Chap 58

110 17 5
                                    

Keesokan harinya, Suichi datang ke istana untuk bertemu dengan Hilda, selaku ratu di kerajaan Quart yang juga merupakan kakak ke duanya Rachel. Itu berarti, Hilda merupakan neneknya Zora. Hanya saja Zora masih belum tau menau soal ini, sementara Hilda dan suaminya sudah tau soal Zora dari Farel dan juga Suichi, meski pun mereka belum pernah bertemu satu sama lain.

"Ada apa Suichi? Pagi pagi sudah datang berkunjung." Tanya Hilda yang menyambut kedatangan Suichi.

"Aku hanya ingin melaporkan pada bibi, kalau Seiya telah melakukan ritual terlarang untuk membuat Zora tunduk di bawah kekuasaannya." Jawab Suichi, atmosfer disana seketika berubah.

"Lalu bagaimana keadaan Zora sekarang?"

"Zora baik. Kemarin kita berhasil menolong Zora dari genggaman Seiya, dan kita juga sudah berhasil mengembalikan kesadaran Zora."

"Apa Seiya membatalkan ritualnya?"

Suichi menggelengkan kepalanya. "Tidak, tetapi berkat air gunung milik tengu dan campuran darah dari yokai yang bernama Kazuma yang merupakan kakeknya Zora, telah berhasil membuat kesadaran Zora kembali."

"Kazuma? Yokai yang menikah dengan adik ku itu? Bukan kah dia sudah mati?"

"Beliau belum mati bi. Paman Kazuma selama ini di segel oleh keluarga Seiya, karena mereka susah mengendalikannya, jadilah mereka menyegelnya dan sesekali mencoba untuk menggunakannya untuk mengetahui apakah paman Kazuma sudah bisa di kendalikan atau belum. Beberapa waktu yang lalu, Zora yang belum tau soal paman Kazuma datang untuk menolong. Dan berakhir dengan Zora yang tertangkap.

Bi, tolong masalah ini di selesaikan. Seiya harus mendapatkan hukumannya. Dia menggunakan ritual terlarang, dia juga sudah menyerang kediaman para tengu dua kali. Ini tidak bisa di diamkan bi! Keluarga mereka harus di asingkan bi!" Suichi sangat menggebu gebu, dia sangat kesal atas tindakan Seiya selama ini. Menurutnya, Seiya tidak pantas menyandang gelar bangsawan lagi.

"Baiklah, nanti akan bibi bicarakan terlebih dahulu ke paman mu, Kiel. Tindakan Seiya memang sudah tak pantas lagi, dan kalau bisa tolong bawa Zora kemari karena aku ingin bertemu dengannya. Saat pelantikan kak Farel, aku dan Kiel tidak sempat bertemu dengannya."

"Baik bi, kalau begitu aku pamit pulang dulu. Permisi bi."

Zora yang sedang bersiap siap untuk pergi ke sekolah, tak henti hentinya di ganggu oleh sang kakek. Meski pun sudah menjadi kakeknya, Kazuma masih memiliki wajah yang sangat muda. Jika di lihat dari wajah, mereka nampak seperti seumuran dengan Suichi. Mungkin karena Kazuma adalah yokai, sehingga ia tidak akan menua dengan cepat seperti manusia. Atau mungkin karena yokai memang tak akan menua. Entahlah, Zora tidak tau soal itu.

Jika di rumah tidak ada Tsukasa yang sedang menyiapkan bekal untuk makan siang Zora, maka saat ini juga Zora akan berteriak dan memarahi sang kakek karena bertingkah layakanya anak kecil dan mengganggunya di saat ia terburu buru untuk pergi sekolah.

"Ayolah Zora... Kita kan baru saja bertemu, sudahlah untuk apa sekolah? Lebih baik di rumah saja atau pergi jalan jalan, lalu kita mengobrol sepanjang waktu." Bujuk Kazuma yang mengekori Zora yang sedang memakai sepatu.

Bahkan Kazuma menarik narik tangan Zora agar cucu satu satunya ini mau pergi menuruti apa yang di inginkannya. Kazuma bergelayutan manja pada lengan kecil Zora. "Kakek ingin tau lebih banyak tentang mu, kakek ingin mendengar cerita mu lebih banyak lagi."

Emosi Zora sudah berada di puncak, ia harus bergegas ke sekolah agar tak telat. Ia harus mengejar pelajaran yang ketinggalan. Agar saat ia pindah nanti ia akan unjukkan kepintarannya pada Kano. Supaya kakek tua itu tak lagi merendahkannya. Meski pun Zora seperti ini, ia merupakan anak yang sangat cerdas. Zora juga harus memberikan suatu kejutan pada kakek buyutnya tersebut.

"Ini bekal mu sudah siap." Seru Tsukasa yang meletakkan bekal makan siangnya di atas meja. Zora yang sedang berusaha melepaskan diri dari genggaman sang kakek manja layaknya anak kecil itu, memutuskan untuk memukul dengan sangat keras kepala kakeknya. Tak perduli ia akan di anggap cucu durhaka, yang penting ia tidak akan telat datang ke sekolah.

"Buugh..." Tak segan segan, Zora segera memukul kepala Kazuma hingga kedua tangan Kazuma melepaskan lengan Zora dan ia merintih kesakitan pada kepalanya. Dengan segera Zora meraih bekal makannya dan berlari dengan cepat menuju sekolah.

Tsukasa meninggalkan dapur dan berpura pura tidak melihat apa pun. Ia tidak mau berurusan dengan Kazuma untuk saat ini, batinnya pun mengatakan untuk menjauhi Kazuma segera mungkin, atau ia akan mengalami kesulitan jika harus berurusan dengannya

'Dasar kakek! Apa apaan dengan sikapnya? Kenapa dia seperti anak kecil sih? Apa benar dia itu kakek ku? Rasanya sulit di percaya. Aku dengan kepribadian yang sangat baik sangat berbeda jauh dengan kepribadian kakek. Benar benar buruk... Beruntung aku tidak mewarisi sikap anehnya itu.' Monolog Zora di dalam perjalanan ke sekolahnya.

Sesampainya di sekolah, Zora segera memperhatikan apa yang di jelaskan oleh guru hingga waktu istirahat pertama pun datang. Dengan segera Zora menemui wali kelasnya untuk mempertanyakan pelajaran khusus dirinya yang sudah ketinggalan.

Pelajaran khusus ini merupakan pelajaran yang di berikan pada kelas anak bangsawan. Hanya Zora yang mendapatkannya sejak ia menduduki kelas satu di semester akhir. Karena seorang guru melihat Zora yang dengan mudahnya mengerjakan soal ujian untuk bangsawan yang berada di perpustakaan. Guru tersebut melupakan soalnya, dan saat ia hendak mengambilnya, hal itulah yang ia lihat. Lalu, ia meminta pada guru wali kelas Zora untuk memberikannya pelajaran khusus. Sehingga setiap ujian yang zora kerjakan, merupakan soal untuk para bangsawan.

Bahkan guru tersebut meminta pada kepala sekolah untuk memindahkan Zora ke kelas bangsawan saja. Tapi permintaan itu di tolak, karena asal usul Zora yang mereka ketahui bahwa Zora tidak memiliki darah seorang bangsawan. Jika Zora merupakan anak dari kecelakaan, maka Zora bisa di pindahkan kesana. Sungguh sangat di sayangkan, tapi mau bagaimana lagi? Mereka tidak tau soal Zora yang merupakan seorang pangeran dari kerajaan sebelah.

Waktu pulang sekolah telah tiba. Zora keluar sekolah dengan cukup telat, karena ia harus kembali lagi menemui wali kelasnya. Dan seperti biasa, Zora tidak memperhatikan sekitar ketika sedang berjalan. Ia hanya menundukkan kepalanya.

"Lama sekali sih? Aku sampai pegal nungguin kamu pulang." Seru seseorang yang menepuk kepala Zora, membuat sang empu menolehkan pandangannya dan menepis tangan orang tersebut.

"Gak ada yang nyuruh kak Suichi untuk menunggu ku kan." Jawab Zora di kertas dan memandang Suichi dengan sinisnya.

'Pagi tadi di ganggu kakek, siang ini di ganggu kak Suichi. Kapan aku bisa tenang? Aku merindukan kehidupan ku yang tenang seperti dulu.' Batin Zora.

"Sinis amat sih?" Tanya Suichi yang langsung saja merangkul Zora. "Ayo ikut aku! Ada seseorang yang ingin bertemu dengan mu."

"Aku lelah! Aku ingin pulang dan tidur!" Tolak Zora namun tak di indahkan oleh Suichi dan membuat Zora mau tak mau berjalan mengikuti kemana Suichi akan pergi karena rangkulan Suichi yang tak di lepaskan.
























1 chap aja up nya
Besok gk tau up apa gk
Tiba tiba malas melanda
😂😂😂

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang