Apanya yang bagus dari makhluk jadi-jadian bernama Dazai Osamu? Chuuya sama sekali tidak mengerti. Namun, yang dia tahu, dia sudah membenci Dazai sejak pertama kali mereka bertemu. Dan itu bukan jenis kebencian yang bisa berubah seiring waktu. Kalau boleh dikatakan, makin mengenal Dazai, Chuuya justru semakin membenci remaja berlapis perban yang mata kanannya tak pernah dibiarkan terbuka itu.
Seperti mumi saja!
Mumi Firaun mungkin akan lebih sedap dipandang daripada Dazai.
"Chuuya, mau bantu aku tidak?"
Suara menyebalkan itu membuat Chuuya terpaksa menoleh. "Apa?" ketusnya, "kau mau kubawa ke Museum Yokohama dan mengatakan pada staff bahwa kau adalah salah satu mumi yang hilang sejak zaman Ramses III?"
"Waaahh, apa Chuuya baru belajar sejarah? Kereenn!" Dazai bertepuk tangan dengan heboh, walaupun wajahnya sama sekali tidak menunjukkan emosi itu.
Memangnya Dazai Osamu punya emosi?
Tentu, kalau kau tanya Chuuya. Dia memiliki emosi paling menyebalkan di muka bumi. Dan perasaan Dazai yang suka meledak-ledak itulah yang selalu membuat Chuuya kerepotan.
"Bantu aku!" Dazai ngotot. Dia menyodorkan PSP di tangannya. "Orang yang suka bertarung biasanya punya otak yang seperti udang, tapi aku yakin kalau soal pertarungan, Chuuya jagonya."
"APA MAKSUDMU DENGAN KALIMAT ITU, HAH?!"
Bukannya tersanjung, Chuuya makin geram. Baginya, pujian asli saja akan terdengar menyebalkan kalau keluar lewat mulut Dazai. Apalagi hinaan terselubung seperti ini!
Chuuya merebut PSP dari tangan Dazai dengan kasar. Hampir-hampir dia membanting benda tersebut. Namun tetap dikembalikannya pada Dazai, dengan layar menunjukkan tulisan "WINNER" besar-besar dan convetti bertebaran sebagai latar belakang.
Dazai tersenyum arogan. Dia tahu Chuuya akan tetap menurut walau kesal seperti apa pun. Chuuya itu bawahannya. Dan Dazai berpikir sifat penurut itu benar-benar khas Chuuya: menyebalkan. Membuatnya muak dan ingin muntah. Sudahlah terlalu penurut, sangat setia pula.
Memangnya Chuuya tidak kapok dikhianati dan ditinggalkan rekan-rekannya lagi?
Dazai tidak tahu; dia tidak pernah bisa merasakannya: bagaimana rasanya menjadi seorang Nakahara Chuuya. Yang Dazai tahu hanya ....
"Chuuya masih saja pendek," ejeknya sebelum melarikan diri. Dengan musik latar teriakan menggelegar dari seorang anak lelaki.
"DAAAAAZAAIII!"
"HIIYYYAAAAAH!"
Suara Chuuya sangat berisik. Namun, kesadaran Dazai tak juga bangkit. Matanya tertutup meski Chuuya yakin makhluk itu belum mati.
Lucu.
Dazai diselimuti warna putih: dari perban-perbannya yang terlepas, dan pakaian barunya. Lelaki itu jadi terlihat seperti mayat di pemakaman.
Persetan!
Chuuya meninju wajah menyebalkan itu keras-keras, sampai akhirnya Dazai sadar.
Sepasang manik cokelat menatap mantan rekannya yang hampir sekarat. Dazai terkekeh.
"Bukankah itu cara yang kejam untuk membangunkan Putri Salju?" protesnya.
Ia tertegun sebentar. Suara yang keluar dari tenggorokannya lebih lemah dari yang ia kira. Dazai merasakan sakit di punggung dan sekujur tubuhnya. Sekarang dia hanya ingin berbaring.
Namun, tangan dinginnya menyentuh pipi Chuuya, membebaskan makhluk itu dari amukannya yang semula.
Mereka jatuh ke tanah. Terdiam setelah saling bertukar kata---dan juga gurauan kasar seperti biasa. Dua mantan rekan itu terhanyut dalam pikiran masing-masing tanpa niat mengetahui apa yang ada dalam batok kepala yang lain.
Namun, satu hal yang pada akhirnya mereka pikirkan; tak akan ada kata 'mantan rekan' selama gelar Soukoku masih mengikat leher mereka.
[]
****Jangan tanya kenapa judulnya kayak gitu. Aku juga gak tau--
/Oke abaikan--
KAMU SEDANG MEMBACA
BSD (Bungou Sengklek Dogs)
Fanfic(Oneshot/drabble) BSD random ______________ Bungou Stray Dogs © Asagiri Kafka & Harukawa_35