Betrayal

173 29 0
                                    

Sudah empat tahun berlalu semenjak kejadian itu. Kejadian yang menggemparkan bahkan jajaran petinggi Port Mafia, pengkhianatan Dazai Osamu.

Sejak awal, tidak ada orang waras yang akan benar-benar mempercayai Dazai. Lelaki itu seolah memiliki dunianya sendiri, disibukkan dengan obsesi gilanya pada bunuh diri, pun tidak ada yang mengetahui jalan pikirannya.

Siapa pun harusnya tahu bahwa dia bisa melakukan ini sewaktu-waktu. Kurang lebih, 'seperti yang diharapkan dari Dazai'. Dia sama sekali tidak dapat ditebak.

Chuuya mengingat itu pada malam di kala mobilnya terbakar. Ledakan yang seperti pesta perayaan untuk mengenang kepergian lelaki yang dijuluki sebagai legenda berjalan.

Dazai Osamu itu telah meninggalkan mafia, memberi satu lagi alasan besar bagi Chuuya untuk lebih tidak memercayai pria muda tersebut. Akan tetapi, Chuuya tetaplah boneka yang terikat pada takdir. Takdir untuk, sekali lagi, mempercayakan hidupnya di tangan sang detektif swasta.

"Aku akan membunuhmu, Chuuya. Izinkan aku melakukannya." Suara serupa bisikan bisa terdengar jelas di telinganya.

Dia bisa mendengarkan dengan jelas bahwa suara itu adalah milik mantan partnernya. Namun, Chuuya sama sekali tidak bisa menyesali keputusan yang dia buat sendiri. Anehnya, dirinya yakin bahwa Dazai tidak akan melakukan itu.

"Bunuhlah," sahutnya, seraya menampilkan senyum berani yang di dunia nyata sana mewujud sebagai tawa gila.

"Kalau begitu, aku tidak akan sungkan."

Chuuya mulai tidak bisa membedakan apakah suara itu nyata atau hanyalah bagian dari khayalnya.

"Oyasumi, Chuuya."

Chuuya terbelalak kala sebuah tangan dingin menyentuh lengannya, menyadarkan kembali sang mafia dari rengkuhan sang iblis yang selama ini tertidur jauh di dalam sosok mungilnya.

Dia jatuh berlutut, sadar bahwa Dazai telah berdiri di sampingnya. Sadar bahwa suara-suara tadi hanyalah khayal gilanya.

Chuuya diam-diam memahami, bahwa Dazai belum bisa membiarkannya tumbang saat ini. Lebih tepatnya, dia masih dibutuhkan untuk melengkapi skema masa depan yang detektif itu jalankan dalam pikirannya.

"Apa sekarang kau yakin bahwa aku tidak membunuhmu, Chuuya?" Namun, senyuman dingin Dazai membuat kesadarannya yang sempat menguap kembali terkumpul.

Rasa sakit menjalar dari dada Chuuya. Dia memperhatikan. Itu adalah pisau yang Dazai pinjam dan kini tertancap tepat di dadanya.

"Aku akan mengatakannya lagi karena kau belum juga mati. Oyasumi, Chuuya."

Saat itu Chuuya tak lagi bisa membedakan, apakah sakit menyiksa tiba-tiba yang datang bersamaan dengan bayangan shinigami itu berasal dari luka internal akibat menggunakan ojyoku, luka tusuk di dadanya, ataukah ... pengkhianatan yang kembali dia rasakan?

Namun, sejak awal ....

"Aku bukan rekanmu lagi. Pada dasarnya kita musuh sekarang. Ini bukan pengkhianatan, Chibikko-kun~!" Dazai memiliki nada yang ceria, terdengar sangat memuakkan dan tidak cocok untuk ekspresinya

"Kau ... sialan ...." Kesadaran Chuuya hampir benar-benar menghilang.

"Kalau begitu, sampai jumpa." Dazai berkata dengan wajah dan nada yang sama datarnya.

Ekspresi itu mengingatkan Chuuya pada bocah lelaki linglung yang berjalan sambil memainkan video game melewati lorong-lorong markas utama Port Mafia.

Jadi ... begitu, pikir sang eksekutif, sebelum memejamkan mata dan 'tertidur' pulas.

[]

BSD (Bungou Sengklek Dogs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang