Chap 92

75 13 3
                                    

Di tengah malam, Zora tidak dapat tidur. Bukan karena di ganggu yokai, di dalam istana ia merasa aman dari para yokai yang selalu mengincar darahnya. Yang membuat Zora tidak dapat tidur, itu karena ia gelisah akan kedatangan Afdi. Dan kenapa juga si Afdi itu ingin datang ke sekolahnya? Jika maksud tujuannya adalah mengunjungi kerajaan ini, itu berarti dia harus menemui Farel kan? Kenapa juga harus mengunjungi sekolahannya? Ingin bertemu dengan Zora? Ingin melihat lihat seperti apa sekolah Zora? Itu sangat menyebalkan. Zora benar benar tidak ingin bertemu lagi dengannya, mengingat betapa di manfaatkannya dirinya pada saat itu.

Kini Zora berjalan jalan di halaman belakang istana, disana Zora melihat sebuah bayangan hitam yang sedang memukul mukul dadanya. Dengan cepat Zora menghampirinya dengan berlari. Setelahnya Zora membantu memukul mukul punggung orang tersebut hingga ia memuntahkan sesuatu.
"Uhuk uhuk..." Orang tersebut terbatuk dan bernafas lega, makanan yang menyangkut pada tenggorokannya berhasil keluar.
"Apa yang buyut lakukan di tengah malam di luar seperti ini, sampai kesedak seperti itu? Apa sih yang buyut makan?" Tanya Zora kepada Kano, sosok bayangan hitam yang di lihatnya tadi.

"Bukan urusan mu..." Jawab Kano sinis membuat Zora menghela nafasnya.

"Ku dengar, saat kau berada di kerajaan Snow, kau sangat membantu disana." Ucap Kano memecahkan keheningan singkat yang sempat terjadi.

"Ya, dan aku sangat kerepotan. Terima kasih untuk buyut, jika buyut tidak memerintahkan orang untuk membuang ku, semua itu tidak akan terjadi." Sindir Zora tanpa maksud apa apa, lihat saja wajahnya, ia bahkan tertawa kecil.

"Ambil saja hikmahnya, jika aku tidak melakukan itu, kerajaan kita tidak akan bisa menjalin hubungan baik dengan kerajaan Snow. Terima kasih Zora, karena sudah bersikap baik dan menolong kerajaan disana. Kau benar benar tumbuh menjadi anak yang baik, sama seperti Rachel."

Perkataan Kano membuat Zora tertegun. Kano, kakek buyutnya, mengucapkan terima kasih padanya? Apakah saat ini Zora sedang mengalami mimpi yang indah? "Aww sakiit..." Keluh Zora saat ia mencubit tangannya sendiri dengan sangat kuat.

"Apa yang kau lakukan? Bodoh..." Pada awalnya Kano terkejut mendengar rintihan Zora, namun setelah ia tau Zora mencubit tangannya sendiri, ia jadi mengumpatinya.

"Aku hanya ingin memastikan kalau aku sedang bermimpi atau tidak, rupanya ini kenyataan. Hehehe...." Zora menggaruk pipinya yang tak gatal. "Apa buyut tidak salah makan sesuatu? Kenapa buyut bersikap ramah pada ku? Bahkan sampai mengucapkan terima kasih segala."

"Sejak kau datang kesini, aku selalu memerhatikan mu. Kau anak yang baik dan kuat, sangat kuat sekali. Kau bahkan tidak membenci ku yang sudah berusaha membuang bahkan membunuh mu. Setiap hari melihat wajahmu, membuat ku terus teringat anak ku, Rachel. Aku bahkan selalu memimpikannya, ia berkata agar aku menjaga mu dan menyayangi mu. Yaah meski pun itu sangat menyebalkan karena kau bukan manusia seutuhnya, kau memiliki darah yokai dari yokai yang ku benci, Kazuma." Tutur Kano menjelaskan.

"Jangan terlalu membenci kakek, buyut jelas tau sendiri kalau kakek tidaklah salah dan slalu memperingati kakaknya buyut. Tapi orang itu slalu bersikap semaunya sendiri kan? Kakek juga merasa bersalah atas meninggalnya pangeran Eru, jadi buyut... Bisakah buyut berhenti membencinya?"

"Kau sama seperti kakak ku Eru, bersikap semaunya sendiri." Gumam Kano melirik Zora. "Jangan melunjak hanya karena aku bersikap baik pada mu saat ini! Aku menerima mu di keluarga ini, tapi aku belum mengakui mu sepenuhnya, ingat itu!" Lanjut Kano dan pergi meninggalkan Zora. Namun di tengah langkah kakinya ia berhenti dan berbalik, "Jangan hanya diam jika ada yang merundung mu, katakan saja jika perlu kau lawan saja orang itu, tidak perduli jika orang itu seorang wanita. Kau keluarga kerajaan, tidak ada yang boleh melukai mu seujung kuku sekali pun. Menyakiti mu, sama saja tidak setia kepada kerajaan ini. Meski pun kau setengah yokai, kau masih memiliki darah dari keluarga kerajaan, mengerti?!"

Zora tersenyum melihat buyutnya yang sudah menjauh meninggalkannya seorang diri. "Apa buyut menyuruh seseorang untuk  mengawasi ku di sekolah? Bagaimana mungkin buyut bisa tau jika ada yang merundung ku? Apa mungkin dari kakek Farel? Tadi saja sepulang sekolah aku habis di ceramahi karena kak Suichi yang mengatakan apa yang terjadi di sekolah. Untungnya aku bisa meyakinkan kakek dan paman kalau aku bisa menjaga diri ku sendiri, jika mereka keterlaluan aku bisa menghukum mereka dengan kekuatan ku. Meski pun membutuhkan waktu yang lama untuk meyakinkan mereka..."

Zora berbaring di atas tanah yang memiliki rumput yang sangat nyaman untuk di tiduri. Ia memandang lautan bintang di luasnya langit malam.
"Ayah, ibu... Kalian tidak perlu khawatir lagi dengan keadaan ku saat ini, karena aku sudah hidup dengan layak dan di penuhi orang orang yang sayang dengan ku. Aku tidak lagi di oper kesana kemari dan di katai aneh atau pun sakit jiwa. Aku bahkan sudah terbiasa dengan kasih sayang yang mereka berikan sehingga aku benar benar bisa menerima kehadiran mereka. Ayah, ibu... Istirahatlah dengan tenang disana, aku sayang kalian."

Di tengah semilirnya angin malam, Zora memejamkan kedua matanya, udara yang dingin di abaikan olehnya. Hingga akhirnya Zora terlelap disana...


Sinar matahari yang terang tidak juga membangunkan Zora dari tidur lelapnya. Pelayan di istana di buat panik karena tidak adanya Zora di kamar maupun kamar mandi. Mereka kesana kemari mencari Zora hingga Giovani ikut serta mencarinya dengan keadaan yang sangat panik. "Bagaimana, sudah ketemu?" Tanya Farel kepada anaknya.

"Belum yah..." Jawab Giovani dengan sendu.

"Coba cari di halaman belakang, semalam anak itu ada disana, siapa tau dia masih ada disana." Saut Kano sedikit acuh. Giovani pun segera berlari menuju halaman belakang dengan harapan Zora berada disana.

"Haaaah.... Dasar bocah nakal, hobi sekali bikin orang panik." Gumam Giovani dengan senyumannya ketika ia melihat Zora sedang tertidur di bawah pohon dengan sangat nyenyak. "Zora, bangunlah... Ini sudah pagi, kau harus pergi sekolah." Ucap Giovani sembari menggoyangkan tubuh Zora agar terbangun.

"Ugh..." Zora membuka kedua matanya dengan perlahan, lalu ia memfokuskan pandangan di hadapannya yaitu Giovani, sang paman. "Udah pagi ya? Apa aku ketiduran semalam? Hoooaaaamm..."

"Dasar anak nakal, kau membuat seisi istana panik karena kau tidak ada dimana pun. Ayo cepat bangun, semuanya sudah menunggu untuk sarapan." Giovani mengusak rambut Zora yang berantakan itu.

"Maafkan aku, semalam aku berniat untuk melihat bintang, tapi aku malah ketiduran sampai pagi."

"Lain kali jangan di ulangi lagi, dan jika kau ingin keluar di tengah malam, gunakan pakaian panjang atau jaket jangan menggunakan pakaian pendek seperti ini, agar kau tidak sakit kena udara malam, itu tidak sehat, mengerti."

Zora menganggukan kepalanya tanda mengerti. "Paman... Aku masih sedikit mengantuk dan nyawa ku belum sepenuhnya terkumpul."

"Lalu?"

Zora mengangkat kedua tangannya. "Gendong aku paman."

Giovani membuang nafasnya dengan kasar, lalu ia berjongkok agar Zora bisa naik ke punggungnya. Untung saja badan Zora tidak terlalu besar, sehingga tidak akan kelelahan dan keberatan disaat menggendongnya seperti ini, terlebih Giovani belum makan. Untungnya lagi, Zora merupakan keponakan tersayang, jika bukan, Giovani mungkin enggan menggendongnya. Jarak halaman belakang menuju istana kan cukup lumayan jauh.











































Niatnya pengen triple up
Eeeh mendadak kepala ku pusing

Liat ntar aja ya
Jd up lagi apa gk ^^

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang