Malam Musim Dingin

132 20 0
                                    

Pria muda itu termenung. Ditatapnya lautan gelap yang kini memantulkan cahaya rembulan. Ia menghela napas, lantas mengalihkan tatap pada sebuah bianglala besar yang terletak di kejauhan. Di sanalah tempat cintanya pernah terucap, pada seorang gadis lugu yang namanya mengingatkan akan musim dingin.

Cinta pertama, pria muda itu hampir tak mempercayai bahwa dirinya bisa merasakan sesuatu yang lembut seperti itu. Ah, apakah ia sudah gila ... ataukah hanya terbuai masa muda? Si pria masih mempertanyakan dirinya sendiri. Namun, sudah jelas bahwa tatap dari gadis lugu itu memang menyiratkan hal yang manis.

“Cinta ... kah?” Pria itu menutup sebagian wajahnya dengan telapak tangan, tertawa pelan seraya merasakan denyut dalam dadanya. Sakit. Seolah luka kecil yang ditinggalkan oleh masa lalu kembali terbuka, lantas tersiram oleh ombak di lautan sana.

Ia menatap laut Yokohama yang tenang itu dengan sorot rindu. Berharap Shinigami-sama akan membalas keinginannya dan membawa serta jiwa sang pria muda menuju alam lain.

“Jika ada kesempatan kedua ... ayo kita bertemu lagi di bawah sinar rembulan, Izumi-chan,” bisiknya, saat angin laut yang lembut menyapu wajah dan menghadirkan lagi kenangan dari tiga tahun lalu. Saat gadis yang ia panggil Izumi masih dapat memijak dunia.

Si pemilik rambut ikal masih mengingatnya dengan jelas, malam saat mereka menatap langit di salah satu sudut taman hiburan paling terkenal di Yokohama. Angin dingin membuat gadis itu merapatkan diri, memeluk lengannya meski tubuh mereka telah terbungkus jaket tebal. Sang pemuda dengan senang hati mendekap Fuyuka Izumi, gadis pertama yang berhasil meluluhkan hatinya.

“Apakah kamu percaya pada cinta sejati, Dazai-san?” Gadis itu bertanya, sementara tatapnya jatuh, entah pada bianglala raksasa di depan mereka atau rembulan di atas sana.

“Tentu saja aku percaya,” jawab Dazai Osamu dengan begitu yakin. Ia tertawa pelan, mengelusi puncak kepala gadis berambut kelam itu. “Kenapa Izumi-chan tiba-tiba bertanya begitu?”

Menyadari bahwa pertanyaannya barusan agak memalukan, sang gadis memerah. Ia menggeleng kuat-kuat dan menjauh dari pria muda yang memiliki pesona misterius itu. “Bu-bukan apa-apa!”

Sekali lagi, Dazai terkekeh. Kini ia menatap langit malam yang tercemar oleh warna-warni dari pertunjukan lampu yang tengah menghiasi malam musim dingin. Uap tipis keluar dari mulutnya saat dengan sengaja pemilik iris hitam itu mengembuskan napas.

Pria itu menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan debar aneh dalam dada, sementara otaknya berusaha keras untuk menyusun kalimat demi menyatakan apa yang selama ini bersemayam di lubuk hati. Itu benar-benar pertama kalinya Dazai merasa sangat gugup.

“Izumi-chan,” panggilnya, membuat gadis itu menatap lekat profil samping sang pria muda, sementara si pemilik suara terus saja memandang langit malam, “bulannya ... indah, ya?”

Dazai masih mengingat reaksi pertama yang ditampilkan Izumi. Wajah sang gadis pujaan memerah, terdiam sambil mengalihkan pandangan pada bianglala. Sangat lucu, pikirnya kala itu.

❄️

>>>------•••-------<<<

BSD (Bungou Sengklek Dogs)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang