HOME

44 4 0
                                    

" Jangan lakukan itu jika kau tidak ingin semuanya hancur berantakan, aku akan segera membawakan nona Rianamu itu tunggu saja," Ucapa Jenie dengan senyumnya, dengan begitu dia bisa menyingkirkan Riana dan mendapatkan kendali atas Regha dan semuanya.

Namun siapa sangka jika sepasang wanita dan pria sedang asik mengintai setiap pergerakan yang dilakukan oleh dua orang yang sedang asik mengobrol itu.

" Wahhh siapa lagi pria itu, apakah dia komplotannya nona Jenie," ucap Selly dengan nada sepelan dan serendah mungkin.

" Tuan Anji, seorang pengusaha sukses dan tampan. Dikenal karena pengaruhnya dalam dunia perpolitikan, salah satu kandidat yang akan maju dalam pemilihan presiden tahun depan. Salah satu mantan rekan bisnis tuan muda," Asisten Sam bagaikan sebuah mesin pencarian data, menjelaskan dengan detail siapa pria yang sedang bersama dengan Jenie.

" Bukankah ini aneh, untuk apa Jenie bertemu dengan tuan Anji ini. Apakah mereka merencanakan sesuatu lagi," bergumam sendiri karena asisten Sam tampak sangat khusyuk mendengarkan perbincangan dua orang itu.

Riana, hanya kata itu saja yang dapat asisten tangkap setelah berjam-jam menguping pembicaraan misterius itu.

" Selly perketat penjagaan nona muda, sepertinya aku sudah tau apa rencana juga siapa sasaran mereka yang utama," menatap serius wanita yang hanya mengangguk paham.

" Apakah kita harus memberi tahu tuan muda tentang masalah tuan Anji ini,"

"Tidak jangan, kita tau bagaimana kerasnya watak tuan muda. Satu langkah saja kita salah saat ini maka semuanya akan berakhir, aku awalnya meremehkan gadis ini tapi ternyata dia memiliki sosok kuat dibelakangnya selain tuan dan besar," kembali sibuk mengutak-atik laptopnya, entah apa yang dilakukan oleh pria itu hanya dirinya sendirilah yang tau.

***

Riana bersiap pergi kerumh orang tuanya, dengan dres terusan berwarna putih tulang, rambut berponi yang ia biarkan begitu saja terurai serta polesan diwajahnya menambah kesan kecantikan dari ibu hamil ini.

" Apakah kau ingin pergi kepesta hah," ucap Regha tidak suka, pria itu menatap dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan tatapan seolah mengutuk jika istrinya itu sangat cantik dan sempurna sekali.

" tidak sayang, ini penampilan ku yang biasa,"

" Apa-apaan poni itu, sangat tidak cocok denganmu. Dan dresss putih ini sungguh sangat menyebalkan sekali melihatmu memakainya, dan siapa yang memberikanmu izin untuk menggerai rambutmu seperti itu," protes Regha dengan nada ala dirinya.

Wajah Riana merah padam, cukup kesal dan menusuk memang kata-kata Regha tadi. Memangnya apa yang salah dengan penampilannya bukannya kebanyakan pria suka dan wanita yang manis seperti ini.
Regha menjentikkan jarinya di depan wajah Riana.

" Apa yang kau fikirkan, cepat ganti baju dan ubah gaya rambutmu itu. Jangan berlebihan seperti itu,"

Riana memutar bola matanya malas, membiarkan yang diinginkan pria itu tercapai saja.

Kini Riana keluar dengan baju kaos over size berwarna hijau muda, serta celana jeans juga rambut yang di cepol bagaikan sebuah kubah yang menjulang tinggi.

" Apa kau bercanda, kenapa kau malah semakin menggemaskan saja. Dan gaya rambut macam apa ini, kenapa memperlihatkan media label milikku( leher Riana maksudnya:)).

" Sayang tapi ini sudah biasa, kau ingin aku bagaimana lagi," ucap Riana putus asa.
Riana duduk dikasur malas menanggapi Regha, kenapa pria itu tidak sekalian saja memilihkan pakaian dan gaya apa yang harus ia gunakan sekarang.

" Kau pilihkan saja aku sayang, terserah kau aku lelah. Anakku saja rasanya sudah malas untuk bergerak lagi karena mu," keluh Riana.

Regha masuk kedalam ruang ganti mengambil sebuah terusan panjang dengan motif beragam disekitarnya, sungguh itu pakaian ternorak yang pernah Riana lihat bagaimana bisa pakaian itu ada dilemarinya.

" Sayang tapi aku akan terlihat tua jika memakai ini," menatap pakaian ditangannya.

" Biarkan saja, kau tidak boleh terlihat cantik dihadapan orang lain selain diriku,"
Riana mendengus kesal lalu mengganti pakaiannya namun bukan diruang ganti namun dihadapan Regha secara langsung.

Regha membuka ikatan rambut Riana, lalu mulai mengacaknya dengan lembut.

" Kenapa kau terlihat semakin menggemaskan saja jika seperti ini," kini Regha lah yang putus asa, mau bagaimanapun istrinya itu akan terlihat cantik dan bersinar mengalahkan sinar bintang diatas sana.

" Sayang kita hanya akan pergi kerumah ayah dan ibuku, tidak akan ada orang lain berani melihat istri dari tuan Regha benar bukan,"

Benar juga kenapa Regha sampai tidak berpikir kesana, Siapa manusia yang berani memberikan mata jahatnya kepada istrinya itu selama Regha masih ada.

Akhirnya Riana kembali pada mode awalnya, namun degan rambut yang ia kepang rapi agar terkesan lebih rapi dan tidak menggoda iman lagi.

" Kau yakin aku tinggal sendirian," tanya Regha sekali lagi memastikan.

" Iya sayang, aku akan menunggumu pulang disini,"

Regha mengangguk dan dengan berat hati meninggalkan Riana yang kini sudah berada didalam ruang orang tua angkatnya itu.

" Kak Riana, kakak Regha itu tidak waras yah. Dia sudah besar tapi sikapnya masih sangat kekanakan sekali bukan," tutur Vivi setelah melihat kepergian Regha.

" Vivi masuk kemamarmu dan kerjakan tugasmu dulu sana," sang ibu sudah menyuruh putri kecilnya itu untuk belajar.

" Ri, bagaiamana kabarmu dan bayimu," tanya sang ibu, meski semuanya sudah tenang sekarang. Namun tetap hubungan yang sudah tidak memiliki pondasi dari awal tidak akan bisa berdiri kokoh dan kuat.

" Semuanya baik-baik saja Bu, aku akan menemani Vivi dulu dikamarnya," kenal tapi seperti orang asing, Riana memang sudah bisa menerima permintaan maaf dua orang itu tapi cermin mana yang setelah pecah dapat dibenahkkan seperti semua lagi seperti itulah sebuah kepercayaan, sekali saja kau menghancurkan dan merobohkannya maka jangan pernah mengharapkannya lagi.

Riana datang kesini hanya untuk bertemu dengan adiknya, bukan untuk bertemu dengan dua orang lain yang juga berada dirumah warisan ayahnya itu.

***

Jenie menatap penuh dengan obsesi kepada Regha dapat dilihat namun tak dapat dijangkau. Rahang tegas serta bola mata yang indah disertai dengan lipatan kelopak mata ganda hidub mancung serta bulu mata tebal membuat seorang Regha bagaikan seorang pangeran dari negri dongeng, membuat siapapun ingin menjadi putri dari dongen itu. Tidak terkecuali seorang Jenie.

Gadis itu tampak tersenyum senang saat mengingat wajah tampan Regha, sepertinya dirinya benar-benar sudah tergilai pada adik imtrinya itu.

Gila memang, tapi sejak awal tidak ada kewarasan dari gadis ini.

" Ini menyebalkan kenapa bukan aku saja yang ada diposisi Riana, bukankah aku lebih cantik dan juga jauh lebih baik dari pada dirinya," bergumam sendiri lagi.

***

Asisten Sam kembali kekantor, memasang wajah datarnya seperti biasa saat bertemu dengan Jenie, membuat wanita itu tidak curiga dengan rencana apapun kedepannya.

















Jangan lupa vote&comment yaa

Istri Kecil Sang Miliyader 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang