Tantei wa Mou Shindeiru (3)

133 22 8
                                        

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


ITU BENAR, SESEORANG TIDAK BISA MEMAKAN IDEALISME

🥀

Apa itu idealisme? Sang detektif muda bertanya dalam hatinya.

Dia mengenakan kacamatanya, sebuah jam tangan berwarna perak, dan meraih buku catatan dengan sampul pucat bertuliskan 'Idealisme'. Pria muda itu menghela napas, lalu melangkah keluar dari asrama sederhana yang telah menjadi tempat tinggalnya selama beberapa tahun ke belakang.

Pukul delapan tepat, dia tiba di depan kantor yang terletak di lantai empat sebuah bangunan sewarna batu bata. Pintu dibuka, detektif itu melangkah masuk sambil mengedarkan pandangan pada aktifitas biasa yang akan terlihat setiap paginya.

Sibuk dan teratur. Tidak ada keributan yang disebabkan oleh jamur beracun atau sesuatu. Ya, sudah tidak akan ada lagi.

"Selamat pagi, Kunikida-san," sapa seorang pemuda dengan ramah. Di tangan pemuda berambut perak itu, adalah sebuah berkas dalam map cokelat.

"Ya, selamat pagi." Kunikida Doppo sekali lagi mengedarkan pandangannya. Sekadar memastikan bahwa di kantor sederhana itu ... memang tidak ada keributan yang tidak diharapkan.

... atau mungkin, dia sedikit mengharapkan keributan itu ada. Lalu seperti biasa, dirinya akan menghentikan orang yang selalu menyebabkan keributan dengan cara membantingnya ke lantai. 

Ah, kapan terakhir kali dia melakukan itu? Setahun yang lalu? Tanpa sadar Kunikida memandang tangannya sendiri.

"Ini damai dan sepi di pagi hari sejak Dazai-san pergi, bukan?" Pemuda tadi, Nakajima Atsushi, berkata dengan senyum tipis yang tampak lembut dan juga sendu di wajah lembutnya.

Ada bau dupa samar yang mengambang di kantor itu.

"Yah, itu benar." Pandangan Kunikida menajam, tertuju pada sebuah meja yang biasanya ditempati oleh si mesin pemboros perban. Meja itu rapi tanpa tumpukan berkas sekarang---tentu saja, Kunikida yang merapikannya. "Sangat melegakan karena akhirnya aku bisa mendapat hari-hari tenangku lagi. Jadwalku pun berjalan lancar tanpa halangan."

Atsushi hanya diam tidak membalas. Dia tertunduk, membiarkan Kunikida lewat. Namun, seniornya itu terhenti di samping Atsushi, menepuk bahunya dengan kuat.

"Dia tidak akan senang ditangisi. Aku yakin, saat ini si brengsek itu sedang tertawa sambil berpesta karena akhirnya bisa lepas dari tugas dan membebaniku dengan banyak berkas."

"Benar ...." Atsushi melirik pada meja kerja yang dulunya ditempati oleh Dazai Osamu. "Dazai-san pasti ... senang karena impiannya terwujud."

Ada senyum kecil yang mengambang di wajah masing-masing. Mereka mengangguk bersamaan, lalu kembali pada pekerjaan yang seolah tidak ada habisnya sambil membohongi diri sendiri.

BSD (Bungou Sengklek Dogs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang