Mirip

143 29 6
                                    

Masih sama.

Dazia bangun dan menegakkan duduknya. Kepalanya sedikit pusing karena dia tiba-tiba bangun. Dan pandangannya menerawang ke depan. Seolah di depan sana, tergambar masa-masa bahagianya sebagai seorang anak remaja.

Dazai tersenyum tipis. Itu adalah jenis senyuman yang hanya dengan melihatnya, kau akan ikut merasakan sakit yang menggumpal di permukaan hati pemiliknya.

Dan untunglah tidak ada seorang pun yang melihat senyum tadi.

"Aku pasti gila," Dazai bergumam. Tangannya menjambak rambut, matanya menutup rapat-rapat.

Sesekali, Dazai masih bisa melihat bayangan dari punggung Odasaku yang berjalan menjauhinya. Lalu tanpa sadar, tangan dan jari-jari Dazai yang terampil akan mulai berusaha untuk menggapainya. Namun mereka tidak pernah berhasil. Tentu saja, tidak ada orang yang bisa menangkap bayang-bayang, sesuatu yang sejak awal memang tidak ada.

Kadang kala, Dazai akan berteriak, memanggil nama yang sudah tidak pernah dia sebutkan sejak beberapa tahun lalu. Kadang pula Dazai akan menatap bayangan itu seperti anak kecil yang merindukan ibunya.

Berbagai reaksi dan ekspresi pernah dia perlihatkan. Namun bayang-bayang itu tetaplah bayang-bayang. Sebentuk punggung itu tetap menjauh dan tak pernah berniat untuk kembali sekadar meminta maaf.

Meminta maaf karena sudah meninggalkan Dazai sendirian di dunia yang memuakkan ini.

Dazai meringis, dia segera menyadarkan dirinya sendiri.

Sesekali, hanya sesekali yang membuatnya hampir gila.

Dazai menarik napas panjang dan tersenyum tipis sekali lagi. Namun senyumnya segera pudar saat ia mendapatkan sebuah tepukan di pundak.

Lelaki muda itu berbalik. Kepalanya berdenyut-denyut. Dia tersenyum lagi. Dadanya berdebar, ada denyut aneh di seluruh organ tubuhnya.

"Aku pasti masih bermimpi, ha ha ...." Tawa pahitnya pudar di telan angin musim gugur.

Gugur.

"Ada apa denganmu?" Kunikida heran, tapi segera menarik Dazai keluar. Ada pekerjaan. Mereka harus buru-buru.

"Tidak." Dazai mengikuti rekan kerjanya sambil bersenandung kecil. "Tadi sekilas, kukira Kunikida-kun itu orang lain," katanya agak pelan.

"Siapa?" Kunikida hanya menanggapi karena dia sedikit penasaran.

"Super hero yang kalah melawan badut super jahat, yang kulihat di acara tv anak-anak!" Dazai menyeringai jahil.

Sekilas tadi kau terlihat seperti Odasaku.

Tak butuh waktu lama sampai Kunikida menggetok kepala Dazai.

Tidak, kau memang mirip dengan Odasaku. Kau dan prinsip sialanmu itu.

Lalu terdengarlah omelan, makian, cacian, ceramah, bahkan suara tubuh manusia yang dibanting ke tanah.
Dan saat seperti itu pun, Dazai hanya tertawa-tawa seolah senang.

Tapi aku yakin aku salah.

"Lain kali jangan pernah tidur di waktu kerja!"

Aku salah.

"Dasar maniak bunuh diri sialan yang selalu mengacaukan jadwalku!"

Jadi kumohon jangan mati.

... karena saat itu pun, aku tidak bisa berhentilah menyalahkan diriku sendiri.

Odasaku...

BSD (Bungou Sengklek Dogs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang