SUSU HAMIL

72 2 0
                                    

" Sayang aku tidak mau minum ini, rasanya aku sudah sangat muak. Aku sudah meminumnya selama tiga bulan penuh dan itu sangat memuaakan," Riana kembali mengeluh, susu hamil yang dibuatkan oleh pelayan itu sama sekali tidak mau dicicipi oleh gadisnya ini.

" Ina minumlah, lagi pula rasanya tidak seburuk itu bukan," Regha mencoba kembali menjelaskan.

" Kalau begitu kau saja sana yang meminumnya setiap hari,"

Mulailah kembali pertengkaran kecil antara sepasang manusia ini.

" Ina, inikan untuk bayi kita juga. Agar dia tidak menjadi anak yang keras kepala dan bodoh seperti ibunya," Regha mengatakannya dengan spontan, tanpa memikirkan reaksi Riana setelahnya.

" Kalau begitu kau saja yang hamil dan melahirkan, kau bisa meminum susu hambar itu setiap hari agar anakmu tidak bodoh seperti diriku," Riana masuk kedalam ruang ganti dengan menghentakkan kakinya kasar kelantai.

Regha baru menyadari, kenapa bisa mulunya ini asal bicara saja. Meskipun memang benar adanya begitu seharusnya dirinya tidak sampai mengatakannya dihadapan Riana yang ringkat sensitivitasnya meningkat menjadi seribu persen.

Riana keluar setelah menggunakan pakaian tidur lengkap, matanya menangkap sosok Regha yang sedang sibuk dengan laptopnya.

" Ina," Regha memanggil lembut kearah Riana tanpa melirik gadisnya.

" Hemm," Riana masuk kedalam balutan tebal selimut.

" kau marah?, minumlah susunya baru tidur," Regha mengambilkan gelas berisikan susu hangat baru lagi.

Tidak ada respon dari gadis itu hingga akhirnya Regha menarik nafasnya dengan kasar.

" Susunya sudah diganti rasanya setiap tiga hari sekali. Kenapa kau masih saja bosan hemm," Regha menarik perlahan selimut yang menutupi Riana hingga kepalanya.

" Masih marah, maaf Ina tapi sepertinya mulutku sedang ingin berkata jujur tadi," Terkekeh pelan melihat ekspresi kesal Riana.

" Kau terus saja mengatakan jika aku bodoh dan keras kepala. Tapi semua orang selalu mengatakan jika aku ini gadis cerdas cantik dan juga sangat baik,"

Regha tidak dapat menahan gelak tawanya lagi, ingin sekali dirinya memakan habis Riana malam ini, tapi apalah daya tumpukan pekerjaan dimeja sana sudah memanggil-manggil untuk segera diselesaikan.

" Baiklah istriku ini memang sangatlah cantik, pintar dan sangat baik hati. Tapi akan lebih baik jika anak kita mengikuti genku, setidaknya otakku jauh lebih encer,"

" Aku juga sangat cerdas, buktinya aku bisa menaklukkan seorang Regha Tanjung yang dingin sombong, playboy dan suka bermain-main dengan wanita," Riana bicara sambil menggembungkan kedua pipinya bulat.

Apakah ini efek kehamilan sehingga gadis ini semakin menggemaskan saja, Regha saja sampai tidak tahan dengan tingkah lakunya.

" Benarkah, tapi aku rasa kau masih belum menaklukkanku. Akulah yang menaklukka gadis keras kepala, mesum dan sangat ceroboh. Jadi bisa dibilang aku telah membesarkanmu dengan baik benar," Regha memutuskan untuk menggoda Riana sedikit lagi, karena begitu gemasnya melihat sosok baru dari sang istri.

Riana yang merasa telah dikalahkan telak oleh Regha langsung mengambil gelas susu dari tangan pria itu lalu meneguknya hingga habis tak bersisa.

" Sudah sana urus saja kesayanganmu itu, aku mau tidur," memberikan gelas yang sudah kosong kembali pada Regha.

Regha tersenyum lalu mengecup bibir istrinya sekilas. Manis, entah rasa mana yang lebih dominan, rasa susu stroberi yang diminum Riana atau memang bibir gadis inilah yang sudah manis sejak awalnya.

" Selamat malam Ina, dan jangan cemburu lagi yah. Aku hanya bekerja untuk menghidupi anak serta istriku yang sangat suka makan ini," Regha lagi-lagi menggoda gadisnya, namun kali ini tidak ada balasan apapun. Hanya ada nafas teratur dari Riana pertanda bahwa gadis itu sudah berlabu pada mimpi indahnya.

Regha kembali kepada kekasih keduanya, pekerjaannya. Bergelut sepanjang malam hingga mencapai fajar dengan tumpukan berkas yang mungkin hanya orang tertentu saja yang bisa memahami maknanya.

***
Riana bergeliat pelan, tubuhnya otomatis mencari sosok yang seharusnya memeluknya dengan erat seperti sebelum dia tidur. Tapi kemana pria itu, apakah pekerjaan mengharuskannya lagi untuk berangkat lebih awal.

" Selamat pagi Ina," Riana salah, Regha masih disana dan baru saja keluar dari kamar mandi.

Riana mengucek matanya untuk memperjelas pandangan matanya yang sedang menyaksikan vitamin pagi dari tubuh atletis Regha.

" Bersihkan dirimu, kau membentuk pulau disini," mengelus pipi istrinya tepat setelah ia megecup sesaat kening Riana.

Riana sontak menutup kedua pipinya dengan tangan, lalu berlari masuk kedalam kamar mandi. Reghapun tersenyum lebar melihatnya, bagaimana bisa muka bantal Riana mengalahkan seorang model yang dirias dengan MUA terkenal.

***
Riana duduk disamping Regha, sepertinya belakangan ini mereka lebih sering sarapan dikamar dari pada di ruang makan. Bahkan Regha menegaskan dengan sangat jelas jika Riana tidak boleh beraktivitas terlalu berat bahkan hanya untuk berjalan turun kebawah keruang makan. divila besar ini hanya terdapat tangga, tidak ada lift sehingga gadis itu harus naik turun tangga setiap harinya. Maka dari itu Regha melarang Riana untuk terus bolak balik.

Jika membahas soal masalah lift, pastilah mengingat bagaimana dulu takutnya seorang Riana untuk menaiki sebuah lift. Entah atas dasar trauma apa tapi gadis itu selalu gemetar jika memasuki benda kotak itu. Tapi sekarang justru dirinya sudah benar-benar tidak merasakan apapun dikarenakan sudah terbiasa, sikap Regha yang harus tepat waktu membuat Riana tidak memiliki pilihan lain selain menaiki lift meski tubuhnya berkeringat dingin sekalipun.

" Ina, biarkan aku menikmati sarapanku. Sudah lama aku tidak sarapan bukan,"

Tentu saja Riana bingung dengan perkataan Regha yang barusan. Apanya yang lama, pria itu bahkan baru saja menghabiskan sepotong roti berisi beberapa sayur dan daging.

" Apakah kau masih ingin menambah sesuatu lagi sayang, aku akan memanggil pelayan untukmu,"

" Tidak perlu aku hanya membutuhkanmu," Tatapan mata Regha sudah berubah menjadi tatapan seekor musang yang kelaparan dan membutuhkan mangsanya segera untuk bertahan hidup.

***
Dengan lari seribu Selly memasuki ruangan kerja asisten Sam dilantai atas gedung itu, dekat dengan ruangan Regha. Hari ini ia bangun terlambat karena pria yang berstatus sebagai suaminya itu menyergapnya hingga pagi menjelang.

Asisten Sam pasti akan membunuhku jika aku sampai terlambat. Merapikan pakaiannya dan mengetuk pintu seolah tidak ada peristiwa lari seribu tadi.

" Kau terlambat Lima menit Selly, apakah kau melupakan tugas dan tanggung jawabku selama ini. Tuan muda dan nona Riana masih ada diluar negeri, aku hanya menyuruhmu untuk menemaniku mengambil berkas disini tapi kau malah terlambat dan membuang-buang waktu berharga seperti ini," Sepertinya mod pria ini sedang buruk hari ini. Jadi lebih baik untuk tidak bertanya apalagi membantahnya.

" Cepatlah, kita harus kembali menemui tuan Regha setelah ini. Untung saja beliau masuk siang hari ini," Asisten Sam dan Selly mulai mengerjakan apa yang menjadi tugas mereka, setelah mendapatkan perintah dan bimbingan dari Regha tentunya, pria itu sudah bekerja semalaman penuh jadi sekarang tinggal dua orang asistennya inilah yang bekerja untuknya.



















Jangan lupa vote&comment yaa

Istri Kecil Sang Miliyader 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang