Chap 44

137 22 0
                                        

Sesampainya di rumah, Zora segera menjatuhkan tubuhnya di atas kasur miliknya yang empuk itu. Tubuhnya terasa sangat lelah, terutama otaknya yang ia gunakan seharian ini, dari pagi pukul delapan hingga pukul tiga sore.

Dalam sehari itu ia mampu menyelesaikan semua ujiannya dengan jumlah 15 mata pelajaran dengan masing masing 50 soal.

Sebenarnya bukan itu saja yang membuatnya lelah, saat di kantin dan juga sepulang sekolahnya. Setiap murid lain bertemu dengan dirinya, sudah pasti mereka berbisik bisik membicarakan dirinya.

Emang dasar si botak kepala sekolah itu, cepat sekali dia berbicara, sampai sampai satu sekolah pun sudah tau kalau dirinya itu sepupunya Suichi.

Bahkan ada gosip mengenai diri Zora yang membuatnya kesal, saat di kantin siang tadi...

Flashback...

"Kau sudah dengar? Katanya si aneh itu sepupunya tuan Suichi."

"Ya aku dengar itu! Awalnya aku tidak dapat percaya, bagaimana mungkin itu bisa terjadi?"

"Tuan Suichi itu bangsawan yang terhormat, sedangkan dirinya hanya rakyat kecil seperti kita."

"Dia bahkan lebih miskin dari kita, dia juga sebatang kara, tidak punya orang tua bahkan di buang oleh sanak saudaranya."

"Aku yakin, dia pasti menjual dirinya ke keluarga tuan Suichi dan mengaku bahwa dirinya sepupu tuan Suichi."

"Aku setuju dengan mu! Lihat saja itu, mereka lebih terlihat sebagai tuan dan babu bukan sepupu!"

Itu merupakan ucapan dari sisi kiri Zora berada, lebih tepatnya berasal dari para rakyat. Sedangkan di sisi kanan tempat para bangsawan...

"Siapa yang bersama dengan kak Suichi?"

"Oh kau tidak tau?"

"Dengar dengar dari gosip yang beredar, anak itu merupakan sepupu dari kak Suichi!"

"Serius?!"

"Untuk apa aku berbohong?"

"Pantas saja dia di juluki 'aneh' oleh orang orang, rupanya dia punya darah bangsawan yang membuatnya bisa melihat yokai seperti kita."

"Kalau benar dia sepupu kak Suichi, lalu kenapa dia tinggal di lingkungan para warga dan bukan di lingkungan bangsawan?"

"Mungkin kah, Zora itu hasil dari kecelakaan?"

"Kau benar, ku rasa juga begitu. Dan hal ini baru di ketahui oleh keluarga kak Suichi."

"Pastinya dia tidak berbakat, karena kan hasil dari kecelakaan dengan rakyat biasa, umumnya mereka cacat*."

(Cacat yang di maksudkan adalah, tidak memiliki sihir, atau tidak dapat melihat yokai, atau hal lainnya yang berhubungan dengan sihir atau yokai)

"Benar tuh, itu sebabnya dia di buang dari lingkungan bangsawan dan mungkin sebenarnya orang tuanya itu belum meninggal tapi dia itu di buang karena cacat. Dan dari pihak rakyat biasa, dia di buang karena kehadirannya tidak di harapkan."

Zora menatap Suichi yang tengah menikmati makan siangnya, seakan tidak perduli dengan bisikan bisikan para murid disana yang dapat di dengar jelas oleh daun telinga Zora, pastinya Suichi juga mendengarnya.

"Kak... Tolong katakan pada mereka kalau aku bukan sepupu mu. Aku merasa risih sekali."

"Katakan pada ku hal yang masih kau sembunyikan dari ku itu, baru aku akan katakan yang sebenarnya." Ujar Suichi dengan smirknya, sepertinya tidak ada pilihan lain selain harus mengatakan yang sebenarnya, dari pada ia harus merasa risih setiap waktu akan ucapan ucapan mereka semua.

Jujur saja, Zora pasti tidak akan sanggup menghadapi esok hari dengan keadaan yang masih seperti ini.

Dirinya lebih baik memilih di acuhkan seperti biasanya, dari pada menjadi bahan perguncingan mereka semua yang tidak tau apa apa namun mereka sok tau akan kehidupan Zora yang ia jalani.

"Haaaah..." Zora menghela nafasnya dengan berat, lalu ia meraih memonya dan mulai menulis.

"Baiklah..."

"...Darah ku ini dapat memberikan kekuatan bagi yokai atau ayakashi, dan darah ku juga dapat mengobati penyakit mereka semua.

Jadi itu sebabnya aku selalu di incar mereka, karena mereka menginginkan kekuatan yang lebih dan terbebas dari penyakit apa pun.

Aku sudah menceritakannya, tidak ada hal lain lagi yang ku rahasiakan. Sekarang, tolong kak Suichi katakan kepada mereka semua kenyataan yang sebenarnya."

"Akhirnya kau menceritakan yang sebenarnya ya..." Suichi tersenyum senang, akhirnya Zora dapat mengatakan yang sebenarnya meski dengan paksaan.

"...Baiklah, aku akan katakan pada mu hal yang sebenarnya. Zora... Kita berdua memanglah sepupu, yang ku katakan kepada kepala sekolah mu tadi merupakan kebenarannya."

"Apa maksud mu kak? Jangan bercanda! Aku sudah katakan apa yang kak Suichi mau, sekarang kak Suichi harus katakan ke mereka semua bahwa kita bukan lah sepupu!"

"Aku tidak berbohong Zora, apa kau ingat saat kita berada di kerajaan Glavador, waktu itu aku memanggil pangeran Farel dengan gelar paman dan bukan pangeran?

Itu karena pangeran Farel adalah paman ku, aku merupakan keponakan dari sepupu paman Farel yang tinggal di kerajaan Glavador. Lalu ibu ku menikah dengan bangsawan di kerajaan Quart, dan ibu ku pindah kesini.

Jadi secara hukum, kau dan aku adalah sepupu. Kita masih memiliki ikatan darah meski pun bukan kandung, ini lah kenyataan yang akan ku katakan pada mu dan bukan kepada mereka."

Zora menjatuhkan kepalanya di atas meja, serius Zora tidak tau harus bagaimana untuk ke depannya. Menjadi bahan perguncingan seluruh murid di sekolah ini, benar benar sangat menyebalkan.

"Kenapa tidak mengatakannya pada ku sejak lama? Kenapa harus sekarang?"

"Itu karena kau sendiri baru saja mengatakan pada ku rahasia mu, yaa meski sebenarnya aku sudah tau lebih dulu sih dari yokai di luar sana.
Bahkan paman Farel juga sudah tau akan hal itu, tapi kita pura pura tidak tau hingga kau sendiri yang mengatakannya."

"Tck, kalian mengerjai ku? Selamat kalau begitu, kalian sukses melakukannya. Aku benar benar kesal sekarang."

"Hahaha lihat ini, gadis kecil sedang merajuk hahahaha..."

"SIAPA YANG KAU SEBUT DENGAN GADIS, HAH?!!"

"Tentu saja kau, memangnya ada siapa lagi disini selain kau."

"Aku bukan gadis! Aku ini laki laki!"

"Ya kau laki laki, tapi laki laki cantik hahaha..." Suichi merasa puas mengerjai Zora, sedangkan yang di kerjai terus menekuk wajahnya tidak terima akan julukan 'cantik' karena dirinya itu laki laki, seharusnya dia itu tampan kan.

Flashback end...

'Besok pasti mereka akan membicarakan ku lagi seperti tadi, hah... Emang benar benar kak Suichi itu, mengatakan hal yang sebenarnya kepada orang lain dan bukan dengan aku dulu.

Udah gitu bilangnya ke si botak lagi, mulutnya itu benar benar bocor! Coba kalau kak Suichi bilang ke aku lebih dulu, aku kan bisa mencegahnya untuk tidak bicara yang sebenarnya.

Kalau udah kaya gini, aku jadi malas ke sekolah. Kak Suichi itu, tidak memikirkan akibat dari ucapannya. Haaah... Aku pengen di rumah saja dan gak masuk ke sekolah, dari pada jadi bahan gosip!

Tapi... Kalau kaya gitu, bisa bisa aku gak naik kelas. Kalau gak naik kelas, si tua bangka itu pasti senang dan mengatai ku bodoh.

Tidak tidak tidak... Aku ingin buat si tua bangka itu kesal dan kalah, aku harus balas perlakuannya itu. Tapi... balas dengan cara apa? Aku tidak tau cara balas dendam, dan untungnya aku melakukan itu apa? Apa aku ingin di akui olehnya, kalau aku ini keturunannya? Cicitnya dia?

Haaah gak tau lah, pusing kepala aku memikirkan ini semua! Lebih baik aku tidur dan jalani aja apa yang ada di depan nanti.' Batin Zora yang sedang uring uringan di atas kasurnya.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang