Happy Reading all 💐💐
Saat suasana sedang asyik-asyiknya jantung Riana justru tidak bisa diajak kompromi, padahal sudah beberapa waktu belakangan ini rasa sakitnya sudah jarang muncul tapi kenapa sekarang tiba-tiba muncul lagi.
" Ina kau kenapa, apa sakit lagi," tanya Regha begitu menyadari Riana sedang memegang dadanya lagi sambil berusaha mengatur nafasnya.
"Tolong ambilkan aku obatku," pinta Riana kepada Regha.
Dengan sigap Regha mengambilkan obat yang selalu ia bawa kemanapun itu.
" Ina minumlah dulu," setelah melihat Riana tenang kembali Regha segera menghubungi asistennya yang berjaga 24 jam kalau-kalau ada situasi darurat seperti sekarang ini.
Namun Regha sudah bisa mengatur dirinya agar lebih tenang, tanpa diketahui oleh siapapun Regha beberapa waktu belakangan ini menjalani sebuah terapi untuk mengatur emosinya. Dan tentu saja dirinya mau melakukan itu agar bisa menjaga Riana dengan sebaik mungkin dan tanpa menyakiti wanitanya itu.
" Tuan muda dokternya ada disini, bagaimana keadaan nona muda," asisten Sam masuk kedalam kamar dengan panik sambil menggandeng tangan seorang dokter yang dia jemput dari rumah sakit seberang.
" Shuttt diamlah, Ina sudah tidur," meletakkan jari telunjuk dibibir merahnya.
" Saya akan memeriksa keadaannya dulu," Dokter itu dengan sangat perlahan mulai memeriksa keadaan Riana.
Setelah memeriksa keadaan Riana dokter itu mengajak Regha keluar untuk berbicara agar tidak mengganggu Riana.
" Apakah nona Riana memiliki riwata jantung,"
Regha hanya mengangguk.
" Sepertinya kondisi jantungnya cukup parah, apakah belum ditemukan pendonor jantung untuknya,"
" Sam dimana kau mendapatkan semua dokter, kenapa tidak ada yang beres. Kemarin adalah dokter pria si*lan itu lalu sekarang dokter wanita banyak tanya ini,"
" Maaf tuan muda, saya akan bicara kepada dokter. Anda bisa menemani nona muda sekarang,"
" Kau berani memerintahku," protes tapi tetap masuk kedalam kamar dan mengikuti instruksi asistennya.
" Tuan, sepertinya rumor yang beredar itu benar yah. Tuan muda Regha Benar-benar sangat menyebalkan," tertawa geli.
" Apakah kau bisa serius sedikit, langsung saja pada intinya jika kau tidak ingin kehilangan pekerjaanmu ini," nadanya terdengar tidak perduli dan sangat dingin.
" Saya rasa, sekarang jantung nona Riana akan semakin sering kambuh. Bahkan rasa nyerinya bisa lebih parah dari yang lalu,"
" Tapi nona Riana sudah mengonsumsi obat dengan sangat teratur,"
" Obat hanya akan mengurangi efeknya saja, tapi tidak bisa menyembuhkan secara total. Jalan terbaik sekarang adalah menemukan donor jantung,"
" Kami sudah menemukan donor yang tepat, tapi nona muda menolak untuk melakukan operasi itu. Dia tidak ingin merenggut nyawa seseorang hanya karena mementingkan dirinya sendiri,"
" Wahhh aku tidak percaya jika nona kaya raya sepertinya masih bisa memikirkan orang lain," bergumam pelan.
" Sepertinya anda benar-benar sudah bosan dengan pekerjaan Anda yah. Jangan pernah berani membicarakan nona Riana dan tuan Regha lagi mulai sekarang, anda mengerti nona dokter," tatapan matanya kini beralih menjadi tatapan mata mematikan.
Dokter wanita itu hanya terenyuh mendengar ancaman pria yang ada dihadapannya itu. Benar rumor yang beredar tentang kekejaman pria yang ada dihadapannya sekarang ini, pria tanpa perasaan dan berhati batu bahkan mengalahkan Regha sebagai tuan mudanya.
" Silahkan pergi dari sini jika tugas anda sudah selesai," sekelabat amarah masih tersorot jelas dimatanya.
***
Sementara itu Regha kembali memeluk Ina, tangannya terus saja berada didada gadisnya. Merasakan detak jantungnya dan memastikan itu tidak akan pernah berhenti berdetak.
Regha takut sangat takut bagaimana jika hari itu akan benar-benar terjadi, hari dimana Riana akan meninggalkannya bersama dengan cintanya. Pria itu mungkin tidak akan pernah sanggup bahkan hanya untuk membayangkannya saja dadanya terasa sesak.
Andaikan saja Riana mau menerima donoran jantung itu, andaikan saja hati kecilnya tidak pernah tergerak untuk menyelamatkan pasien mati otak itu. Regha tidak akan memiliki kekhawatiran sebesar ini, dirinya pasti akan sangat bahagia bersama dengan Inanya.
" Ina," Regha terus saja menyebut nama gadis itu dalam hatinya, tak sanggup untuk kehilangan pemilik dari nama itu.
" Sayang bangun," suara lembut terdengar hangat ditelinga Regha, suara yang selalu memanggil dirinya setiap hari.
" Sayang bangun," lagi-lagi suara itu terdengar, namun Regha masih tidak ingin membuka matanya, terlalu takut untuk kehilangan semuanya begitu dia membuka matanya.
" Sayanggggggggg bangun," sebuah tangan sudah menempel dikedua pipinya dan mulai memutarnya dengan gemas.
" Ina apakah kau sudah sehat sekarang, kenapa kau membangunkan ku pagi-pagi seperti ini hah," kata Regha malas.
" Aku lapar sayang," rengek Riana.
Regha tanpa bertanya lagi langsung bangun dan membersihkan dirinya lalu keluar untuk menyiapkan makanan untuk tuan putri kita.
" Apa yang terjadi semalam, mengapa aku tidak bisa mengingat apapun. Terakhir aku merasakan sesak didadaku lalu apa lagi aku tidak bisa mengingatnya," gerutu Riana berusaha mengingat kembali detail yang terjadi semalam, bagaikan mimpi saja ketika bayangan Regha memeluknya sambil menangis sesegukan, itu tidak mungkin kan.
" Makanlah setelah itu bersihkan dirimu, kita akan pergi siang nanti," meletakkan sarapan dimeja.
Apa ini, apakah otaknya terbentur sesuatu pagi-pagi begini, tidak biasanya dia menurut seperti ini dan mau diperintah.
" Terimakasih sayang," bersemangat sekali.
" Ina," panggil Regha sambil terus menatap Riana.
" Kenapa apa kau juga mau, maaf sayang aku terlalu semangat sekali,"
" Apa kau tidak ingin memikirkan lagi tentang donor jantung itu," tiba-tiba membahas hal itu
Riana langsung tertegun, bahkan makanan yang ada di mulutnya juga masih tidak ditelan.
" Fikirkanlah lagi Ina kumohon dia hanyalah seorang pasien mati otak, bahkan dokter bilang sampai sekarang masih belum ada perkembangan,"
" Apakah kau takut uangmu akan habis saat membantu membiayai gadis itu sayang," berusaha membuat lelucon agar mencairkan suasana.
" Ina kumohon, aku tidak ingin kehilanganmu," matanya sudah kembali memerah sepertinya kali ini Regha benar-benar sangat takut, takut untuk menghadapi yang akan terjadi kedepannya.
" Aku tidak akan pergi sayang, aku akan terus berada disisimu. Itu janjiku bukan," memeluk Regha.
" kenapa aku harus memiliki istri kecil sepertimu, gadis muda dan bodoh seperti dirimu bukankah kau sama sekali tidak cocok denganku," membalas pelukan Regha.
" Aku sudah memberikan mantra untukmu, agar kau tidak bisa mencintai wanita-wanita diluar sana, mereka berdandan cantik dan bersikap manis dihadapan suamiku aku tidak akan bisa menerimanya,"
" Apa kau cemburu sekarang hah," hatinya terasa tenang sekarang.
" Hemm tentu saja, kau milikku tidak boleh ada yang mengambilmu dari diriku lagi kau mengerti,"
Regha hanya tersenyum lalu mengangguk paham, aku hanya milikmu untuk hari ini esok hingga sampai nafas terakhir ku.
***
Riana sebenarnya cukup menikmati bulan madu ala kadarnya ini, tapi apalah daya Regha sudah memaksa untuk kembali karena menghawatirkan kondisi Riana, Pria itu berjanji dirinya akan membawa Riana berkeliling dunia saat kondisinya benar-benar baik.Jangan lupa vote&comment yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Sang Miliyader 1
RomantiekSinopsis:Istri Kecil Sang Miliyader 1 {TAMAT} --------------------------------------------------------- Menceritakan tentang sosok pria kaya raya yang menikahi seorang wanita dengan tujuan balas dendam. Riana Mahesa, seorang gadis yang harus menerim...