Jenie Menatap dirinya sendiri didepan kaca.
" Bukankah aku lebih pantas disebut sebagai nyonya Tanjung. Adik Regha itu sangat menarik, dia adalah pria yang pantas aku dapatkan, apakah aku harus mendapatkan adikku sendiri sekarang," tersenyum dengan khasnya.Jenie mendapatkan telpon dari seseorang, tanpa menunggu lebih lama lagi gadis itu segera pergi menemui seseorang.
" Kenapa kau memanggilku kemari," berbicara pada pria yang ada dihadapannya.
" Santai saja sayang, aku hanya ingin bertanya sampai kapan kau akan melakukan hal kecil ini. Kau sungguh sangat tidak berguna aku bahkan sudah bosan menunggumu," pria itu menyenderkan tubuhnya di kursi.
" Sudah kubilang aku butuh waktu sedikit lebih lama, Regha bukanlah orang biasa. Kau fikir mudah masuk kedalam keluarga besar Tanjung," melemparkan sebuah amplop ke dekat pria itu.
" Aku tidak perduli, terserah kau saja. Aku hanya ingin mendapatkan Riana itu saja, keluarga Tanjung sama sekali tidak ada bandingannya denganku, lihatlah betapa manisnya seorang Riana di foto ini," membuka amplop yang diberikan Jenie tadi yang ternyata adalah foto dari Riana.
" Cihhh apa bagusnya wanita itu, wanita berpenyakit sepertinya hanya menunggu waktu untuk mati,"
Pria asing itu langsung mencengkram dagu Jenie kuat, tersirat dimatanya sebuah kemerahan besar. Apa ini kenapa kemarahannya sangat mirip dengan Regha.
" Jangan berani kau mengucapkan hal buruk tentang Rianaku, atau aku tidak akan segan-segan membunuhmu sekarang disini kau mengerti," semakin memperkuat cengkraman tangannya.
Jenie mengangguk sesaat setelah cengkraman tangan kuat yang berhasil membuat wajahnya memerah.
" Aku harus pergi sekarang," Dengan segera Jenie mengambil tas dan juga ponselnya meninggalkan pria itu disana.
" Riana Mahesa, sungguh sangat cantik sekali. Kau membuatku jatuh cinta nona manis, tunggu aku datang dan kita akan bersama selamanya," menghirup dalam foto Riana penuh dengan kerasukan dan kegilaan.
***
Riana menggeliat pelan saat merasakan sapuan lembut dikenangnya.
" Selamat pagi nona mudanya Regha Tanjung," Sapa Regha saat Riana sudah mulai membuka matanya.
" Emhhh sayang kau tidak bersiap pergi kekantor," masuk kedalam pelukan Regha, membuat pria itu harus kembali dengan posisi berbaring lagi.
" Tidak hari ini aku hanya ingin bersama dengan istriku," Entah mengapa Regha memiliki firasat buruk sekarang, pandangan buruk seseorang sedang mengintai hidupnya dan Inanya.
" Sayang kau belum menyapa baby Tanjung," menghirup dalam aroma tubuh Regha yang bisa membuatnya mabuk seketika.
" Ohh benar, aku lupa Ina," tertawa kecil lalu menurunkan wajahnya tepat didepan perut Riana.
" Selamat pagi anak Daddy, apakah kau sudah bangun kau ingin makan sekarang. Ayo makan yang banyak agar kau cepat besar dan bisa bermain denganku nantinya," berbicara tepat dihadapan perut Riana.
Riana hanya tersenyum sambil menyisir lembut Surai hitam Regha yang belakangan terlihat semakin panjang saja.
" Sayang aku ingin kerumah orang tuaku apakah boleh," mumpung suasan hati Regha sedang baik jadi Riana berfikir untuk meminta ijin pergi saja sekalian mengurangi rasa bosan dan juga bertemu dengan Vivi adik kecilnya itu.
" Boleh, tapi berjanjilah untuk tidak terluka. Kau akan ditemani oleh Selly dan juga dikawal oleh para pengawal juga pelayan kepercayaanku, tidak boleh rewel tapi tidak papa jika kau menyusahkan orang lain kau kan istrinya Regha Tanjung,"
" Hemm baiklah tuan Regha, aku akan pergi besok yah,"
" Hemm aku akan mengantarmu besok sebelum pergi kekantor. Tapi hari ini aku ingin memelukmu seharian penuh," kembali mengecup kening Riana penuh kehangatan dan kasih sayang bukan ( Yang jomblo nyimak aja yah;))
" Tapi aku lapar sayang,"
" Kau ingin makan apa,"
Tidak ada gunanya sungguh, pertanyaan seperti ini benar-benar tidak berguna untukku. Untuk apa kau bertanya jika kau tetap akan memberikanku makan sesuai dengan syarat-syarat menyebalkanmu itu.
" Apa saja sayang," padahal dalam fikirannya sudah muncul berbagai macam jenis makanan yang diinginkan.
Regha pergi mandi terlebih dahulu, sebelum turun kebawah untuk sarapan. Tapi tentu saja sebelum itu dirinya sudah membantu Riana mandi tadi sekalian mencari kesempatan dalam kesempitan tentunya.
Riana menunggu Regha sambil menikmati segelas susu dan juga beberapa potong roti sekedar untuk menjanggal perut sebelum sarapan utama.
Ponsel Regha tiba-tiba berbunyi, dan tentu saja membuat Riana merasa penasaran setengah mati.
Gadis itu perlahan mengambik ponsel Regha memeriksa siapakah yang berani mengganggu Regha pagi-pagi seperti ini dengan cara menelfon berulang kali seperti ini.
Nomor yang sama, Riana sudah hapal dengan nomor itu. Siapa sebenarnya wanita itu kenapa dia terus saja menghubungi suaminya, dan jika dia memang rekan kerja Regha kenapa pria itu tidak menyimpan nomor ponselnya.
" Ina ayo kita turun," suara Regha yang tiba-tiba keluar dari kamar mandi. Riana segera meletakkan kembali ponsel itu lalu menghampiri Regha.
" pelan-pelan sayang, bagaimana jika kau jatuh nanti," ucap Regha yang melihat Riana seperti ingin lari maraton saja kearahnya.
" Sayang," Riana tiba-tiba memeluk Regha, meski tubuh pria itu masih basah dan hanya berbalut handuk sebatas pinggang saja.
" Ehhh ada apa ina," tanya Regha mengelus rambut Riana bingung.
" Aku tidak suka ini, kenapa aku terus mencurigaimu. Tolong hukum saja aku karena sudah lancang memeriksa ponselmu, lakukan itu agar aku tidak lagi berani membuka ponselmu apa lagi mengangkat panggilan lagi, lebih lagi malah berakhir salah paham dengamu," gumam Riana dalam pelukan Riana.
" Hei kau berhak melakukan itu, apakah nomor yang semalam menelfon lagi. Apa kau mengangkatnya tadi," tanya Regha perlahan takut jika dia salah bicara nantinya.
" Tidak, aku tidak mau membuat diriku bingung sendiri dan justru malah meragukanmu nanti,"
Regha tersenyum bahagia, jadi sebesar itu rasa kepercayaan Riana hingga membuat gadis itu tidak ingin melakukan apapun yang bisa merusak kepercayaannya sendiri pada diri Regha.
" Ina dengarkan aku, sebenarnya aku tidak benar-benar mengenal wanita itu. Ada beberapa masalah tapi kau tidak perlu khawatir semuanya pasti akan selesai sebentar lagi hemm. Intinya percayalah padaku, sekarang lepaskan aku jika kau tidak ingin keluar kamar dan turun dari ranjang dalam beberapa waktu kedepan,"
Riana melepaskan pelukannya lalu menatap Regha yang kini tersenyum lebar.
" Dasar om mesum," pergi keluar tanpa memperdulikan Regha yang tertawa kencang didalam kamar.
" Kau berani memanggilku om terlebih lagi diiringi dengan kata mesum hah," teriak Regha setelah tawanya hilang.
Tidak ada jawaban dari Riana, sepertinya gadis itu benar-benar kesal sekarang. Bisa-bisanya pria itu malah berfikir mesum disaat situasinya serius seperti tadi.
Regha turun kebawah menyusul Riana, namun senyum diwajahnya seketika menghilang ketika melihat kedatangan mamanya bersama dengan seorang wanita yang beberapa hari ini mencari masalah dengannya.
" Hai Regha apa kabarmu," langsung menyapa Regha.
Riana mengerutkan keningnya, siapa wanita ini. Tunggu Riana bisa mengingat wajahnya sekarang, gadis ini bukankah dia yang Riana lihat dikantor Regha saat itu, seorang gadis dengan senyum anehnya serta tingkah anehnya juga.
" Riana bagaiamana kabarmu nak," mama Regha berhasil mengacaukan lamunan Riana yang tertuju pada gadis yang sedang tersenyum lebar menatap Regha, namun sebaliknya Regha justru menatap dengan tatapan mematikannya.
Jangan lupa vote&comment yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Sang Miliyader 1
RomansaSinopsis:Istri Kecil Sang Miliyader 1 {TAMAT} --------------------------------------------------------- Menceritakan tentang sosok pria kaya raya yang menikahi seorang wanita dengan tujuan balas dendam. Riana Mahesa, seorang gadis yang harus menerim...