Di Pinggir Pelabuhan

588 94 2
                                    

---- [🍁] ----

Awan mengarungi langit yang berwarna biru pucat. Burung camar terbang ke arah datangnya bau asin khas samudra, sementara kapal-kapal barang mulai merapat sehingga awak pelabuhan dapat membongkar isi muatan.

Di antara kapal kargo yang besar itu, seorang pemuda bertopi hitam turun dengan santai. Beberapa anak buah yang menyambutnya segera menunduk hormat, sementara seorang pemuda lainnya melompati batu dengan riang dan melambai ke arah si pendatang.

"Oh~! Akhirnya kau tiba juga, aku sudah menunggumu untuk jalan-jalan!" Seruan itu membuat perempatan di dahi Nakahara Chuuya.

Menekan amarah atas sikap rekan kerja yang selalu menyebalkan, Chuuya menghampiri remaja dengan balutan perban dan gips besar di tangannya itu.

Terlihat menyedihkan.

"Biar kutebak, kau berusaha bunuh diri lagi, dan Bos menggagalkannya lagi." Chuuya memandangnya remeh, tetapi Dazai benar-benar tidak peduli.

"Betul! Bos itu menyebalkan seperti biasa, kalau begini terus, lama-lama aku akan minta ditugaskan di luar kota."

Hanya Dazai yang bisa bilang begitu.

'Memangnya bisa?!' Menyimpan pertanyaan itu dalam hati, Chuuya mendengkus dan berpaling.

Yokohama adalah daerah kekuasaan utama Port Mafia. Hampir mustahil seorang eksekutif seperti Dazai ditempatkan di luar kota.

Bukan itu masalahnya. Namun, karena Dazai selalu membutuhkan pengawasan, atau dia akan mencoba berbagai cara aneh untuk bunuh diri, dia harus selalu dalam jangkauan.

Sangat merepotkan jika Dazai Osamu benar-benar mati. Mafia akan kehilangan salah satu penopang pilar besar bernama Double Black. Kekuatan yang bisa meratakan organisasi musuh beserta markasnya dalam satu malam, hanya dengan dua orang pemilik kemampuan khusus dalam tim itu.

"Lagian aku masih bingung, kenapa topimu itu tidak terbang, sih?"

Angin laut begitu ganas, terutama di atas kapal. Akan bodoh untuk tetap memakai topi fedora itu, pikir Dazai.

Apalagi, topi aneh itu benar-benar tidak cocok untuk Chuuya. Akan lebih baik kalau itu diterbangkan angin.

"Pertanyaan konyol." Chuuya tak menanggapinya.

Bagaimana kalau aku menyentuhnya? Pemikiran iseng memasuki benak Dazai. Namun, saat ia baru berniat mengangkat tangan, Chuuya telah berlalu.

"Chuuya, ayo jalan-jalan!" Dazai berseru sambil lari menyusulnya. Dia sudah menyiapkan sebuah kalung leher baru khusus untuk Chuuya hari ini. Anggap saja hadiah penyambutan karena kemurahan hatinya.

"Maaf saja, tapi aku harus menemui Bos!" Melambai tanpa menoleh, Chuuya memasuki mobil yang menjemputnya.

---- [🍁] ----

BSD (Bungou Sengklek Dogs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang