Pria muda itu terhenti di depan sebuah bar. Ia bahkan tidak mengerti kenapa langkah kaki membawanya ke tempat itu. Apa mungkin ini takdir? Atau hanya kebetulan? Apakah otaknya sudah ... ah, ia tidak begitu peduli. Menghela napas lembut, pemilik iris cokelat kemerahan itu kembali melangkahkan kaki, memasuki bar dengan papan nama bertuliskan 'Lupin', seperti yang biasa ia lakukan sewaktu remaja.
Musik klasik yang lembut menyapa telinganya. Dazai Osamu terhenti saat bayangan tiga orang pria yang tengah bertukar kata tergambar jelas di hadapannya. Seolah waktu kembali berputar ke masa-masa itu, masa di mana dirinya masih menjadi bagian dari kegelapan malam Yokohama.
Bartender berompi merah menyajikan minuman keemasan dalam gelas kaca, segera setelah Dazai duduk di salah satu kursi. Seolah ia dapat membaca pesanan si pria muda bahkan hanya dengan mendengar langkah kakinya mendekat.
Dazai tersenyum tipis. Kini jemari kurusnya sibuk memainkan es batu dalam gelas. Ia memutar kembali beberapa percakapan ringan dengan seorang teman yang sekarang telah pergi amat jauh, ke tempat yang tidak pernah berhasil Dazai gapai ....
"Apa Odasaku tahu kalau Mori-san itu ... er ... menyukai gadis di bawah umur?" Pemuda dalam balutan warna hitam bertanya dengan ekspresi yang bermasalah.
"Hoh? Sepertinya aku pernah mendengar rumor itu di suatu tempat." Pria muda di sampingnya memberi respon yang terlalu datar untuk berita besar seperti 'bos mafia yang ternyata menyukai anak di bawah umur'.
Odasaku menyesap minumannya dengan khidmat, lalu kembali menoleh untuk mendapati bahwa Dazai masih memainkan es batu dalam gelas wine-nya.
"Lalu, bagaimana pandanganmu tentang hal itu?" Odasaku bertanya, tanpa niat selain untuk menyambung percakapan.
Terdengar helaan napas kasar sebelum Dazai kembali menjawab, "Menyedihkan ... Bos sangat menyedihkan dengan jas dokternya yang lusuh itu. Apalagi di depan Elise---dia sudah tidak tertolong lagi."
"Bukankah tidak baik membicarakan Bos seperti itu, Tuan Eksekutif?" Suara lain menyahut seiring langkah pelan dari kedatangan seorang pria berkacamata.
Dazai menoleh dan mendaratkan senyum simpulnya pada pria itu ....
"Ango?" Mata beriris hazel yang kini terlihat lebih hidup memicing. Raut wajahnya menampakkan ketidaksukaan.
"Ya, Dazai-kun. Sebuah kebetulan yang menyenangkan." Sakaguchi Ango meletakkan tas kerjanya dan duduk, mengambil jarak dua kursi dari Dazai.
Rusak sudah mood pria muda itu. Dazai tak pernah mengharapkan pertemuan semacam ini dengan salah satu sosok dalam ingatannya. Ia lebih suka mati menyendiri di sana, tenggelam dalam ingatan jangka panjang yang akan merenggut sisa semangat hidupnya, daripada harus mengobrol satu meja dengan ... Ango.
"Ah, sepertinya aku harus kembali bekerja. Tantei-sha sangat sibuk akhir-akhir ini." Menghela napas karena harus membayar minuman yang bahkan belum diminumnya, pria muda itu melenggang setelah meninggalkan selembar uang di samping gelasnya.
Dazai Osamu kembali menapaki jalanan Kota Yokohama, berteman sinar bulan yang redup dan hujan gerimis seperti hari itu.
[]
![](https://img.wattpad.com/cover/253018627-288-k553663.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BSD (Bungou Sengklek Dogs)
Fanfic(Oneshot/drabble) BSD random ______________ Bungou Stray Dogs © Asagiri Kafka & Harukawa_35