LUAR NEGRI PART 1

56 4 0
                                    

Selly menengok keadaan gadis itu sebentar, hanya untuk sekedar  memastikan sejauh apa perubahan yang dialami oleh gadis itu.

" Sayang apakah kau akan langsung pulang, kapan kau akan ada waktu untuk suamimu ini," memeluk istrinya dari belakang.

" Aku juga tidak tau pasti, tugas dan tanggung jawabku masih sangat banyak sekarang. Kau juga harus fokus untuk kesembuhan pasienmu tahun ini bukan, jadi akan lebih baik jika seperti ini untuk sementara waktu,"  mencoba menjelaskan kepada suaminya tantang situasi yang sedang mereka hadapi saaat ini.

***

Disaat kedua pasang kekasih Regha dan Riana serta Selly dan suaminya, asisten Sam memilih menghabiskan waktunya bersama dengan tumpukan dokumen yang harus ia kerjakan secepatnya, dan tidak lupa ditemani secangkir kopi hangat untuk menemani kesunyiannya.

Pria itu berkutik dengan pekerjaannya selama waktu yang cukup lama, matanya bahkan tidak bisa teralihkan sedikitpun ke hal lain selain dengan tumpukan berkas itu.
Sampai akhirnya atensinya berubah seketika saat ponselnya berbunyi, Ringtone itu adalah bunyi khusus yang ia tetapkan untuk Regha seorang.

" Ada apa tuan muda," tanpa membuang waktu lagi pria itu segera mengangkat panggilannya.

" Sam kapan acara pelantikan presiden akan dilangsungkan," Suara Regha terdengar sedikit serak disebrang sana.

" Agendanya adalah bulan depan tuan muda," menjawab setelah melihat semua jadwal yang telah tersusun rapi hingga 5 tahun kedepan di buku catatan khususnya.

" Kalau begitu katakan siapa yang akan menang, sebenarnya aku tidak perduli tapi aku dan Ina sedang bertaruh disini," Jadi Regha menelfon hanya untuk menanyakan hal ini, apakah ia anak kecil yang berusaha mencari perhatian dari banyak orang.

" Semua keputusan berdasarkan hasil suara rakyat terbanyak tuan muda, sudah tercantum pada pasal...," ucapannya terhenti karena mendengar cekikan dari Regha disebrang sana.

" Ina berhentilah menggangguku, tunggu sebentar yah Ina, aku sedang menelfon sekarang," terdengar suara Regha sangat heboh diiringi dengan tawa Riana juga.

Sungguh ini sama sekali tidak menarik, apa dua orang itu menganggap dirinya sebagai boneka pajangan disini. Pasangan ini benar-benar tidak punya hati nurani sama sekali.

Jika bisa ia ingin memutuskan panggilan telfonnya sekarang, tapi Regha yang tidak ingin didahului oleh siapapun pasti tidak akan terima nanti.

" Tuan muda, apa ada lagi yang ingin anda bicarakan," tanyanya ketika sudah cukup tenang disebrang telfon.

" Ahhh tidak aku hanya sedang bertaruh dengan Ina, siapa yang akan memenangkan bangku presiden pada tahun ini," Regha memutuskan panggilan telfonnya secara tiba-tiba.

Asisten Sam hanya menghembuskan nafasnya perlahan, beginilah susahnya jika menjadi asisten VIP seorang presedir utama.

***

Riana tertawa sangat puas setelah berhasil mengganggu Regha, ia segera masuk kekamar mandi melarikan diri dari Regha yang akan menerkamnya sebentar lagi.

" Ina keluar sekarang, atau aku akan menghancurkan pintu ini sekarang," Regha sepertinya sangat kesal dan terus menggedor pintu kamar mandi.

Sementara itu Riana didalam kamar mandi terus saja tertawa sangat puas sekali.

" Sayang maaf yah," Riana keluar dan memasang senyum bersalah.

" Lihat saja Ina aku pasti akan memenangkan taruhan ini nanti," ucap Regha tanpa menatap Riana.

"Baiklah, jika kau menang aku akan melakukan apapun yang kau minta begitupun juga sebaliknya,"

***

Riana turun untuk makan siang bersama Regha dibawah, pria itu sudah menunggu sejak tadi sekali dimeja makan.

"Sayang maaf, mama tadi habis menelfon. Katanya nenek sudah lebih baik sekarang," Riana duduk didekat Regha setelah salah satu pelayan menyiapkan tempat duduknya.

"Benarkah, mama tidak pernah memberitahu ku secara langsung sekarang," memberikan steak yang sudah ia potong kepada Riana.

" Tentu saja, sekarang kan aku adalah putri mama," Riana mulai memakan hidangan makan siangnya.

Riana ingin makan steak untuk makan siangnya hari ini, sehingga Regha juga mau tidak mau mengikuti apa yang ingin dimakan istrinya.

" Ina bagaimana jika kita pergi keluar negeri beberapa Minggu, aku akan ada dinas diluar negeri dan tidak mungkin aku meninggalkanmu sendirian disini," Regha membuka kembali pembicaraan ditengah santap siang itu.

" Aku tidak apa sayang, lagi pula aku tidak akan sendiri bukan. Selly sudah akan kembali hari ini, Rumahmu ini penuh dengan penjagaan yang ketat jadi aku rasa tidak perlu ada yang kau takutkan, kau bisa pergi dengan tenang, aku akan menjaga diriku dengan baik disini," Riana berbicara setelah meneguk minumannya.

Regha tentu saja dengan cepat menggeleng, bagaimana mungkin ia mau meninggalkan istrinya yang ceroboh sendirian terutama gadis itu kini tengah mengandung. Jadi Regha pastikan Riana akan tetap ikut dengannya kemanapun dan kapanpun Riana harus ikut dengannya dan berada disisinya sepanjang waktu.

" Ina anggap saja ini liburan, aku akan mengajak mama dan kau bisa mengajak Vivi atau siapapun agar kau tidak kesepian disana nanti. Tapi aku tidak akan pernah meninggalkanmu sendirian,"

Riana hanya tersenyum kemudian mengangguk paham, mana bisa ia menolak disaat Regha sudah terlihat seserius ini.
Mereka menghabiskan makan siang dengan cukup tenang.

***

Hari ini Regha akan membawa Riana untuk berlibur sekaligus mengurus pekerjaannya disana, selama diluar negeri Riana dan Regha akan tinggal di salah satu villa milik keluarga Tanjung.

Riana sudah siap dengan pakaian yang akan ia bawa nanti, namun Regha kembali sibuk memperhatikan setiap detail istrinya itu. Tidak ingin ada yang kurang sedikitpun.

" Kenapa pakaian ini tipis sekali hah, disana tidak seperti di sini Ina. Disana udaranya akan sangat dingin, kau harus memakai pakaian tebal agar baby kita tidak kedinginan juga nanti,"

Padahal mereka belum berangkat, dan Regha sudah siap dengan berbagai macam perlatan untuk Riana nantinya.

Mereka hanya akan pergi beberapa Minggu saja, tapi bawaan mereka seolah ingin pergi untuk menetap disana.

Dibandarapun Regha sempat membuat keributan karena merasa terganggu dengan pandangan orang-orang yang ia rasa mengarah kepada istrinya itu. Pria itu memeluk pinggang Riana posesif, dengan diikuti oleh asisten Sam, Selly dan beberapa pelayan serta bodyguard milik Regha.

Riana tertidur saat dipesawat, Regha terus saja menjaga istrinya agar tetap berada didekatnya. Ini adalah pertama kalinya mereka pergi keluar setelah bulan madu yang tidak karuan kemarin.

Perjalanan yang cukup panjang, Regha dan Riana terus saja menghabiskan waktu dengan bermesraan, tidak memperdulikan dua makhluk lain yang berada dihadapan mereka.

Asisten Sam sibuk dengan laptopnya sedangkan Selly sibuk dengan bukunya. Berusaha mengalihkan perhatian mereka dari dua orang yang tidak kenal dunia itu.
Sementara itu Riana sibuk memainkan kancing kemeja Regha, dengan kepala yang bersandar dibahu prianya.

" Sayang berapa lama pesawat ini akan terus terbang, aku merasa ingin menghirup udara bebas sekarang," keluh Riana bosan, memang Ria akan sangat cepat bosan dengan suatu hal sekarang jadi Regha harus sabar menghadapi kemanjaan dari istrinya yang sedang mengandung itu.

" Sabar yah Ina, kemari aku akan menyapa baby Tanjung dulu," mengusap perut Riana dan mulai berdialog sendiri.











Jangan lupa vote&comment yaa

Istri Kecil Sang Miliyader 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang