KAKAK?

54 4 0
                                    

" Riana bagaiamana kabarmu nak," mama Regha berhasil mengacaukan lamunan Riana yang tertuju pada gadis yang sedang tersenyum lebar menatap Regha, namun sebaliknya Regha justru menatap dengan tatapan mematikannya.

" Kabar Riana baik mah, tapi siapa dia," menunjuk kearah wanita dihadapan mereka.

" Dia adalah Jenie, dia," ucapan mama Regha terpotong karena Regha sudah lebih dulu angkat bicara.

" Mom sudah aku bilang jangan membawa gadis ini kedapanku, karena aku bisa saja membunuhnya sekarang juga," menatap gadis yang tersenyum lebar kepadanya.

" Sayang ada apa sebenarnya, dia siapa," memeluk lengan Regha kuat, seolah dirinya mendapat isyarat jika wanita yang ada dihadapannya ini adalah wanita beracun.

" Aku adalah kakak Regha, kau istrinya bukan. Salam kenal yah," menunjukkan deretan giginya lagi.

Wanita ini gila yah, siapa dia mengaku sebagai kakakku, ingin sekali aku mencekik lehernya sekarang juga. Menatap kesal kearah wanita itu.

" Tapi bukankah kalian hanya dua bersaudara sayang," tanya Riana lagi.

" Ina masuklah dulu kekamar yah, aku harus bicara kepada mommy dulu,"

" Tapi kenapa, bukankah kau bisa bicara sekarang. Dan jika dia kakakmu maka aku harus mengobrol banyak denganya,"

" INA AKU BILANG MASUK KEKAMAR SEKARANG JUGA," berbicara dengan nada membentak.

Suara keras Regha itu membuat Riana merasa takut, apa salahnya hingga Regha sampai membentaknya seperti itu. Terbilang lebai atau lemah mungkin tapi bentakan Regha dihadapan mama Regha itu membuat Riana merasa ada sesuatu yang salah, dia langsung berlari masuk kedalam kamarnya lagi tanpa mengucapkan sepatah katapun, bahkan gadis itu sudah tidak memperdulikan lagi tentang larangan Regha untuk tidak berlari terutama saat menaiki tangga.

Regha sadar dengan tingkahnya barusan, ia ingin menyusul Riana namun entah apa maunya Jenie justru mencegah Regha melakukannya.

" Aihhhhh Regha bisakah kau membantu kakakmu ini, aku butuh pekerjaan karena tidak bisa merepotkan papa dan mama terus jadi," ucapannya terpotong.

" Lepaskan tanganmu itu, sebelum kau tidak bisa lagi merasakannya lagi," menatap tajam.

" Regha sudah mama bilang bukan jaga bicaramu, bagaimanapun dia adalah kakakmu,"

Kali ini Regha lah yang menunjukkan senyumnya.

" Kakakku sudah mati dan itulah faktanya, aku tidak mempunyai kakak lain lagi terutama itu adalah seorang wanita ular sepertinya. Mom Regha mohon pulang sekarang, bawa wanita ini pergi jauh sebelum aku melakukan sesuatu diluar kendaliku," ucapan Regha penuh dengan tekanan disetiap kalimatnya.

Mama Regha hanya mengangguk, lalu mengajak Jenie keluar dari sana.

Lihat saja Regha Tanjung, rencana selanjutnya adalah menyingkirkan istri bodohmu itu. Menatap sekilas Regha yang juga menatap kepergiannya dengan sorotan mata tajam.

" Sam bereskan semua ini secepat mungkin, aku tidak perduli apapun lagi tapi singkirkan wanita itu jangan mengulur waktu lagi Sam," ucap Regha kepada asisten Sam yang saat itu langsung menemui Regha.

" Baik tuan muda,"

Sepertinya permainan ini akan lebih awal berakhirnya, tapi pertama aku harus mencari tau siapa yang bekerja sama dengan nona Jenie.Sehingga dirinya bisa sangat aman dan merasa sombong dengan setiap rencananya.

***
Regha masuk kedalam kamar, netranya menangkap sosok Riana yang kini duduk memeluk lutut di dekat ranjang.

" Ina kau marah padaku," Regha perlahan mendekati Riana dan berjongkok guna mengajarkan tubuh mereka.

Terdengar isakan kecil dari Riana yang masih menyembunyikan wajahnya.

" Heii kau menangis Ina, kau ingat bukan jika aku melarangmu untuk menangis. Kecuali aku sendiri yang memerintahkannya,"

" Kau jahat, kau membentakku tanpa alasan. Aku hanya bertanya saja dan kau membentakku dihadapan mama dan juga kakakmu," menatap Regha dengan mata sembabnya.

Kenapa bukannya merasa prihatin atau menyesal justru Regha malah dibuat gemas dengan tingkah istrinya ini. Mata sembab dan basah, pipi yang menggembung serta bibir berwarna pink natural yang membuat kesan sangat menggemaskan untuk Riana.

" Baiklah kemari," merentangkan kedua tangannya agar Riana bisa bebas masuk kedalam pelukannya.

" Tidak mau, aku tidak mau bicara dengamu lagi," mengalihkan pandangannya kearah lain.

" Ina kau tau kan jika aku pasti akan melakukan yang terbaik untukmu dan anak kita, jadi percayalah padaku untuk hal ini juga yah. Satu hal yang harus kau tau dia bukanlah kakakku, sisanya nanti saja karena aku tidak ingin membuat kepikiran dan justru berdampak bagi kesehatanmu dan juga baby kita," tutur Regha penuh kehangatan.

Bukannya berhenti menangis Riana malah semakin gencar.

" Kenapa jadi makin jadi sih, sudah kemari sini peluk aku," menarik Riana.

" Aku tidak suka dengan Jenie itu, dia seperti ingin menggodamu. Jika dia kakakmu seharusnya itu lebih baik setidaknya dia tidak akan merebutmu dariku, tapi jika dia bukan kakakmu maka.....," ucapannya menggantung karena tidak sanggup meneruskannya dan kembali menangis.

" Aku belikan kau eskrim dan kue serta permen hari ini sesuai keinginanmu, bagaimana tapi berhentilah menangis yah," menangkup pipi Riana gemas.

" Aku juga ingin makanan pedas,"

Regha dengan cepat menggeleng.
" Tidak untuk yang satu itu, kau taukan kau makan bukan hanya untuk dirimu saja tapi juga untuk babyku,"

Riana mengangguk dan memeluk Regha lagi, semuda dan segampang itu memang membuat Riana senang lagi.

" sekarang nona Tanjung, kita turun dan sarapan yah. Waktu makanmu sudah lewat. Anakku pasti sudah kelaparan sekarang," menggendong tubuh Riana kebawah untuk menikmati sarapan sekaligus makan siang mereka ini.

" Sayang kapan kau akan membelikan aku eskrim, aku sudah menghabiskan semua makanan untukku,"

" Besok yah Ina, sebelum pergi kerumah orang tuamu kita akan berbelanja dulu," terang Regha.

Riana hanya menurut, dan jadilah hari ini ia habiskan seharian penuh bersama dengan Regha dirumah, mulai dari menonton acara hiburan, hingga berjalan disekitar taman rumah agar suasana hati Riana semakin baik.

" Sayang tapi aku masih penasaran dia sebenarnya kakak bagaimanamu," tanya Riana disaat mereka sedang asik berendam air hangat di dalam buth up.

" Nanti yah Ina, perlahan aku pasti akan memberitahu semuanya saat waktu yang tepat nanti. Sekarang nikmati saja waktu kita ini,"

Riana mengangguk setuju lalu kembali sibuk memainkan busa sabun yang menutupi permukaan bak mandi berserta dirinya dan juga suaminya.

****
Jenie bertemu lagi dengan pria yang kemarin mengajaknya bertemu, sepertinya sudah menjadi rutinitas bagi mereka bertemu setiap harinya.

" Kapan aku akan mendapatkan nona Rianaku, kenapa kerja wanita ular sepertimu sangat lamban. Haruskah aku turun tangan sendiri dalam hal ini,"

" Jangan lakukan itu jika kau tidak ingin semuanya hancur berantakan, aku akan segera membawakan nona Rianamu itu tunggu saja," Ucapa Jenie dengan senyumnya, dengan begitu dia bisa menyingkirkan Riana dan mendapatkan kendali atas Regha dan semuanya.

Namun siapa sangka jika sepasang wanita dan pria sedang asik mengintai setiap pergerakan yang dilakukan oleh dua orang yang sedang asik mengobrol itu.


















Jangan lupa vote&comment yaa

Istri Kecil Sang Miliyader 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang