Boredom

114 25 2
                                    

"Aaaaa Chuuuuyaaaaaaa aku bosaaaaaan!"

Dazai sedang berguling-guling di lantai. Sedangkan Chuuya duduk di sofa, menyilangkan kaki, sambil meneguk sekaleng soda dan mengawasi Dazai yang sudah bertingkah seperti itu sejak 15 menit lalu.

Rasanya seperti punya hewan peliharaan, batin Chuuya. Mungkin anjing akan lebih sedikit bertingkah dari pada kucing hitam berjas yang dipenuhi perban ini.

Chuuya menghela napas lelah. Dia lelah sendiri memperhatikan Dazai yang mendadak bertingkah seperti anak kecil. Dia juga sudah lelah menegur. Pokoknya lelah!

Pemuda berambut senja itu berdiri. Belum sempat dia melangkah, pintu ruangan itu diketuk. "Masuk!" perintah Chuuya tanpa menunggu tanggapan Dazai.

Seorang mafioso, dengan setelan dan kacamata hitamnya, berdiri di ambang pintu. Tercengang. Chuuya langsung menoleh ke arah Dazai; bocah itu, yang konon ditakuti sebagai eksekutif termuda dalam sejarah mafia, masih tiduran di lantai sambil memandang langit-langit ruangan. Persis seperti anak hilang yang putus asa menemukan orang tuanya.

"Tolong jangan hiraukan makhluk itu. Ada apa?" tanya Chuuya.

Si mafioso membutuhkan setidaknya satu menit sebelum bisa menjawab, "A-anda berdua dipanggil ke ruangan Bos."

Chuuya mengangguk. "Ayo, Dazai! Buat mulut sialanmu itu diam dan berhentilah merengek karena hal yang tidak ada!"

"Tapi aku mau matiiii!" Dazai kembali berguling-guling di sekitar kaki Chuuya.

"Bos memanggil kita!"

"Eeeeeh? Kenapa bukan dia saja yang menghampiri kita dan bicaraaa? Kan dia yang membutuhkanku!"

"Jangan kurang ajar!" Chuuya menendang perut Dazai.

Tanpa banyak kata lagi, dia menyeret Dazai keluar pintu. Dua pemuda itu berdebat sepanjang jalan, tapi Dazai tampaknya tidak keberatan diseret-seret karena itu berarti dia tidak harus berjalan. Hemat tenaga.

"Chuuya tidak mau menggendongku saja? Itu akan lebih nyaman."

"Diam!"

"Tapi aku punya mulut."

"KAU MAU AKU MENYUMPAL MULUTMU ITU DENGAN GRANAT, HAH?!" Chuuya memelototi Dazai lalu kembali menendang remaja yang tubuhnya penuh perban itu.

Dazai meringis, tapi ekspresinya sama sekali tidak berubah. Masih tetap datar dan agak kosong. Chuuya menghela napas. Dia menarik tangan Dazai agar remaja itu berdiri, lalu segera menggendong Dazai di punggungnya dan buru-buru menuju lift.

"...."

Sementara si mafioso malang cuma bisa terdiam. Dia menatap lorong tempat Dazai dan Chuuya menghilang. Bertanya-tanya bagaimana dua remaja kekanakan itu bisa menjejak posisi kokoh di bagian teratas hierarki Port Mafia.

[]

Sepertinya ini gaje(/¯◡ ‿ ◡)/¯ ~ ┻━┻

BSD (Bungou Sengklek Dogs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang