KEBENCIAN

146 10 0
                                    

Hari sudah berganti tapi Riana masih tak kunjung bangun dari tidurnya. Tubuhnya bahkan terasa sangat dingin dan lemas. Bahkan sekarang nafasnya terdengar berat.

Regha yang mulai khawatir itupun segera menghubungi dokter. Disaat sang dokter mulai memeriksakan kondisi Riana tampak wajah Regha yang pucat Pasih.

" Bagaimana dok, dia tidak bangun juga meskipun aku sudah mencoba membangunkannya," jelas Regha dengan nada yang cukup khawatir.

" Tuan Regha sepertinya kita harus membawanya kerumah sakit sekarang juga," Wajah dokter itu juga terlihat tidak tenang.

" Ta..tapi apa yang terjadi dok. Dia baik-baik sajakan," semakin khawatir.

Dokter wanita itu hanya menggeleng pelan, menandakan kondisi Riana sekarang tidak dalam keadaan baik.

Dengan cepat Antoni berlari keluar dan menghubungi asistennya.

Antoni menggendong tubuh tak berdaya Riana, memasukkannya kedalam mobil pribadinya dan segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit.

***
Regha berdiri mematung didepan sebuah ruangan berpintu kaca. Disana ia dapat melihat dengan jelas bagaimana istrinya kini tengah terbaring tidak berdaya dengan para medis disekelilingnya tengah sibuk melakukan perawatan.

" Regha apa yang terjadi kepada Riana, kau apakan lagi dia hah,"  Orang tua Regha datang, bahkan mamanya kini tengah menggenggam kerah Regha dengan kuatnya.

" Di...dia tidak mau bangun mom, dia tidak mau bangun meskipun Regha memerintahkannya," mulai menangis.

" Kau menyesal, kau baru menyesal sekarang, dimana fikiranmu itu disaat kau melakukan semua itu hah," memandang mata Regha yang kini sudah basah.

" Mah tenang ini dirumah sakit," berusaha menenangkan istrinya yang tersulut emosi.

Asisten Sam menatap dari kejauhan tuannya itu, dia sudah tau dengan jelas jika semua ini sudah pasti akan terjadi jika Regha mengambil keputusan salah itu.

Saya sudah memperingatkan anda tuan muda, kini kita hanya perlu berdoa saja agar Tuhan memberikan kesempatan untuk nona Riana lagi. Lirihnya dalam hati.

***
Dokter keluar dari ruangan operasi, wajahnya tampak tidak senang.

" Dokter bagaimana kondisi menantu saya," sang ibu lah yang pertama kali bertanya saat seorang dokter keluar dari ruangan.

" Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi," ucapannya terpotong karena Regha lebih dulu melayangkan satu pukulan telak yang mengenai wajahnya.

" Jangan katakan hal bodoh apapun, atau aku akan membunuhmu sekarang juga," Dimatanya hanya ada kemarahan yang membara.

Semua orang berusaha menenangkan Regha namun tidak ada yang berhasil, pria itu terus saja melampiaskan kemarahannya disana. Hingga terpaksa dirinya disunik dengan obat penenang.

" Sam apa yang sebenarnya terjadi kepada Riana, kenapa kondisinya bisa seburuk ini,"

" Maafkan saya tuan besar, saya lah yang bersalah karena tidak memberitahu tuan Regha jika kondisi jantung nona muda semakin memburuk," menunduk takut.

" Jantung, apa yang kau katakan Sam, jadi selama ini gadis malang itu sudah menderita," terus meneteskan air matanya.

" Benar nyonya, jadi ini bukan sepenuhnya salah tuan muda. Ini adalah kesalahan saya karena tidak memberitahukan hal sebesar ini kepadanya,"

" semua yang terjadi sekarang sudah tidak dapat diubah Sam, biarlah waktu dan takdir yang akan menetapkan semuanya sekarang,"

***
Tiga hari berlalu, tapi masih belum ada perubahan dari kondisi Riana. Bahkan beberapa dokter sudah menyerah dan menyarankan untuk melepaskannya.

Istri Kecil Sang Miliyader 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang