Sakit Kepala

276 45 2
                                    

Darah yang tercecer mengenai kemeja putih pemuda itu. Ia berdecih, lantas meninggalkan ruang bawah tanah sambil menyuruh beberapa anak buah yang bersiaga di luar untuk membereskan kekacauan yang diciptanya sendiri.

"Tidak berguna. Akan lebih baik jika orang bodoh seperti itu mati lebih lebih cepat ...," gumamnya dengan nada rendah nan dingin. "Atau yang lebih baik ... jika dia bisa membawakan kematian padaku."

Seringai yang ditampilkannya akan membuat orang lain percaya akan keberadaan iblis. Para pria berbaju hitam yang berbaris di lorong merinding seketika, ingin rasanya berlari menjauhi pemuda itu, tetapi tak ada dari mereka yang berani bergerak.

"Kau, belikan aku kopi hitam dingin. Jangan pakai es, gandakan gulanya." Menunjuk salah seorang penjaga yang menenteng senjata api, pemuda itu mengucapkan pesanannya. Detik itu juga pria yang ia tunjuk asal bergegas untuk memenuhi permintaan aneh sang eksekutif mafia.

Dazai Osamu kembali ke ruangannya sambil menghela napas panjang. Sejak kemarin, kepalanya terasa nyeri entah karena apa.

Menyangga kepalanya dengan lengan seraya mencengkeram surai-surai kopi yang terjuntai berantakan, tangan kirinya bergerak membuka laci meja, meraba, mencari sebuah tabung kecil berisi puluhan pil berwarna putih ..., dapat. Tanpa pikir panjang ia menenggak delapan butir obat, lalu mencoba tidur di meja berbantal tangan kurusnya.

Sementara manik suram itu hampir terpejam, sebuah suara mengagetkannya. Dering ponsel, pasti panggilan untuk tugas. Dazai membuang napas kasar seraya membuka email yang dikirimkan sang bos. Semakin frustrasi karena misi kali ini pun ia harus berpartner dengan Chuuya. Tanpa punya pilihan, pemuda itu melangkah keluar meski sangat terpaksa, meski sangat ingin rasanya untuk kembali ke rumah dan mengistirahatkan diri.

Masalah terbesarnya adalah ... dia belum memikirkan cara baru untuk menjahili Chuuya.

[]

BSD (Bungou Sengklek Dogs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang