BERDAMAI

55 3 0
                                    

Seorang pelayan wanita masuk kedalam kamar membawakan sarapan untuk Riana.

" Bisakah aku meminjam ponselmu sebentar, aku ingin menelfon dokter NAD,"

" Tapi nona muda," pelayan itu tampak ragu.

" Hanya sebentar saja, Regha pasti tidak akan masalah jika aku menelfon dokter NAD sebentar bukan. Ada beberapa hal uang ingin aku tanyakan padanya, aku akan bilang pada Regha nanti,"

Karena tidak enak untuk menolak pelayan itu memberikan ponselnya, Riana masuk keruang ganti dengan dalih ingin berbicara hal pribadi dengan dokternya.

Riana membuka media sosialnya mencari sesuatu yang mencurigakan disana, dan benar saja berita tentang Tanjung grup kini sedang sangat heboh apa yang terjadi sebenarnya.

Riana membulatkan matanya, benar ternyata Regha menyembunyikan hal besar padanya.

Entah kenapa tapi kali ini Riana merasa sakit, pujian yang biasanya selalu dilontarkan untuknya kini berubah menjadi gunjingan, dan penghinaan.

"Ina kau didalam," Regha mengetuk pintunya dengan tidak sabaran.

Riana menghapus air matanya yang entah mengapa turun tanpa ia inginkan.

" Sayang kau disini, kemana pelayan tadi. Aku meminjam ponselnya,"

" Apa kau habis menangis,"

Riana dengan cepat menggelengkan kepalanya, tentu saja Regha dapat melihatnya dengan sangat jelas. Gadis itu tidak menghapus air matanya dengan benar.

" Kau sudah membaca berita itu," Regha mulai angkat bicara setelah menarik nafasnya kasar.

" Sayang aku akan mengembalikan ponsel pelayan ini dulu, kau tunggu disini sebentar yah," Riana ingin melarikan diri takut pria itu akan marah lagi padanya karena bersikap keras kepala.

" Ina, kau tidak terluka kan. Aku sudah mengurus semuanya, jangan fikirkan itu mengerti jangan sampai ini mempengaruhi kesehatanmu dan baby kita,"

" Aku tidak papa sungguh, aku akan segera kembali," melepas genggaman tangan Regha perlahan.

Riana tidak banyak bicara beberapa hari ini, meski berita itu sudah mereda. Tapi tetap saja nasi sudah menjadi bubur, berita penyakit Riana sudah tersebar keseluruh penjuru. Mungkin jika dirinya adalah seorang istri pemuda biasa maka ia tidak akan merasakan sakit ini, semua orang menganggapnya remeh. Menjadi ibu untuk penerus keluarga Tanjung tidakpah pantas untuk dirinya.

" Ina ini sudah dua hari kau terus menghindar dariku, aku tidak bisa jika seperti ini," Regha datang dan memeluk sang istri lembut.

" Apakah aku ini bukan istri yang baik, apakah benar kata orang jika aku tidak pantas untukmu. Gadis yang berpenyakit parah sepertiku hanya tinggal menunggu waktu saja yang memanggil bukan, kenapa aku malah mengharap lebih dan ingin bahagia bersama denganmu dan anak kita," Regha mengeratkan pelukannya.

" Aku tidak akan membiarkanmu pergi kemanapun, jika kau pergi maka aku akan ikut denganmu mengerti,"

" Sayang maaf aku mengatakan hal ini, tapi menurutku sebaiknya kau mencari wanita lain. Wanita yang sehat untuk melahirkan penerus mu,"

Regha yang sudah tersulut emosi mendengar pernyataan Riana tanpa sadar menampar wajah gadisnya.

"KAU GILA, SUDAH KUBILANG JANGAN PERNAH BICARAKAN GADIS LAIN. AKU TIDAK AKAN MEMBIARKANMU PERGI KEMANAPUN INA TIDAK AKAN PERNAH," Regha meremat bahu Riana kuat.

" Itulah kebenaranya, semua orang diluar sana mempertanyakan dirimu sekarang. Kenapa kau mempercayai wanita penyakitan seperti diriku untuk melahirkan penerus mu. Rasanya sangat sakit bahkan jauh lebih sakit dari pada tamparanmu barusan,"

DEGHHH Reghaaa tersadar kembali, lagi-lagi ia kehilangan kontrolnya. Sudah cukup lama sepertinya ini adalah pertama kalinya Regha melakukan hal seperti ini.

" Ina maafkan aku, apa yang aku lakukan. Aku menyakiti dirimu lagi, maaf Ina aku tidak melukai bayi kita kan," Regha duduk dilantai, sudah cukup beberapa hari ini ia bekerja keras menyelesaikan berita konyol itu. Dan sekarang Riana menyulut emosinya dengan mengatakan hal yang menurutnya tidak akan pernah terjadi.

" Tidak, akulah yang minta maaf padamu. Aku seharusnya tidak pernah hadir dalam hidupmu, kontrak bodoh yang kita jalani seharusnya tidak pernah ada. Seharusnya kau bisa menjalani hidupmu dengan bebas sampai sekarang, bagaimana bisa aku tidak memikirkan dirimu yang pastinya sangat lelah mencari cara untuk menyembuhkan penyakitku ini kan,"

" Ina aku mohon tetaplah disini, mari lewati ini bersama. Aku berjanji aku akan mencari cara apapun untuk menyelamatkan kau dan juga anak kita, tidak perlu perdulikan orang lain diluar sana, kita tidak pernah hidup dari mereka bukan. Jadi kau hanya perlu memikirkan masa depan keluarga kecil kita hanya itu saja mengerti," mengelus pipi bekas tamparannya tadi, Regha benar-benar berharap jika dirinya tak pernah melakukan hal itu.

" Maaf sudah membuatmu merasa sakit, maaf karena aku menamparmu, maaf jika kau terkejut karenaku. Tapi aku mohon jangan pernah memikirkan tentang perpisahan lagi, itu membuatku sangat tersiksa Ina sungguh,"

Benar yang dikatakan Regha, kenapa ia harus memikirkan pandangan orang lain tentang dirinya. Mereka bahkan tidak mengenal Riana sepenuhnya, ia hanya perlu mempersiapkan keluarga kecilnya itu saja yang terpenting.

****

Setelah kembali berdamai, bisa dibilang sambutan cukup buruk saat mereka kembali kini sudah mulai membaik. Tidak ada lagi berita buruk tentang Riana, meskipun banyak sekali komentar buruk tentangnya tidak ada yang bisa mengubah pendapat setiap orang. Biarkan mereka berasumsi hingga batas pemikiran mereka masing-masing.

" Ina sudah bangun," sepertinya sudah lama Regha tidak bermain-main dengan dagu kecil milik istrinya. Regha selalu suka bermain disana membelai hingga keleher membuat sang empu merasa geli dan bergerak gusar.

Riana masih setengah sadar, matanya masih terlelap sebentar saja. Ia sangat lelah, bisa dibilang semalam Regha melakukan hal yang ia rindukan, mereka seperti melepas seluruh beban semalam, meskipun Regha tau diri dan bersikap sangat lembut padanya tapi tetap saja tubuh Riana kini terasa remuk.

" Ina mama menelfon, dia khawatir pada dirimu. Kata papa mama dan nenek terus gelisah memikirkan dirimu, namun mereka tidak bisa kemari karena sedang berada diluar negeri," Regha berbicara dengan Riana yang masih setia memejamkan matanya.

" Ina kau tidak marah bukan, semalam aku benar-benar tanpa sadar mendaratkan tanganku dengan kasar disini," kembali mengelus pipi istrinya lembut.

Riana sejak tadi hanya memberikan respon kecil, tubuhnya hanya menggeliat tidak nyaman karena sentuhan lembut Regha diseluruh bagian wajah hingga lehernya.

" Ehhh bagaimana keadaan Mumu, semalam aku tidak terlalu memperhatikannya karena sibuk mengecek baby kita didalam sana," Regha melancarkan aksinya dipagi hari yang cerah itu, dasar pria mesum dan tidak tau aturan.

***

Selly memandang asisten Sam ragu, ingin menanyakan sesuatu tapi disisi lain dirinya juga takut pria itu akan marah nantinya. Semenjak pernikahan rahasianya terbongkar hubungannya dengan asisten Sam bisa dibilang kurang baik.

" Katakanlah apa yang ingin kau tanyakan Selly, aku harus kembali kekantor,

membenahi semua kekacauan yang terjadi akibat tumor gila kemarin," ternyata pria itu benar-benar adalah seorang asisten pribadi yang sangat jeli.

" Apakah kau sudah mengetahui siapa yang membocorkan semua ini," memberanikan diri untuk bertanya dari pada ia mati penasaran nantinya.

" Beberapa orang pernah memergoki nona Riana yang berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung. Dan sepertinya tidak ada orang khusus yang bermaksud buruk sejauh ini, hanya para media yang ingin mendapatkan keuntungan lebih sehingga membuat situasinya serumit kemarin. Tapi syukurlah semuanya selesai sekarang. Meski begitu kau harus terus mengawasi sekitar nona muda, jangan biarkan dia keluar terutama sendirian akan sangat berbahaya. Kita tidak tau bagaimana fans fanatik tuan muda akan menanggapi berita ini,"

" Baiklah aku mengerti,"

Istri Kecil Sang Miliyader 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang