Chap 18

173 30 2
                                    

"Mungkin kah itu dari kerajaan Glavador?" Ucap Zora yang nampak tidak percaya.

"Huh? Kau tau soal itu? Kau tau kalau nenek mu itu merupakan seorang putri dari kerajaan Glavador?" Seru Suichi yang nampak terkejut mendengar ucapan Zora.

"Aa.. Itu..."

"Jawab saja dengan jujur, aku tidak akan marah jika kau bohong padaku kalau sebenarnya kau tau tentang keluarga mu itu." Tegas Suichi meski sebenarnya dia agak kecewa.

Karena selama ini Suichi mempercayai semua ucapan Zora. Tapi Suichi harus menepiskan itu, mengingat saat Suichi bertanya tanya, mereka baru saja kenal.

Jadi tidak mungkin bercerita langsung begitu saja, dan bisa saja Zora memang tidak mau bercerita kepada siapa pun karena ada alasan tersendiri.

Setelah lama saling diam dan tidak ada suara dari salah satu mereka, Zora akhirnya berbicara setelah memikirkannya saat mereka diam.

"Iya aku tau tentang mereka. Tentang nenek, kakek, ayah dan ibu ku, aku tau tentang mereka dari Shiro meski pun aku tidak pernah melihatnya."

"Jadi terjawab sudah rasa penasaran ku. Selama ini aku penasaran dengan asal usul mu, karena tidak mungkin bagi seorang rakyat biasa bisa melihat yokai.

Aku sempat menduga kalau kau ini mungkin anak dari seorang bangsawan yang di buang, atau dari hasil hubungan gelapnya.

Hahaha aku tidak menyangka kalau kau cicit dari raja Glavador.
Yaa beruntungnya aku sempat melihat lukisan keluarga mu, saat kemarin aku datang kesana dan melihat lukisan nenek mu terpajang disana, aku jadi tau.

Lalu aku bertanya pada paman ku, dan paman bilang bahwa putri meninggal saat ada perang antara manusia dengan yokai.

Tapi aku jadi bingung sekarang, jika nenek mu meninggal saat perang itu. Lalu bagaimana beliau melahirkan orang tua mu itu?"

"Sebenarnya nenek tidak meninggal pada saat itu, tapi nenek di usir oleh kakek buyut." Ujar Zora dengan nadanya yang rendah.

"Zora apa kau yakin memberitaukannya kepada Suichi?" Bisik Shiro pada Zora dan hanya di balas dengan anggukkan kepala.

"Di usir?" Tanya Suichi yang sedang bingung.

"Shiro menceritakan semuanya kepada ku, peperangan itu terjadi karena ayah dari nenek ku tidak bisa menerima hubungan nenek bersama kakek.

Pada saat itu, nenek membantu kakek dan nenek tetap mempertahankan hubungannya. Hal itu membuat ayah nenek murka dan mengusirnya, dan berakhirlah mereka di kerajaan ini untuk bertahan hidup." Tutur Zora menceritakan.

"Kenapa raja tidak bisa menerima hubungan mereka? Apa kakek mu berasal dari rakyat biasa? Selain itu, apa hubungannya dengan perang terhadap yokai?"

"Bukan, kakek ku bukan rakyat biasa. Kakek ku merupakan yokai terkuat, yang kekuatannya hampir setara dengan dewa.

Karena itulah, ayahnya nenek tidak bisa merestui mereka. Dan terjadilah peperangan tersebut."

Suichi nampak tidak percaya dengan ucapan Zora, terlihat dengan sangat jelas dari expresi di wajahnya.

"Kau... Keturunan yokai?" Ucap Suichi.

"Iya. Aku memiliki darah manusia dan juga darah yokai di dalam tubuh ku ini. Setelah mendengar kenyataan ini, apa kak Suichi masih mau berteman dengan ku?" Tanya Zora dengan tersenyum.

Suichi diam sejenak sebelum akhirnya ia menjawab pertanyaan Zora. "Bicara apa kau ini, tentu saja kita masih berteman. Dan akan slalu berteman!"

"Tapi kak Suichi... Di dalam tubuhku terdapat darah yokai, dan yokai harus kalian musnahkan bukan, untuk perdamaian kerajaan dan melindungi rakyat kecil yang tidak dapat melihat kami."

Dengan tatapan mata yang tegas Suichi berkata dengan memegangi kedua pundak Zora. "Tapi di dalam tubuh mu juga terdapat darah manusia, aku tidak membunuh manusia.

Aku hanya membunuh yokai dan ayakashi, itu pun hanya yang jahat saja. Yang akan merusak kedamaian kerajaan atau pun menganggu manusia.

Aku sama sekali tidak menyentuh bahkan menyakiti yokai yang tidak bersalah, yokai yang baik, yang tidak mengganggu kami sebagai manusia.

Selain itu Zora... Mau darah apa pun yang mengalir di dalam tubuh mu. Zora adalah Zora, aku tidak melihat dari sisi itu. Yang aku lihat adalah dirimu sendiri, Zora."

"Haah senangnya aku mendengar jawaban mu kak, terima kasih karena telah menerima ku. Tidak salah jika aku bicara padamu tentang diri ku ini, aku lega...
Setidaknya sudah ada yang tau tentang ku, dan aku tidak perlu memendam semuanya sendirian lagi. Terima kasih banyak, kak Suichi."

"Yah, sama sama Zora. Aku juga senang karena kau bisa percaya pada ku. Aku janji akan merahasiakan ini dari siapa pun. Lalu, bagaimana dengan persoalan raja yang ingin bertemu denganmu itu?"

Zora nampak memikirkannya, tangannya memegang dagu dan bola matanya ia putarkan ke arah atas.

"Mungkin aku akan coba datang kesana, aku juga ingin tau wajah kakek buyut ku serta seperti apa tempat kelahiran nenek ku itu." Ujar Zora.

"Zora / Zora-sama...!" Ucap Kou dan Shiro bersamaan, karena tidak menduga bahwa Zora mau datang ke kerajaan Glavador.

"Em.. Ada apa?" Tanya Zora dengan polosnya.

"Kenapa kau mau datang kesana? Kau ingin mati di tangan raja itu?" Ujar Shiro.

"Benar Zora-sama! Lebih baik anda jangan pergi kesana, jangan berhubungan lagi dengan kerajaan Glavador." Sambung Kou.

"Kenapa memangnya? Apa salahnya jika aku datang untuk melihat wajah kakek buyut ku, meski itu hanya sekali saja dalam seumur hidup?" Tanya Zora kembali.

"Bagaimana jika raja itu tau kalau kau merupakan keturunannya? Bisa bisa kau di bunuh karena di anggap aib bagi kerajaan Glavador." Seru Shiro.

"Dia tidak akan tau jika tidak ada yang mengatakannya. Disini hanya kak Suichi dan para yokai pengikut kakek yang tau soal kebenaran ini.

Jadi jika raja itu tau karena ada yang mengatakannya, aku pasti dengan mudah akan membunuh pengkhianat itu." Ucap Zora dengan di akhiri tawa beratnya.

"Haaah...." Keluh Shiro dan Kou yang membuang nafas panjangnya.
Jika sudah seperti ini, apa yang bisa mereka lakukan untuk menghentikan Zora?

Pada dasarnya Zora menuruni sifat keras kepalanya dari sang nenek, dan tindakan yang sudah di pilihnya tidak akan bisa di cegah sama sekali.

Zora tidak akan bisa di hasut dengan pendirian yang sudah di pilihnya, itu sama hal nya dengan watak sang kakek.

"Jadi kak Suichi, kapan kita akan pergi ke kerajaan Glavador?" Tanya Zora kepada Suichi dengan tatapan matanya yang berapi api penuh semangat.

"Secepatnya, ku rasa hari minggu besok lebih baik. Saat itu kau juga sedang libur sekolah, jadi kau tidak perlu membolos."

"Baiklah kak, aku akan sabar menanti hari minggu tiba."

"Tok... Tok... Tok..."
Pintu rumah Zora di ketuk oleh seseorang, dan membuat Zora beranjak untuk membuka kan pintu rumahnya dan meninggalkan Suichi bersama dengan Kou dan Shiro.

Dalam langkah kakinya, Zora bertanya tanya siapa gerangan yang datang bertamu. Karena Zora selama ini slalu sendiri dan tidak bergaul dengan seorang pun kecuali dengan Suichi.

Pintu di buka oleh Zora, ia melihat seorang anak laki laki di depan pintu rumahnya.
"Siapa?" Tanya Zora kepada anak itu.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang