya tadi bahkan sampai tertidur. Gerutu Riana dalam hati.

" Berikan minyak itu," ucap Regha lagi tiba-tiba.

" Untuk apa, apakah kau belum puas,"

Tanpa bicara lagi Regha segera menarik tubuh Riana, membuat gadis itu berbaring dibawahnya.

" OM APA YANG KAU LAKUKAN," Ucap Riana terkejut bercampur panik.

" Sudah diam saja," Regha mulai meluruskan kaki Riana kemudian mulai mengoleskan minyak itu juga kekaki jenjang milik Riana.

" Om aku bisa melakukannya sendiri, kau tidak perlu repot-repot yah," merasa tidak nyaman dengan kondisi saat ini dimana Regha sedang memijat kakinya dengan serius.

" Sudah diamlah atau aku akan menghukummu nanti, kau berjanji akan menurut bukan dan menjadi gadis baik,"

Riana hanya mengerucutkan bibirnya, dia kan tadi mengatakan itu hanya karena situasinya saja yang mendesak.

















Jangan lupa vote&comment yaa

Istri Kecil Sang Miliyader 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang