Gagal

155 32 15
                                    

Dazai tertatih, dia merasa kakinya sebentar lagi mungkin patah jika terus dipaksa berjalan. Seperti biasa, lelaki jangkung itu tak memedulikan lelehan darah dari pelipis dan tepi bibir. Tawa gila di depan sana menambah alasannya untuk tidak memedulikan luka-luka itu.

"Chuuya!" panggilnya.

Dazai tidak bisa membiarkan dirinya tumbang sekarang, atau Chuuya akan terus mengamuk dan menghancurkan tempat itu.

Samar, kejadian beberapa tahun lalu tergambar dalam benaknya. Itu adalah kehancuran yang hampir memusnahkan Yokohama. Dia tidak bisa membiarkan hal yang sama saat ini.

Odasaku akan kecewa padanya jika itu terjadi. Dia akan gagal melindungi kota tempat kenangan mereka tersimpan rapi.

Pemilik surai kopi itu mengerang. Tanah tempatnya berpijak bergetar hebat, membuatnya hampir terjatuh. Dazai memegangi pinggang kirinya yang terus mengeluarkan darah, mengotori mantel cokelat pasir yang setia menemani perjalanan sang detektif.

"Bodoh!" makinya, saat sekali lagi sosok mungil itu melemparkan gumpalan hitam dan meledakkan tanah di dekatnya.

Dazai kebal terhadap serangan Chuuya. Namun, dia tetap menerima dampak dari ledakan itu. Entah berapa kali si surai kopi hampir terlempar karena Chuuya yang terus mengamuk.

Teriakan melengking membuat gendang telinganya sakit. Dazai jatuh, ia tak lagi sanggup berdiri. Lukanya sudah terlalu parah. Darah yang terus mengalir keluar membuatnya pusing. Kepalanya sakit, lengan kanannya terasa remuk.

Namun, dia tetap mengangkat kepalanya, menatap Chuuya yang hanya berjarak beberapa meter. Tubuh rekannya itu pun tak kalah berantakan; darah mengaliri wajahnya dan kulit pucat itu seperti terbakar. Dazai yakin sebentar lagi Chuuya akan mencapai batas. Akan tetapi, dia tidak percaya hanya itu kerusakan yang dapat disebabkan oleh Arahabaki. 

Tidak.

Dazai meninju tanah tempatnya terbaring. Dia kembali berdiri. Tidak memedulikan kerusakan yang akan dia terima.

Chuuya mengarahkan bola gravitasi tepat pada rekan sementaranya. Sebuah ledakan besar terjadi, Dazai berada di dekat pusatnya. Tanah terlempar ke udara, langit ternodai oleh warna api.

"Maafkan aku ... Oda ... sa ...."

Tidak jauh dari sana, sang wadah dewa tertawa begitu gila. Air matanya tersamarkan oleh darah yang terus mengalir.

•••

Mayat yang telah terberai ditemukan keesokan paginya, tertimbun tanah dan bebatuan. Wajahnya hampir tidak dikenali. Namun, perban yang melilit hampir sekujur tubuh mayat itu telah memberitahu orang-orang siapa sosok yang kini berhasil menuntaskan impiannya.

Sementara Chuuya tergeletak tak jauh dari sisa-sisa ledakan. Membunuh dirinya sendiri dengan sisa kesadaran yang amat tipis.

Tidak ada yang tersisa malam itu selain sesal dan kegagalan.

[]

BSD (Bungou Sengklek Dogs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang