Pemuda itu hanya diam saja. Dia duduk-duduk di depan makam sahabatnya entah sejak kapan. Kemeja putihnya agak lusuh, rambutnya lepek, sementara di leher dan pergelangan tangan yang terbuka, menyembul lilitan putih yang menyembunyikan kulit pucatnya.
Jas hitam yang tadinya dia kenakan sudah terbang dan hinggap si salah satu nisan di bawah sana. Dia terlalu malas mengambilnya. Toh, sebentar lagi hitam bukanlah warnanya. Ya, hanya sebentar lagi.
🍁
Hujan mengguyur seisi kota. Tetes-tetes air yang terjatuh dari celah-celah daun pohon membangunkan pemuda itu. Dia menengadah, rupanya pohon yang menaunginya tidak cukup untuk menahan deras air.
"Kalau begini, Odasaku bisa kebasahan," katanya sambil berdiri.
Dengan langkah tatih dia mengambil jas yang masih saja tersampir di salah satu nisan yang tampak kesepian. Pemuda itu tersenyum sekilas. Kasihan.
Jas hitamnya itu sudah basah kuyup, terapi lumayan juga kalau dilipat dan dijadikan bantal. Pemuda itu mendesah. Yang dia butuhkan saat ini adalah payung atau jas hujan. Pandangannya mengedar, tetapi tidak ada siapa pun di pemakaman yang sudah seperti dunia lain ini.
Merasa tidak akan mendapat apa yang dia inginkan, pemuda itu akhirnya pasrah. Dia kembali ke tempat sahabatnya terbaring, berlari kecil sampai langkahnya membuat air yang tergenang berkecipak riuh.
"Maaf, ya, Odasaku. Aku cuma punya ini," katanya lagi, sambil menutupi nisan sahabatnya dengan jas hitamnya yang sudah basah. Dia berbaring dan memeluk makam sahabatnya itu, "Aku tidak mau kau kedinginan."
Iris cokelatnya layu. Dia memejamkan mata, menikmati suara hujan dan hawa dingin. Hatinya kembali mencelos. Namun, pemuda itu tidak bisa menangis sama sekali. Dia sendiri bingung bagaimana caranya mengungkapkan emosi paling sederhana sekalipun. Dia tidak tahu bagaimana caranya ... untuk menjadi seperti manusia normal.
"Aku ingin menemanimu saja di sini, selamanya. Odasaku tidak marah, kan? Kalau disuruh menyelamatkan orang lain ... aku akan memilih untuk menyelamatkan diriku sendiri lebih dahulu," gumam pemuda itu, kemudian menutup matanya yang amat lelah.
Setidaknya hari ini, di tengah guyuran hujan deras, dia ingin terlelap walau sebentar.
[]
//Sedang bingung sama diri sendiri ....
Padahal jari pegel, hape agak eror, dan ada empat cerita yang ku urus, yang bener-bener mepet DL. Tapi aku malah lebih mood bikin fanfic tolonglah .... 🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
BSD (Bungou Sengklek Dogs)
Hayran Kurgu(Oneshot/drabble) BSD random ______________ Bungou Stray Dogs © Asagiri Kafka & Harukawa_35