LABEL KEPEMILIKAN

149 10 0
                                    

" Aku ingin kau mengubah panggilanmu kepadaku," lirih Regha pelan dengan posisi kepalanya yang menyelinap di leher sang istri.

" Hemm panggilan apa maksudnya," memainkan rambut Regha yang senantiasa bermain dilehernya.

" Aku tidak suka kau memanggilku dengan sebutan om, sedangkan saat kau memanggil pria kau akan menyebut nama mereka," sesekali menghirup aroma tubuh Riana yang sangat ia sukai.

" Tapi bukankah panggilanku sudah bagus, kau memang bisa dibilang om bukan," tertawa geli.

" Tetap saja aku ingin kau mengubahnya, aku masih muda dan usia kita itu tidak terlalu jauh jadi kau tidak bisa memanggilku dengan sebutan om bukan," tangannya meraba ke wajah Riana.

" Baiklah katakan panggilan apa yang harus aku gunakan kalau begitu," menyingkirkan tangan Regha yang menggelitik wajahnya.

" Hemm terserah," kembali bermain dileher Riana.

" Sayang," lirih Riana pelan, yang otomatis membuat Regha mengangkat kepalanya menatap gadisnya itu.

" Apa yang kau bilang barusan," menatap serius ke arah Riana, ingin memastikan jika pendengarannya tidak salah.

" Tidak aku hanya mengatakan jika sebaiknya aku memanggilmu kakak atau mas mungkin," tersenyum lebar.

" Panggilan aneh macam apa lagi itu, kakak cih kau ingin menyamakan ku dengan pria tadi, lalu apa lagi itu mas sungguh menjijikkan sekali," membalikkan tubuhnya membelakangi Riana.

" Kalau begitu kau tentukan saja sendiri om," bangun duduk.

" Panggil aku sayang, atau suami tercinta," ikut duduk disamping Riana.

" Panggilan menjijikan macam apakah itu, tidak siapa yang ingin mengucapkan panggilan menggelikan seperti itu," merasa merinding sendiri.

" Apa kau lupa perjanjian awal kita, apa kau lupa dengan ayah, ibu beserta adik perempuanmu itu," kembali menenggelamkan wajahnya dileher Riana.

Pria macam apakah yang kau jadikan suamiku ini Tuhan, bolehkah aku tukar tambah saja dengan yang lain. Gerutu Riana kesal.

" Baiklah om...," ucapannya terpotong karena tiba-tiba Regha menggigit lehernya cukup kuat.

" Panggil aku sayang," menatap Riana lekat.

" Sayang," lirih Riana pelan kemudian segera mengalihkan pandangannya kearah lain, tidak ingin menatap wajah Regha yang sudah kegirangan setengah mati.

" Bagaimana jika kita mencoba panggilan lainnya seperti Hanny, baby, swetty, by, sweet hearth, ayang lopeku. Intinya yang sering digunakan anak muda jaman sekarang ini," sangat bersemangat sekali ketika mengatakan pemikirannya itu.

" Tidak, jangan pernah mengucapkan kata-kata itu lagi, karena usiamu sudah tidak sepangkat dengan kata para bocah itu, mari gunakan kata yang lebih dewasa sedikit," meninggalkan Regha dan masuk kedalam kamar mandi.

" Kenapa, aku melihat semua pasangan menggunakan panggilan seperti itu. panggilan yang lebih dewasa yah maksudnya, mommy Daddy," manampakkan senyum liciknya lagi.

***
Riana sedang berusaha menutupi karya seni milik seniman yang hanya bekerja untuk dirinya. Apa lagi jika bukan tanda merah yang diberikan Regha yang bahkan hampir menutupi seluruh bagian leher hingga dadanya.

" Dasar Regha sialan, bagaimana aku menutupi ini semua sekarang," menatap dirinya sendiri dicermin.

" Apa yang kau lakukan, kenapa kau menghilangkan cap merahku, kau tau banyak wanita yang ingin mendapatkan cap merah seperti ini dariku," gerutu Regha kesal ketikan mengetahui Riana ingin menutupi cap merah miliknya.

" Bagaimana aku keluar dengan penampilan seperti ini om," keluhnya kesal.

" Apa om," memelototi Riana.

" Baiklah Sayang, suamiku tercinta. Kan sudah aku bilang jika ini harus ditutupi tidak baik jika dilihat oleh orang lain," tersenyum paksa lagi.

" Tapi aku ingin mulai sekarang, cap merah sebagai label bahwa kau milikku harus selalu ada. Agar orang lain tidak akan berani mendekatimu lagi,"

Riana menghela nafas dalam, bagaimana mungkin ada orang yang berfikiran seperti ini. Tapi tentu saja dia adalah tuan Regha, pemikirannya itu selalu tidak bisa ditebak oleh siapapun juga.

" Baiklah tapi hanya satu saja, jika banyak seperti ini kau membuatku seperti orang yang habis dikeroyok atau terkena cacar," menunjuk kearah lehernya yang kini berubah menjadi merah.

" Hemm baiklah selama kau tidak melakukan kesalahan lagi," mengacak rambut Riana.

Orang ini kenapa suka sekali membuat rambut yang sudah tertata rapi menjadi berantakan seperti ini sih. Merapikan rambutnya lagi didepan cermin.

" Aku lapar," ucap Regha lagi.

Lalu kau mau apa jika kau lapar, apa kau berharap jika makanan akan datang kehadapanmu begitu kau mengatakan hal seperti itu. Lagi-lagi bergumam dalam hati.

" Aku akan melihat apakah makan malamnya sudah siap atau belum," ingin pergi namun Regha dengan cepat menarik tangannya.

" Aku ingin makan ini dulu sebelum itu," meng*cup bibir Riana lagi.

Dasar mesum. Ahhh ibu tolong aku. Masih membuka matanya lebar karena terkejut.

" Biasakan tutup matamu saat sedang berc*uman itu sangat mengganggu kau tau," gerutu Regha kesal kemudian segera meninggalkan Riana yang masih mematung ditempatnya.

Kenapa jadi dia yang kesal, seharusnya aku lah yang kesal bukan.

***
Riana turun menyusul Regha kelantai dasar, tentunya setelah dirinya selesai menutupi setiap label yang diberikan Regha dengan sangat baik.

" Dimana semua cap merahku itu," bisik Regha saat Riana sudah duduk didekatnya.

" Aku menyingkirkan mereka semua," jawabnya santai dan mulai menyantap makanannya.

" Bukankah sudah perjanjian awal jika labelnya harus selalu ada," menahan tangan Riana yang sudah ingin menyuap Makanannya.

" Aku masih menyisakan satu, lihatlah," menyibak rambutnya sedikit, dan terlihat tanda merah kecil yang muncul dengan malu-malu disana.

Regha tersenyum puas kemudian mulai menikmati hidangan makan malam yang disiapkan juga.

***
Setelah makan malam yang dipenuhi dengan senyum puas dari Regha, mereka melanjutkan lagi dengan kegiatan masing-masing.

Riana yang sibuk dengan foto-foto yang ada di ponselnya, sedangkan Regha yang sibuk dengan layar komputernya.

" om, maksudku sayang kapan ini akan selesai. Aku sudah sangat lelah sekarang," berbicara kepada Regha yang masih fokus itu.

" Hemm sebentar lagi, jangan coba-coba tidur jika tidak ingin aku melakukan sesuatu lagi," berbicara tanpa melihat lawan bicaranya.

Riana hanya mengangguk pelan sambil kembali fokus ke layar ponselnya.

Perlahan mata Riana mulai meredup, dia bahkan tidak sanggup untuk membuka kedua kelopak matanya lagi sekarang.

" Selesai, ayo tidur sekarang," menutup layar laptopnya.

Regha melihat kearah Riana, dan ternyata gadis itu sudah masuk kedalam alam mimpinya dengan posisi duduk dan ponsel yang masih menyala.

Perlahan Regha memperbaiki posisi Riana, membuatnya berbaring dengan nyaman dan mengambil ponsel milik Riana.

Saat Regha ingin meletakkan ponsel itu, tanpa sengaja dia melihat ponsel milik Riana. Disana terpasang foto pasangan suami istri beserta ketiga putrinya.

" Apakah kau merindukan keluargamu sekarang, apakah kau masih merindukan orang-orang yang telah banyak menyakiti dirimu," menatap Riana yang terlelap dengan nyamannya.

Regha meletakkan ponsel itu, kemudian ikut berbaring disamping istrinya dan memeluk gadisnya dengan sangat erat.


















Jangan lupa vote&comment yaa

Istri Kecil Sang Miliyader 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang