PULANG

51 3 0
                                    

Waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba juga, Riana bisa kembali menghirup udara dari negri tercintanya ini. Terpaan angin hangat begitu terasa menenangkan.

Sebuah mobil langsung menunggu kedatangan mereka, beberapa petugas penjagaan sudah siap dengan pekerjaan mereka memastikan keamana bagi eksekutif dari Tanjung grup ini.

" Tuan muda anda harus melihat ini," Asisten Sam datang berlari menghampiri Riana dan Regha yang baru saja akan masuk kedalam mobil.

Regha mengambil benda pipih yang diberikan oleh asistennya itu, membaca sebuah artikel yang kini sedang membahas istrinya.

Nona muda Tanjung memiliki riwayat penyakit jantung, dikhawatirkan penerus Tanjung akan menurun dari sang ibu. Berita murahan macam apa lagi ini, bagaimana bisa berita tentang penyakit Riana tersebar luas seperti ini.

" Ada apa sayang," Riana memegang lengan Regha memastikan jika tidak ada sesuatu yang buruk yang menyambut kedatangan mereka sekarang.

" Ina masuklah kemobil lebih dulu, aku ingin bicara kepada asisten Sam tunggu sebentar disana yah," mengusap kepala Riana lembut.

Riana tidak ingin banyak bertanya, lebih baik menunggu Regha sendirilah yang menjalankannya dengan suka rela nantinya ketimbang bertanya terus menerus.

" Sam segera cari tau media yang berani memberitakan berita ini, segera hapus berita ini aku tidak mau tau siang nanti semua masalah ini harus beres,"

" Tuan muda berita ini sudah menjadi trending topik sekarang, akan sangat sulit untuk menyelesaikan secepat mungkin karena kini hampir semua media sedang memberitakannya,"

"Aku tidak mau tau Sam, siapapun yang membocorkan masalah ini buat dia merasakan akibatnya," Regha masuk kedalam mobil tanpa ingin mendengarkan penjelasan lebih lanjut dari asistennya.

" Sayang kau baik-baik saja kan, kenapa wajahmu merah seperti itu," memberikan Regha botol air minum.

" Ina berikan aku ponselmu, sekarang,"

Riana mengangkat salah satu alisnya, tiga buah kerutan sudah terpatri didahinya.

" Tapi untuk apa sayang, tidak biasanya kau meminta," ucapan Riana terpotong.

" Berikan saja padaku Ina, untuk beberapa waktu kedepan kau jangan memegang ponsel dulu. Jangan banyak tanya dan menurut saja," intonasi Regha sedikit tinggi hingga membuat Riana tersentak kaget, memangnya apa kesalahan yang ia lakukan hingga Regha bisa sebegitu marahnya dengannya.

Setelah memberikan ponselnya pada Regha, tidak ada lagi perbincangan yang terjadi diantara mereka sepanjang perjalanan. Riana sibuk dengan fikirannya sendiri sedangkan Regha sibuk melihat benda pipih itu sejak tadi, matanya memancarkan sorot kemarahan disana.

Ada apa sebenarnya, kenapa Regha tidak membiarkan aku melihat ponsel. Apakah ada sesuatu yang buruk disana. Riana terus berspekulasi sendiri.

***
Malam harinya Riana merasa bosan dikamar, Regha entah sedang membahas apa dengan asisten Sam diruang kerjanya, sedangkan ponsel Riana masih bersama dengan Regha.

"Apa kau juga bosan, katakan apa yang harus kita lakukan sekarang. Ayahmu itu begitu sibuknya sejak pagi tadi, dia bahkan tidak ada menyapamu hari ini," Riana berdialog sendiri sambil mengelus perutnya lembut.

Akhirnya karena merasa bosan Riana memilih untuk menonton beberapa tayangan ditelivisi guna mencari hiburan. Namun entah mengapa tv dikamarnyapun tidak bekerja sekarang.

" Apakah ini ulah Regha lagi, aku harus mencari tau apa yang terjadi sebenarnya," Riana memutuskan keluar kamar, namun didapan kamar ternyata ada Selly dan beberapa penjaga.

" Anda membutuhkan sesuatu nona muda, tuan Regha bilang anda harus tetap menunggu didalam kamar sampai beliau kembali,"

Ohhhh ayolah, aku bisa melewati penjagaan seperti ini. Ini bukanlah pertama kalinya aku dikurung didalam kamar seperti ini.

" Selly aku hanya ingin mengambil barangku yang tertinggal dibawah, aku akan cepat kembali nanti,"

" maaf nona tapi tuan muda melarang anda untuk melangkah lebih dari satu langkah keluar kamar,"

" Tapi aku hanya akan turun sebentar saja. Aku akan keperpustakaan untuk mengambil beberapa buku, lagi pula apa yang bisa dilihat disana,"

Selly tampak berfikir, benar tidak akan ada masalah selama Riana tidak membaca berita itu.

" Baiklah mari saya akan menemani anda,"

Riana mengangguk, dia masuk kedalam lift. Namun meninggalkan Selly yang kembali kedalam kamarnya untuk mengambilkan obatnya.

Riana turun keruang keluarga, disana ada sebuah tv yang tentu saja bisa ia pakai untuk menonton.

Riana mulai menghidupkan tv itu, menyetel sebuah siaran yang menayangkan berita-berita terkini dari berbagai daerah.

" Sepertinya tidak ada yang aneh, mungkin itu hanya firasatku saja," kembali fokus dengan berita yang dia tonton.

Sementara itu Regha baru saja keluar dari ruangannya, kepalanya sudah mau pecah karena mendapatkan ratusan email yang mempertanyakan bagaiamana bisa seorang wanita berpenyakit melahirkan penerus Tanjung grup.

" Selly dimana Ina," Regha bertanya kepada Selly yang sudah mau masuk kedalam lift.

" Tuan muda, nona Riana turun kebawah keruang keluarga untuk menonton tv, saya harap berita itu tidak akan muncul sekarang,"

Regha tanpa fikir panjang lagi langsung berlari turun, menggunakan tangga persis seperti yang Riana lakukan dulu saat dirinya mendapatkan titah Regha yang menyebalkan.

" Ina, kenapa kau sangat keras kepala sekali hah. Aku menyuruhmu untuk tetap dikamar bukan, kenapa kau malah keluar," Regha datang didetik terakhir, berita yang akan ditayangkan selanjutnya adalah mengenai Tanjung grup.

" Sayang kenapa kau matikan, aku hanya ingin mencari hiburan. Kau meninggalkan aku sendiri kau juga mengambil ponselku, dikamar juga tv-nya tidak bisa makanya aku turun. Kenapa kau malah membentakku seperti itu," matanya sudah mulai berair.

" Apakah ada sesuatu yang kau sembunyikan dariku, jika tidak kenapa sikapmu jadi berbeda sejak kau berbicara pada asisten Sam dibandara tadi,"

" Ina msengertilah semua yang aku lakukan pasti ada alasannya, percaya padaku jika semuanya baik-baik saja,"

" Kalau begitu berikan ponselku,"

" Ina, tidak. Kenapa kau menjadi anak yang tidak penurut seperti ini hah,"

Itu adalah pertengkaran paling serius diantara mereka. jika biasanya pertengkaran antara mereka hanyalah perdebatan kecil namun kali ini berbeda Regha bahkan sampai menarik Riana kembali kekamar mengunci gadisnya agar tetap berada disana.

Meski Regha juga merasa sakit melihat Riana terus menangis seperti itu tapi dirinya bisa apa. Yang terpenting sekarang adalah menyembunyikan masalah ini dari Riana bagaimanapun caranya.

" Tuan muda anda baik-baik saja, sebaiknya anda beristirahat dulu malam ini. Saya akan menyelesaikan masalah ini secepatnya,"

" Tidak Sam, aku tidak mungkin kembali kekamar sekarang. Menatap wajah Riana yang seperti itu membuatku semakin gila saja. Yang ada nantinya aku bisa saja melakukan sesuatu yang akan aku sesali nantinya, kau tau kan aku bisa saja hilang kontrol nantinya," menenggelamkan wajahnya frustasi.

Hingga pagi Regha masih berada diruang kerjanya bersama dengan asisten Sam.

Sementara itu Riana sudah lebih baik sekarang, dia bertekad untuk menemukan sesuatu yang salah itu. Pasti ada yang terjadi jika tidak mana mungkin Regha bersikap seperti itu padanya.



















Jangan lupa vote&comment yaa

Istri Kecil Sang Miliyader 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang