Happy reading all 💐💐
Setelah menghabiskan sarapan karena paksaan dari Regha, Riana kembali lagi masuk kedalam selimutnya. Masih malas untuk melakukan apapun bahkan untuk membersihkan dirinya saja dia malas.
" Ina mandilah dulu, setelah itu baru tidur lagi," masuk kekamar dan langsung mendekati istrinya.
Tidak ada respon apapun dari gadis itu, sepertinya terlalu malas untuk melakukan apapun bahkan tubuh yang hanya setengah dari besar Regha itu kini terasa jauh lebih berat dari biasanya.
Regha memicingkan matanya, lalu mengambil laptop yang kebetulan selalu setia berada dinakas dekat kasur.
" Ahhh sepertinya aku benar-benar harus kembali kekantor lagi sekarang," mengacak rambutnya frustasi, pdahal dirinya masih sangat ingin menghabiskan waktu bersama dengan Riana.
"Ina aku akan pergi kekantor apakah kau tidak mau ikut saja denganku dari pada disini,"
Dengan cepat Riana merespon dengan menggelengkan kepalanya meski tubuhnya masih nyaman di bawah selimut.
Regha menarik senyumnya menjadi satu garis lurus yang mempertegas rahang wajahnya.
Setelah bersiap-siap Regha segera mendekati istrinya yang masih enggan untuk berpisah dari tempat tidur itu.
" Ina, kau yakin ingin tinggal dirumah sendirian hemm," mengelus pipi Riana yang menonjol dari balik selimut.
" Hemm pergilah sayang, aku masih ingin tidur sekarang," memperbaiki posisinya agar lebih nyaman.
" Jangan lupa makan makan siangmu, dan jangan cerewet tidak lupa vitamin dan obat yang sudah diberikan dokter mengerti kan,"
Hal itu hanya didapat anggukan dari Riana.
" Aku hanya akan pergi sebentar, tunggu aku pulang dan jangan melakukan apapun yang bisa membuat mu dan babyku dalam bahaya mengerti," peringat Regha sekali lagi, namun yang diperingati tampak tidak terlalu perduli.
" Kalau begitu aku pergi hemm, jaga diri baik-baik sampai aku kembali awas saja kau sampai terluka nantinya saat aku kembali," masih saja Regha tidak mau berhenti mengoceh.
" Iya sayang, pergilah sekarang yah, kenapa kau menjadi sangat cerewet seperti ini," dengan nada sedikit keras mungkin kesal karena merasa tidurnya telah terganggu.
Setelah mengelus perut dan juga mengecup kening Riana, Regha segera keluar karena mungkin asistenya sudah menunggu dibawah sejak tadi untuk membawanya kekantor segera.
Kepergian Regha kekantor adalah hal yang paling ditunggu oleh Riana, seharusnya dia senang sekarang dan melakukan apapun yang dia inginkan karena tidak ada Regha yang mengawasi. Namun sepertinya rasa malas kini mendominasi dirinya sehingga membuat Riana lebih memilih untuk berbaring seharian diranjang tempat tidur. Bahkan tanpa Riana sadari ternyata Regha sudah menempatkan dua pengawal dan dua pelayang didepan pintu kamar guna mengawasi Riana selama dirinya tidak ada.
***
" Sam berapa lama lagi rapat membosankan ini akan berakhir," gerutu Regha yang sudah tidak tahan ingin keluar segera dari gedung ini." Tuan muda, mungkin rapat ini akan selesai satu hingga dua jam kedepan," berbisik kepada tuan mudanya.
Regha hanya mengangguk malas, mungkin dirinya kini telah tertular oleh penyakit malas dari Riana.
Seperti angin segar yang menerpa wajahnya di tengah hari, kini Regha bisa bernafas lega karena akhirnya rapat dewan direksi yang tidak semenarik Riana akhirnya telah berakhir.
Saat Regha berjalan keluar dengan mengangkat kepalanya yang membawa harga dirinya itu, tanpa sengaja dirinya menabrak seorang wanita.
" APA KAU TIDAK PUNYA MATA HAH!!!," Dengan nada super dingin dan tegas Regha memerahi wanita itu.
" Maaf tuan, maafkan saya. Akan saya perbaiki ini," berusaha menyentuh Regha.
Pria yang cepat tangkap itu segera mendorong gadis itu menjauh dari tubuhnya, bahkan asistenya yang sudah mendeteksi bahaya segera memerintahkan beberapa pengawal khusus Regha untuk menangani gadis asing dan lancang itu.
" Maaf tuan muda, kami akan mengurusnya segera,"
Regha memutar bola matanya malas lalu segera berjalan kearah luar, tidak memperdulikan apa yang akan dilakukan oleh asistennya itu terhadap gadis asing itu.
" Tunggu tuan Regha saya bisa membantu anda menyembuhkan Riana," wanita itu mengejar Regha yang sudah mau menaiki mobilnya.
" Kau fikir kau siapa menyebut nama istriku hah," Regha menatap sosok asing yang menurutnya sangat lancang itu.
" Maaf tuan tapi saya benar-benar tau cara menyembuhkan nona Riana. Saya jamin itu," dengan lancangnya wanita itu menatap Regha.
" SAM SEGERA SINGKIRKAN WANITA TIDAK WARAS INI, JANGAN SAMPAI DIA MUNCUL LAGI DIHADAPANKU ATAU LIAT SAJA NANTI," Regha masuk kedalam mobilnya dengan menahan amarahnya.
" Nona siapa anda, apakah anda ingin mengakhiri hidup dengan rasa malu seperti ini. saya tidak perduli siapa dan dari mana Anda berasal atau apa tujuan anda datang kemari. Tapi jangan lakukan apapun diluar kendali anda sendiri," peringat pria itu lalu kemudian langsung masuk kedalam mobil.
Mobil yang membawa Regha itu segera melaju membelah keramaian ditengah kota. Meninggalkan sosok gadis yang bukannya berlari bersembunyi ketakutan atau malah menangis yang justru kini malah tersenyum lebar.
" Lumayan juga, ternyata adik kecilku itu sangat menarik. Haruskah aku bersenang-senang lebih lama lagi," kembali tersenyum licik.
***
Didalam perjalanan asisten Sam menatap Regha dari kaca spion, fikirannya terfokus pada pertanyaan yang ingin ia tanyakan selama ini." Tuan muda," ucapnya takut-takut.
" Jangan memicu emosiku lagi Sam, aku sudah sangat kesal karena wanita gila tadi. Berani sekali dia menyebut nama istriku seperti itu. Berkata seolah dia sangat hebat hingga bisa mengalahkan dokter hebat,"
Gagal lah sudah untuk mengatakan semuanya pada Regha, pria itu kini sudah sangat kesal. Jadi tidak akan baik jika dirinya membuka suara lagi sekarang.
Begitu mobil berhenti tepat di depan pintu utama, Regha segera keluar dari mobil dan masuk kedalam rumah tanpa memperdulikan para pelayan yang menyambut kedatangannya.
Fikiran Regha hanya ada Riana saja sekarang, sudah segitu dibuatkannya dirinya oleh cinta dan kasih sayangnya sampai tidak bisa melepaskan gadis itu dari fikirannya sekejap pun.
" Kalian boleh pergi," perintah Regha kepada para pengawal serta pelayan yang ditugaskan berjaga pintu.
" Ina aku pulang," masuk kedalam kamar dan mendapati gadisnya masih setia berada didalam selimut tebal.
" Hei gadis pemalas cepatlah bangun, kenapa hari ini kau sangat malas sekali hemm," sebelum kembali memeluk Riana Regha membersihkan dirinya lebih dulu.
" Apakah kau tidur begitu nyenyak sampai suamimu datang saja kau tidak sadar," berbaring disamping Riana.
" Hemm tubuhku rasanya keram semua sayang," memeluk Regha.
" Kau ingin aku panggilkan dokter untuk memeriksamu dan baby kita. Karena sepertinya kalian benar-benar sangat malas hari ini,"
Riana menggeleng pelan, kemudian kembali memejamkan matanya. Rasanya sangat lelah meski dia tidak melakukan apapun seharian ini.
Regha bertahan dengan posisinya itu selama dua jam lebih, membuat istri malasnya itu tidur dengan nyenyak.
***
Dilain sisi asisten Sam sedang berusaha memikirkan cara yang tepat untuk membujuk Regha agar mau membantunya mendapatkan nomor pasien untuk dokter terkenal itu." Kenapa aku yang sibuk sendiri sih untuk menyembuhkan wanita itu. Aku bahkan tidak punya hubungan apapun dengannya, dan nona Riana juga tampaknya sudah tidak terlalu perduli lagi akan masalah ini," menggerutu sendiri.
Jangan lupa vote&comment yaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Kecil Sang Miliyader 1
RomanceSinopsis:Istri Kecil Sang Miliyader 1 {TAMAT} --------------------------------------------------------- Menceritakan tentang sosok pria kaya raya yang menikahi seorang wanita dengan tujuan balas dendam. Riana Mahesa, seorang gadis yang harus menerim...