OPERASI

110 7 0
                                    

Riana terus berpaling dari Regha, bersikap seolah-olah pria itu tidak pernah ada disekitarnya. Tidak ada keinginan untuk pulang kerumah, melakukan apapun yang diperintahkan meski drinya tidak menginginkannya.

Tanpa terasa kini Riana harus berangkat keluar negeri guna untuk mendapatkan donor jantungnya. Gadis itu hanya diam saja sejak semalam, terus tenggelam kedalam fikirannya sendiri.

" Ina kau sudah siap, setidaknya tersenyumlah sedikit saja untukku," Regha duduk didekat Riana

" Bisakah aku meminta sesuatu padamu kalau begitu," menatap Regha dengan pandangan memohon.

" Katakan," memperbaiki Surai hitam sang istri.

" Selamatkan anakku, jangan merenggutnya dariku. Kumohon padamu," air matanya kembali jatuh setelah seminggu mengering.

" Ina kau tau apa yang terjadi jika kau terus memaksakan ini semua. Bukan hanya kau yang akan tersiksa tapi anak kita juga, operasi yang akan kau jalankan itu bukanlah operasi biasa,"

" Kalau begitu batalkan saja operasinya,"

" Ina cukup, terakhir kali kau juga melakukan ini bukan. Kau terus menolak untuk melakukan donor jantung itu, kau bisa lihat sendiri bukan hasil dari kekeras kepalaanmu itu," Regha memegang bahu Riana, mencoba membuka  fikiran gadis itu.

" Kau akan menjadi ibu sayang, tapi setelah jantungmu kuat untuk melahirkannya. Kau taukan dengan kondisimu yang sekarang justru akan membahayakanmu dan juga anak kita, jadi lakukan itu hemm untukku dan juga anak kita,"

Riana meneteskan air matanya, rasanya sangatlah sakit kali ini. Regha benar akan segalanya, dan Riana harus tetap hidup untuk membesarkan anak-anaknya kelak.

" Jangan menangis hemm, aku ada disini bersama dengamu. Ini semua pasti akan segera berlalu," menarik Riana kedalam dekapannya.

***

Riana dan Regha sudah tiba ditempat tujuan mereka, tampak beberapa orang sudah menunggu kedatangannya. Suami Selly dan juga dokter NAD ada disana menyambut kedatangan mereka.

" Nona Riana semuanya sudah siap, kita akan melakukan operasi besok. Apakah Anda siap," dokter NAD bicara dengan sangat hati-hati agar tidak menyakiti hati Riana sedikitpun.

Riana menggenggam tangan Regha kencang, difikirkannya kini terbayang-bayang berbagai macam kemungkinan, bagaimana jika nantinya operasi ini berhasil tapi dirinya akan kehilangan sang jabang bayi, atau bagaimana jika operasi ini justru tidak akan berhasil dan membuat Riana harus pergi meninggalkan segalanya, dirinya takut bagaimanakah hasil akhir dari ruang operasi itu nantinya.

"Kalian semua keluarlah, aku ingin bicara dengan istriku sebentar,"

" Sayang," mata Riana menyiratkan ketakutan yang begitu besar.

" Ina berjanjilah untuk tetap kuat, demi diriku dan anak kita. Jangan biarkan pengorbanannya sia-sia mengerti. Dan jagoan kecil Daddy, selama didalam jaga mommy yah, Daddy akan mengikuti semua yang diperintahkan oleh dokter demi keselamatan mommymu, jadi mari bekerja sama dengan baik," mengelus perut Riana.

" Sayang aku tidak mau kehilangannya," Riana kembali lagi meneteskan air matanya.

" Dia tidak akan pergi jauh sayang, lagi pula kita bisa membuat adik yang banyak nanti untuknya bukankah mudah saja membuatnya," persetan dengan otak Regha yang tidak kenal keadaan itu.

***

Ruang operasi tertutup, Riana sudah berada didalam bersama dengan beberapa dokter handal yang sudah dipilih langsung oleh Regha.

Sedangkan itu diluar ruangan Regha beserta keluarga yang lain sedang menanti dengan penuh cemas. Regha bahkan tidak bisa minum air seteguk pun. Rasa gugupnya saat ini benar-benar tidak bisa tergambarkan. Pria itu bahkan terus merapalkan doa untuk keselamatan sang istri.

" Nak makanlah sesuatu dulu, atau setidaknya minumlah sesuatu. Matamu sangat bengkak karena menangis seperti ini terus," mama Regha mengingatkan putranya itu.

" Mom, Inaku sedang berjuang didalam sana. Dan begitu semuanya sudah berakhir nanti, maka kami akan kehilangan anak kami juga. Regha bisa merasakan sakit yang dirasakan Ina saat ini, tapi aku tidak bisa melakukan apapun padanya. Semua pengaruhku, kekayaanku tidak banyak membantunya disaat seperti ini," Regha hanya ingin mengadu pada sang ibu, hatinya tak kalah hancurnya saat harus merelakan salah satu dari dunia kecilnya. Riana adalah jiwanya, dunianya seluruh nafasnya Regha tidak akan bisa hidup tanpa gadis itu, tapi mengorbankan anaknya yang bahkan belum terlahir kedunia ini juga menjadi rasa sakit terbesar bagi Regha.

Saat kembali terjadi keheningan beberapa saat, beberapa perawat keluar dari ruangan dengan raut wajah yang penuh kekhawatiran.

" Mom ada apa ini," Regha mengepalkan tangannya kuat, tubuhnya menegang. Firasat tidak baik sudah memenuhi fikirannya saat ini.

" Apa yang terjadi pada Inaku," Regha menghampiri Sang dokter yang baru saja keluar dari ruangan operasi.

" operasi tidak berjalan dengan lancar tuan, tubuh nona Riana seakan menolak untuk menerima jantung barunya. Saya harus mengabari bahwa pihak keluarga harus siap dengan kemungkinan apapun yang terjadi kedepannya,"

Regha tersungkur dilantai, kedua kakinya sudah tidak dapat menopang berat tubuhnya lagi. Nyawanya seolah terbang entah kemana.

" Tidak Inaku pasti akan baik-baik saja. Tidak boleh ada yang terjadi padanya, dia sudah berjanji jika setelah sembuh kami akan membuat anak yang banyak. Tidak boleh Inaku tidak boleh melakukan ini padaku, tidak boleh," Regha menolak mendengarkan siapapun saat ini, pria itu ingin mengancam jika terjadi sesuatu pada Riana maka akan ia pastikan jika dirinya juga akan menghancurkan segalanya yang ada.

operasi itu sudah berjalan selama 24 jam, pihak keluarga hanya bisa terus menunggu dan senantiasa berdoa. Bagaimana dengan Regha?.

Pria itu kini sudah terduduk lemas disudut ruangan, tak terhitung lagi berapa banyak ia menghabiskan stok air matanya itu.

" Kakak Regha kenapa kau menangis, kakak Riana bilang kau adalah pria yang sangat kuat. Dia bilang jika kau adalah pria yang berhati sangat lembut, tapi kenapa kau malah menangis seperti ini. Mama bilang kakakku sedang berjuang didalam sana untuk tetap hidup. Kenapa kau malah disini seperti orang bodoh yang kehilangan arah," Lancang, jika Regha tidak sedang dalam kondisi seperti ini. Kata-kata Vivi barusan pasti akan memicu amarahnya, namun justru kali ini kata-kata seperti itulah yang membuat dirinya lebih kuat lagi.

" Tuan muda apakah anda baik-baik saja, anda jangan cemas kita sudah memilih dokter terbaik untuk nona," asisten Sam datang dan membantu Regha Merapikan dirinya.

***

Sementara itu didalam ruang operasi. Beberapa dokter terkenal sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.  Perlahan namun pasti tubuh Riana sudah mulai bisa beradaptasi dengan jantung barunya lagi. Dan bisa dikatakan untuk saat ini semuanya berjalan lancar.

" Dokter hubungi keluarga jika operasi sudah berjalan lancar,"

1 hari, hingga 1 Minggu sudah berlalu begitu saja. Ada yang salah saat ini, pasalnya semenjak operasi hari itu Riana tidak kunjung sadarkan diri. Regha bahkan sudah memperingatkan kepada para dokter yang menangani Rianabahwa istrinya harus sadar secepatnya apapun yang harus mereka lakukan.

" Ina bangun, dokter si*lan itu bilang jika kau tidak bangun secepatnya maka kau akan dinyatakan koma. Bangun sayang, apakah kau tidak merindukanku, semua orang menunggumu sayang bangunlah kumohon padamu," Regha terus mengucapkan kata-kata itu sekarang, berharap sang istri segera membuka matanya lagi.


















Jangan lupa vote&comment yaa

Istri Kecil Sang Miliyader 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang