"Oh itu, dia bernama Yana. Dia merupakan salah satu pelayan ku." Ucap Suichi.
Yana merupakan yokai dengan wujud wanita dengan rambut lurus berwarna coklat muda sepanjang leher. Namun wajahnya di tutupi topeng yang terbuat dari kertas dengan gambar satu mata.
Zora bertanya tanya pada dirinya sendiri, kenapa Yana tidak terpengaruh dengan bau darahnya?
Kenapa Yana bersikap biasa saja?
"Dia... Tidak bereaksi apa pun padaku?" Gumam Zora.
"Bereaksi bagaimana maksudmu?" Tanya Suichi bingung.
"Dia tidak seperti yokai lainnya, mereka biasanya slalu menyerang ku."
"Hahaha tentu saja tidak, Yana itu pelayan ku. Setiap pelayan akan di didik dengan sangat baik oleh tuannya.
Mereka tidak akan menyerang manusia atau pun yokai lainnya tanpa perintah dari tuannya.
Dan jika tuannya dalam bahaya, mereka akan berinisiatif untuk menolong dan menyelamatkan tuannya. Sekali pun nyawa mereka taruhannya."
"Hmmm... Jadi seperti itu. Oh ya kak, makasi banyak atas pertolongannya, sekarang aku pamit pulang."
"Perlu aku antar?"
"Tidak perlu kak, aku sudah tau jalan pulangnya sekarang."
"Bagaimana jika ada yang akan menyerang mu lagi?"
"Tidak perlu khawatir kak, aku sudah terbiasa sendiri jadi tidak apa."
"Baiklah kalau kau merasa saperti itu."
Lalu dalam perjalanan Zora menuju rumahnya, saat itu Zora sudah menyadari bahwa ada yang mengikutinya.
Zora mempercepat langkah kakinya, namun aura dari ayakashi yang mengikutinya terasa begitu jahat.
Dengan memejamkan mata dan membayangkan wujud yokai yang akan di panggilnya, Zora pun memanggilnya, "Kou!".
Tak lama setelah pemanggilan itu, datanglah yokai pria yang tampan. Yokai yang sebelumnya pernah di maksudkan oleh Suichi termasuk yokai terkuat.
"Ada apa Zora-sama?" Tanya Kou.
"Aku merasa ada yang mengikuti ku." Jawab Zora yang sudah mulai tenang.
"Tidak seperti biasanya Zora-sama memanggil saya ketika ada yang mengikuti.
Biasanya anda slalu pergi sendirian kemana pun anda mau, dan segera berlari bahkan memukulnya ketika mereka menyerang anda." Ledek Kou dengan pandangannya yang ingin tertawa.
"Itu karena aku merasa lemas, ku rasa darah ku sudah banyak terbuang." Ucap Zora yang menunjukkan pergelangan tangannya yang kini telah di perban.
Kou yang melihat itu menjadi marah bahkan auranya yang menyeramkan keluar dari pada tubuhnya.
"Siapa yang berani menyakiti tuan ku?!" Marah Kou.
"Tenanglah Kou, aku juga tidak tau siapa. Begitu aku terbangun tangan ku sudah berdarah, lalu ada yokai yang mengejarku ketika aku ingin pulang ke rumah.
Tapi yokai itu sudah di musnahkan oleh bangsawan, mereka menyelamatkan ku tadi. Jadi tenanglah Kou, ok!"
Kou mulai memendam kembali auranya tersebut meski dia masih kesal.
"Apa bangsawan itu orang yang pernah anda ceritakan Zora-sama?"
"Iya itu benar."
Kou melirik ke belakang dengan sinis dan berkata kepada Zora, "Saya tidak bisa diam seperti ini, maaf Zora-sama aku akan pergi sebentar untuk menyingkirkan makhluk menjijikan itu."
Dengan cepat bagaikan kilat, Kou pergi ke belakang menuju pepohonan yang berada di pinggir jalan sebelah kiri.
Zora tidak dapat melihat gerakan Kou yang sedang berlari, tetapi Zora berlari mengejarnya.
"Berhenti!" Teriak Kou yang berhasil meraih yokai yang sedari tadi mengikuti Zora.
"Siapa kau? Apa urusan mu dengan tuan ku?" Tanya Kou dengan kesalnya.
Yokai yang di tangkap oleh Kou berbentuk tubuh manusia namun memiliki tanduk di kepalanya.
"Menyingkirlah, aku harus mendapatkan darah anak itu." Seru yokai itu.
"Aku tidak akan pernah membiarkan mu menyentuh tuan ku!"
Yokai itu cukup kuat, dia bisa membebaskan dirinya dari cengkraman Kou.
Tentu saja Kou tidak tinggal diam, mereka berdua melakukan perkelahian dengan sangat sengit.
Tapi yokai itu tidak sekuat Kou, perkelahian ini telah di kuasai oleh Kou. Saat yokai tersebut terpental akibat pukulan dari Kou yang di lontarkannya, dengan segera Kou mengeluarkan api berwarna biru dari mulutnya dan terbakarlah yokai lawannya itu hingga menjadi abu.
"Ziiiing...." Terdengar suara pisau kecil yang tertempeli sebuah kertas mantra terbang ke arah Kou.
Kou menyadari itu dan segera menghindarinya. Pisau yang terbang dan tidak mengenai sasaran, kembali ke arah si pemilik.
"Tap... Tap... Tap...." Suara langkah kaki yang berjalan dengan perlahan dan mulai menunjukkan wujudnya kepada Kou.
"Aku melihat pertarungan kalian, rupanya kau yokai yang kuat. Aku menginginkan mu untuk menjadi pengawal ku." Seru orang tersebut.
"Maaf saja, aku sudah memikiki tuan ku sendiri! Dan aku tidak akan pernah berkhianat dengan tuan ku." Tegas Kou menolak.
"Kau sudah memiliki tuan? Bangsawan mana yang menjadi tuan mu? Sebelumnya aku tidak pernah melihat kau di perjamuan para bangsawan dan kerajaan.
Atau kau milik dari anggota kerajaan? Siapa itu? Katakan padaku, siapa tuan mu? Aku sangat ingin bertemu dengannya."
"Kau tidak perlu tau siapa tuan ku, itu tidak ada urusannya dengan mu!"
"Aku sangat penasaran, soalnya... Tidak ada tanda kepemilikan di tubuh mu itu, setiap pelayan pasti akan memiliki tanda tersebut dengan logo gambar dari bangsawan yang menjadi tuannya.
Tapi, kenapa kau tidak mempunyainya?""Karena aku berbeda dari pelayan pelayan rendahan para bangsawan, aku tidak akan mengabdikan diri ku kepada kalian dengan kontrak yang sangat menguntungkan bagi kalian."
"Oh, kau membuat ku semakin ingin untuk memiliki mu."
Ucap orang tersebut dengan kembali menyerang Kou dengan pisau kecilnya.
Di tengah tengah pertarungan mereka, Zora datang dengan menyebutkan namanya, "Kou!"Seketika orang itu berhenti setelah melihat Zora datang dengan terengah engah akibat berlari.
Dan Kou segera kembali berada di sisinya Zora.
"Oh rupanya kau tuan dari yokai ini? Pantas saja aku tidak melihat tanda kepemilikan pada tubuhnya." Ucap orang tersebut yang rupanya dia adalah....
"Kak Seiya?" Seru Zora yang memanggil namanya.
"Kenapa kau berada disini?" Tanya Zora dengan sedikit ketakutan. Entah kenapa ia merasa sedikit takut jika harus bertatap wajah dengannya.
"Tadi aku melihat ada yokai yang bertarung, dan aku berniat siapa yang menang akan ku jadikannya pelayan ku.
Tapi aku tidak menyangka, kalau kau adalah tuannya. Zora, katakan padaku! Bagaimana caranya kau membuat yokai sekuat dia takluk padamu tanpa membuat kontrak dengan mereka?
Apa kau membuat perjanjian dengan jiwa mu sebagai imbalannya? Yokai pasti tertarik bukan dengan jiwa manusia yang memiliki spiritual yang tinggi."
"Maaf kak Seiya, sudah aku katakan sebelumnya bukan, aku tidak melakukan apa pun seperti yang kau maksud kan itu."
"Lalu apa? Bagaimana caranya? Bukan hanya membuat yokai bekerja demi kebutuhan mu, kau juga bisa melakukan itu dengan yokai kuat lainnya."
"Aku tidak melakukan apa pun, mereka semua adalah teman teman ku. Kami saling percaya satu sama lain, dan kami tidak saling memanfaatkan.
Maaf kak Seiya, aku harus pulang sekarang. Maaf sudah mengganggu waktu berharga anda. Ayo Kou, kita pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...