Rekan

136 29 2
                                    

((Mengandung secuil spoiler))

((Mengandung secuil spoiler))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

REKAN
By NamikazeRashyda

Chuuya menghela napas dalam-dalam dan memandang rokok yang masih mengeluarkan asap putih di antara telunjuk dan jari tengahnya. Rasanya rokok itu mendadak hambar, saat otaknya memutar satu percakapan konyol yang pernah terjadi, entah di masa mana dalam hidupnya.

"Heeehh? Chuuya merokok, ya? Sejak kapan? Padahal kamu masih muda, rokok itu tidak baik untuk kesehatan, tau?" Suara menyebalkan itu seakan mengetuk-ngetuk batok kepala Chuuya.

"Berisik!"

"Bunuh diri lebih tidak baik untuk kesehatan! Dan lagi, kau yang lebih muda dariku, sialan!"

Chuuya akhirnya hanya berdecak setelah meneriaki orang di sampingnya dengan 'berisik!' seperti biasa. Kalau dia lanjutkan, bisa-bisa ucapannya dibalas dengan sesuatu yang super menyebalkan: "Memang iya? Tapi kamu lebih pendek dariku, tuh?"

Ah, Chuuya tidak mau mendengar hal itu lagi! Tidak, bukan. Dari awal, Chuuya sudah tidak mau mendengar omong-kosong-apa pun yang keluar dari mulut sialan Dazai Osamu.

"Chuuya." Lagi-lagi Dazai mengusiknya. "Kalau Chuuya mati karena kebanyakan merokok, nanti aku yang repot."

"Sebelum aku mati kau akan kubunuh duluan, sialan! Lagi pula, kenapa aku merepotkanmu?"

"Kan, kita ini rekan."

Chuuya bersumpah melihat kesungguhan dalam mata Dazai. Namun, dia berani bertaruh itu hanya bagian dari sandiwara Dazai yang lain. Bocah berjuluk legenda berjalan itu tidak mungkin memiliki perasaan seperti itu. Bukan ... bukankah sejak awal, Dazai Osamu memang tidak memiliki perasaan?  Kadang Chuuya bingung siapa yang ....

"Kadang aku bingung siapa sebenarnya yang merupakan manusia asli di sini."

"Tentu saja itu Chuuya."

Dazai menjawab pertanyaan yang sebenarnya tidak sengaja Chuuya suarakan, seolah itu adalah hal biasa; seolah itu memang kepastiannya: bahwa Chuuya adalah manusia seutuhnya. Bahwa makhluk bernama Nakahara Chuuya adalah seorang manusia, dan Dazai yang bukan.

Dan Dazai itu sekarang menghela napas berat seolah dia hendak mengatakan rahasia tergelap alam semesta. "Aku benci mengatakan ini, tapi... kalau Chuuya bukan manusia, aku tidak akan merasa sejijik ini padamu."

Chuuya mengernyit. Dia ingin balas meneriaki Dazai, tetapi tidak bisa. Mulutnya tidak mau terbuka. Dan sebagai gantinya, sepasang iris biru itu menatap lekat pada teluk yang seakan bersinar di kejauhan, memantulkan cahaya sang matahari. Ia biarkan angin mempermainkan anak-anak rambutnya, sedangkan tangan berbalut sarung hitam memegangi topi yang tadinya adalah milik 'kakak lelakinya'.

Sebagai ganti meneriaki Dazai, Chuuya meletakkan topi itu di depan dada, berbalik dan tersenyum tipis sebelum beranjak pergi.

"Kurasa kau benar," katanya saat melewati Dazai.

Dan tanpa sepengetahuan Chuuya, iris kelam milik Dazai mengikuti langkah-langkah kecilnya meniti aspal pelabuhan yang terasa panas disirami cuaca.   Iris kelam itu tetap setia mengamati langkah-langkah Chuuya, saat pemiliknya berdecih jijik.

"Itu sebabnya aku membencimu."

"Kita bukan rekan."

Saat kilas balik yang menyebalkan itu akhirnya berakhir, Chuuya bangkit dan membuang rokoknya ke tanah, menginjak benda tak bersalah itu seperti saat dia menginjak seekor serangga pengganggu.

Iris birunya masih sempat memandang teluk Yokohama sebelum berbalik dan benar-benar pergi. Tenggelam di antara lautan kesibukan dari orang-orang yang berlalu lalang di kota pelabuhan tersebut.

BSD (Bungou Sengklek Dogs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang