Buruk

167 37 1
                                    

"Selamat datang di Port Mafia, Nakajima Atsushi-kun."

Atsushi membuka matanya dan mendapati diri berada di sebuah ruangan gelap, sementara di depannya adalah seorang pria setengah baya, dengan setelan putih khas dokter dan rambut hitam yang terurai, sedang tersenyum lembut.

Pada pandangan pertama, Atsushi segera mengenali pria itu. Pria yang dia temui di jalan pada awal konflik dengan Guild beberapa waktu lalu, pria yang membantunya membuat keputusan untuk tidak meninggalkan Ruangan Anne dan membantu teman-temannya. Pria seperti itu ... untuk apa--

"Port ... Mafia ...?" Atsushi membeo, dia kaget seolah baru saja menyadari bahwa ada orang lain di depannya. Dia ingat perkataan Dazai tentang sang bos.

Pria itu, sang bos besar Port Mafia, Mori Ougai, terkekeh saat menikmati reaksi Atsushi dan mengamati pemuda itu seperti halnya objek penelitian.

"Kau ... apa yang kau inginkan?!" Atsushi menggeram, suaranya bergema dalam ruangan yang remang itu.

Tangan dan kakinya terikat di kursi, tetapi itu adalah jenis ikatan yang bisa dengan mudah dia lepaskan jika berubah menjadi harimau.

"Reaksimu itu benar-benar menarik," gumam Mori, saat mengarahkan senyuman penuh perhitungan pada remaja yang masih melotot galak seolah dengan itu saja, dia bisa menelan Mori dalam ketakutan. Sungguh hal yang lucu.

Tanpa menarik terlalu banyak atensi, pintu besar yang menjadi jalan masuk menuju ruangan itu terbuka, membiarkan seseorang dalam balutan sewarna langit malam memasuki ruangan.

"Bukankah Anda tidak punya waktu untuk bermain-main sekarang, Bos?" Sebuah suara membuat Atsushi tersentak. Suara yang sama membuat Mori mengalihkan pandangannya dan tersenyum.

"Tentu saja," gumam sang bos.

Tak lama, langkah kaki terdengar dan seorang pria muda ditampilkan dalam jarak pandang Atsushi. Pria yang selama ini dia hormati, pria yang menyelamatkan hidupnya dan menjadi senior yang menakjubkan di tempat kerja. Pria yang sama itu kini berjalan dengan santai menghampiri meja tempat sang pemimpin para mafia duduk.

"Dazai-san ...?" Suara Atsushi bergetar karena ketidakpastian. Matanya membelalak. Entah bagaimana, dia segera paham apa yang terjadi, tetapi sebagian besar dari dirinya menolak untuk itu.

Dazai Osamu hanya berjalan santai. Dia memiliki setelan hitam yang sudah lama tidak dikenakannya. Itu saja dapat mengingatkan orang-orang pada sosok sang eksekutif termuda dalam sejarah mafia sekali lagi, meski kini dia tidak mengenakan mantel hitam panjang pemberian sang bos. Teror yang ditinggalkan sang pria jenius pada para penghuni dunia bawah masih sama seperti waktu itu.

"Yah, sudah lama aku ingin melihatmu kembali, Dazai-kun. Apa perjalananmu menyenangkan?" Mori tersenyum ramah pada 'anak kesayangannya'.

"Bukannya aku menyukai hal itu," erang Dazai dengan wajah masam, berhenti tepat di sebelah meja sang bos. Lantas, dia berbalik, menatap juniornya dan tersenyum ramah seperti biasa. "Senang bertemu denganmu lagi, Atsushi-kun. Apa Mori-san menakutimu?"

"Tidak sopan," gumam Mori, lalu mengalihkan lagi tatapannya pada sang harimau putih. Kali ini dia hanya ingin memperhatikan, bagaimana reaksi putus asa yang akan Atsushi tampilkan saat melihat Dazai yang seperti sekarang.

"Dazai-san ... apa yang kau lakukan di sini?! Kau menghilang tiga minggu yang lalu---kami bahkan mencarimu ke mana-mana! Kenapa kau malah ada di sini? Apa maksudnya semua ini?!" Atsushi menjerit, seolah hanya itu yang bisa dia lakukan di saat seperti ini.

"Tenanglah, Atsushi-kun." Dazai memiliki ekspresi dingin di wajahnya. Menatap Atsushi, dia bahkan menyipitkan mata. "Aku hanya kembali. Setelah misi panjangku selesai."

"Apa?"

"Port Mafia itu, Atsushi-kun, adalah organisasi yang kejam dan serakah. Mereka bahkan tidak mengizinkanku untuk istirahat setelah berduka." Dazai mengarahkan tatapan sinis pada Mori, "sangat buruk."

"Kau bisa menolaknya jika kau mau, loh, Dazai-kun? Waktu itu, kukira kau benar-benar mengkhianati kami." Mori menjawab.

Dazai kembali mengarahkan tatapnya pada Atsushi. Dia tersenyum ramah seperti biasa. "Jadi begitulah, aku hanya berpura-pura. Sangat menakjubkan bahwa kalian tidak sadar."

"Itu semua bohong!" Raung Atsushi.

"Atsushi-kun. Tantei-sha ... tempat yang sangat menyenangkan. Aku menyukainya. Namun, aku adalah bagian dari kegelapan. Tempatku adalah di antara darah dan kematian ...."

Manik dwi warna itu membulat. Ada senyuman yang terlihat sangat menyakitkan di wajah Dazai. Tidak, dia tidak akan pernah mempercayai hal itu. Tidak setelah apa yang Dazai katakan padanya di pemakaman waktu itu ....

"Tidak mungkiiin!"

Kepalanya menghantam langit-langit lemari---tempat tidurnya. Dia tersadar tengah berada di atas futon, dengan napas memburu dan banjir keringat. Atsushi menenangkan diri. Dia memegangi kepalanya yang terasa sakit.

Apakah ... yang tadi itu hanya mimpi? Atau justru bagian dari kenangan buruknya?

[]

BSD (Bungou Sengklek Dogs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang