DUKA PART 2

88 9 0
                                    

" Kalau begitu katakan ada apa Ina," sudah mulai kesal karena Riana tidak mau berkata jujur kepadanya.

Riana hanya menggelengkan kepalanya kuat.

"Tidak ada aku hanya sedih karena kau sedih,"

" Bohong, kau fikir aku tidak tau saat kau berbohong seperti ini kepadaku hah," membuang pandangannya kearah lain.

Riana hanya menunduk takut, salahnya karena tidak dapat mengontrol perasaanya sendiri, dia telah berjanji akan melakukan ini tapi kenapa dia bahkan tidak bisa menahan rasa sakit yang menyeruak disekujur tubuhnya. Hatinya terasa sangat sesak sekarang.

Regha masih terus menatap Riana yang duduk diam dihadapannya, gadis itu masih tidak ingin menjawab apa yang terjadi kepadanya hari ini. Seperti ada sebuah beban yang terlalu besar untuk dia bawa sekarang.

" Tuan muda, Nyonya besar sudah berada dalam perjalanan menuju kemari," Asisten Sam datang dan memecahkan keheningan.

" Ina katakan apa yang terjadi kepadamu sebenarnya, apa yang diperbuat mama kepadamu. Sebelum aku bertanya langsung kepadanya nanti," tekan Regha sekali lagi.

" Aku tidak apa sayang, ku mohon lupakan saja. Aku baik-baik saja sungguh," mengatakan jika dirinya baik-baik saja tapi siapa yang akan dia tipu dengan air matanya yang terus mengalir itu.

" Kau tidak ingin menjawab bukan, baik aku akan langsung bertanya kepada mama," berjalan keluar meninggalkan Riana yang masih terus bungkam, tidak ingin mengatakan apa yang terjadi sebenarnya.

***
" Regha ada apa sayang," seorang wanita masuk kedalam rumah dan melihat putranya yang sedang bersandar didinding sambil fokus menatapnya.

" Mom, apa yang terjadi kepada Ina. Kenapa dia terus menangis seharian ini, terutama saat dimakam tadi," tanya Regha langsung pada intinya, terlihat pria itu tidak lagi ingin bertele-tele mengenai hal ini.

"Dimana Riana sekarang, apakah dia begitu sedihnya karena hal ini," mengedarkan pandangannya mencari sosok Riana disana.

" Mom, katakan saja apa yang terjadi kepada Ina," ucap Regha lagi dengan nada penuh penekanan.

Jika orang lain yang berada dihadapannya saat ini, Regha sudah pasti akan membuat keributan. Memaksa orang tersebut berbicara tentang apa yang terjadi hingga membuat sang wanitanya begitu bersedih seperti ini.

"Ma..mama hanya," tampak dari kilasan matanya ada rasa keraguan yang mencuat.

"Lebih baik mama berkata sekarang, sebelum aku menyuruh Sam untuk menyelidikinya. Mama tau kan situasinya akan semakin memburuk jika aku tau apa yang mama lakukan terhadap Riana dari orang lain," Lagi-lagi matanya memancarkan amarah yang besar, namun sekuat tenaga ia tahan agar orang tua yang mengandungnya ini tidak merasa tersakiti akan sikapnya.

" Mama menyuruh Riana untuk menemanimu kepemakaman hari ini," lirihnya pelan.

***
Flashhh backk.

Riana membuka matanya, dan mendapati sebuah pesan diponselnya.

" Ada apa mama menelfon ku sampai sebanyak ini, dia bahkan mengirimkan pesan," membuka ponselnya.

Belum sempat Riana membaca pemberitahuan diponselnya ada sebuah pesan lain yang masuk.

H****ARI PERINGATAN KEMATIAN KAKAKNYA. Bagaimana bisa Riana sampai melupakan hari sepenting ini, biasanya dia akan berkunjung kemakam kakaknya hari ini.

Namun saat membuka pesan dari mertuanya, Riana merasa tertegun.

Dalam pesan singkat itu bertuliskan agar Riana mau melupakan keluarganya untuk Regha, melupakan yang dimaksud pada pesan itu adalah untuk memutuskan hubungannya kepada seluruh keluarganya.

Riana tampak berfikir sebentar, menimang-nimang apa yang dimaksudkan oleh mertuanya sebenarnya. Kenapa tiba-tiba dirinya melakukan hal ini.

Sebuah panggilan masuk keponsel Riana lagi, dan disana tertera nama dari sang pengirim pesan tadi.

" Riana jika kau berada didekat Regha sekarang. Tolong cari tempat yang aman dulu, ada sesuatu yang ingin mama katakan padamu,"

Tanpa menjawab apapun Riana keluar dari kamarnya, dan menuju ketaman belakang.

" Ada apa ma," menjaga nada suaranya agar tidak terdengar serak.

" Riana mama tau hari ini adalah hari peringatan kematian kakakmu juga, tapi bisakah kau tidak pergi kemakamnya. Bisakah kau melupakan siapa dirimu sebenarnya hanya untuk Regha,"

" Apa maksud mama , bukankah semuanya sudah jelas sekarang jika bukan kakakku lah yang bersalah,"

" Kau salah Riana, Regha masih tidak bisa menerima kenyataan itu. Awalnya mama juga berfikir seperti itu, tapi setelah melihat semua tindakan Regha yang tidak pernah membiarkanmu bertemu keluargamu secara langsung membuat semuanya berubah. Dia takut kau akan meninggalkannya Ina, dia terlalu takut untuk itu. Jadi tolong bisakah kau melupakan asalmu setidaknya untuk hari ini saja,"

" Jadi maksud mama, aku harus melupakan jika hari ini adalah hari kematian kakakku," lirihnya pelan, sambil menahan air matanya.

" Ina tolong mengertilah, Regha sudah banyak melakukan pengorbanan. Hidupnya selalu dihantui rasa bersalah, mama tidak ingin membuatnya semakin takut. Karena jika kau pergi kemakam kakakmu itu hatinya pasti akan lemah, dia benar-benar butuh seorang teman Riana jadi tolong temani dia untuk hari ini saja. Mama mohon padamu yah,"

Riana hanya mengangguk pelan.
" Baik ma, sesuai dengan perintah mama," memutuskan hubungan panggilan itu.

Riana hanya duduk termenung, sampai Regha datang dan menghangatkan hatinya lagi dengan pelukan hangat itu.

***

Regha membanting semua barang yang ada disekitarnya.

" Regha tenanglah, mama tau ini kesalahan mama. Jadi tolong jangan seperti ini," merasa takut karena Regha mulai mengeluarkan amarahnya lagi.

" Sam, antar mama pulang kerumah dengan selamat," Amarahnya ada tapi rasa khawatir dan kasih sayangnya tidak akan pernah menghilang.

Riana yang mendengar keributan dari ataspun segera berlari kebawah, guna melihat apa yang terjadi sebenarnya.

" Sayang ada apa," tanya Riana yang berusaha menghentikan Regha.

" Ini semua salahku, akulah yang bersalah disini. Aku terlalu bersikap egois kan Ina," menatap Riana lekat.

" Tidak sayang, tidak ini bukan salahmu. Sudah kemarilah," menarik Regha agar duduk disebuah sofa bersama dengannya.

" Ina apakah aku begitu jahat, kenapa aku. tidak bisa mengerti dirimu seharusnya aku tau jika hari ini adalah hari yang sama dimana kau kehilangan sosok kakakmu juga. Seharusnya aku tidak memaksamu untuk menemaniku kesana," menyandarkan kepalanya di dada Riana.

" Sudah tidak apa, aku baik-baik saja," mengelus kepala Regha agar tenang.

" Ina maafkan aku, sungguh ini memang kesalahanku," memeluk Riana lebih erat lagi.

" Sayang sudah berhentilah menyalahkan dirimu sendiri, jika kau seperti ini kau akan membuatku semakin merasa sedih. Aku akui aku sedih karena tidak bisa datang kemakam kakakku hari ini, tapi aku yakin dia akan sangat senang karena aku lebih memilih dirimu," berusaha menenangkan Regha.

" Kau bahkan menangis seharian ini, kau membuatku hampir gila dengan air matamu ini. Aku ingin marah kepada diriku sendiri karena aku tidak tahu apa yang membuatmu menangis dan bagaimana membuatmu bisa berhenti menangis," amarahnya sudah mulai redup kembali.

" Aku menangis bukan karena aku tidak bisa datang kemakam kakakku, aku hanya sedih bagaimana bisa dua orang yang saling mencintai itu harus saling mengobarkan hidup mereka," membalas tatapan Regha.

Riana akhirnya berhasil menenangkan amarah Regha, dalam menenangkan badai bukan berarti kita harus membuat badai yang lainnya. Amarah seseorang hanya akan bisa ditenangkan melalui kehangatan dan kelembutan bukan dengan kekerasan atau amarah lain dari diri kita.

















Jangan lupa vote&comment yaa

Istri Kecil Sang Miliyader 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang