Dazai Osamu tidak pernah mengharapkan penghargaan apa pun atas usahanya yang cukup keras untuk melindungi Yokohama. Sebuah hari yang tenang dengan kepiting kaleng dan sebotol bir sudah cukup baginya.
Dazai menghela napas begitu ia memperhatikan bahwa botol terakhirnya malam itu hampir kosong. Dia berguling di lantai, menyadari bahwa perban di pergelangan tangan kirinya terlepas.
Lelaki muda itu kembali mengembuskan napas dengan kasar disertai erangan malasnya yang khas. Iseng, dibukanya balutan warna putih yang selama ini melindungi kulitnya yang pucat dari dunia luar.
Dazai bisa dengan jelas memperhatikan perbedaan warna kulitnya; punggung tangan yang terpapar sinar matahari dan pergelangan yang sepenuhnya terlindungi.
Dazai terkekeh-kekeh saat menghitung berapa luka yang dia punya. Memangnya berapa? Lelaki kurus itu menghitung-hitung dengan jarinya, sambil meraba satu per satu bekas luka dan sayatan yang masih tersisa.
Dia baru sadar bahwa kulitnya lebih pucat dari terakhir kali ia ingat. Mungkin mereka kekurangan sinar matahari dan udara segar. Lelaki itu terkekeh sendiri. Memangnya dia tanaman?
Bagaimanapun, perbannya harus diganti. Entah kapan terakhir kali, pemiliknya pun tidak terlalu ingat. Dazai melirik malas pada lemari kecilnya, tempat bergulung-gulung perban diskonan bersemayam dengan tenang. Dia terlalu malas.
Dia mengantuk, mungkin juga sedikit mabuk.
"Oi, Dazai! Buka pintunya atau aku akan mendobraknya dan menyeretmu keluar sekarang juga!" Pintunya diketuk dengan tidak elegan, seperti suara datangnya kematian yang amat ribut.
"Tunggu sebentar!" sahutnya dengan agak jengkel.
Tiga detik kemudian, Dazai kaget. Bukankah ini malam hari? Kenapa ada Kunikida?
Dazai belum sempat bangun apalagi memasang kembali perban di tangannya saat rekannya di luar sana benar-benar mendobrak pintu dan masuk tanpa izin. Di belakangnya ada Atsushi, yang memegangi sebuah map cokelat dengan gugup.
"Oh~ kalian berdua!" Dazai buru-buru bangun dan tersenyum cerah. Menyembunyikan lengan kirinya di belakang punggung, sibuk memasang kembali perbannya yang dilepas.
"Apa yang kau sembunyikan?" Kunikida menyelidik. "Dan lagi! Kenapa kau malah bolos kerja dan bermalas-malasan?! Kita punya banyak kasus untuk diselesaikan dan Agensi sedang kekurangan staf! Jangan membuat sulit! Lagi pula, kenapa kamarmu sangat menjijikkan?!"
Dazai tidak mendengar sisa ceramah itu, dia menyapa Atsushi setelah urusan dengan perbannya beres. Merayu pemuda itu untuk diam-diam meninggalkan Kunikida yang tanpa disuruh segera membereskan kekacauan dalam ruangan Dazai.
[]
![](https://img.wattpad.com/cover/253018627-288-k553663.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BSD (Bungou Sengklek Dogs)
Fanfiction(Oneshot/drabble) BSD random ______________ Bungou Stray Dogs © Asagiri Kafka & Harukawa_35