Vero berserta tiga temannya yang masih belum di ingat siapa namanya oleh Zora, hanya berjalan dalam diam di belakang Aoi. Mereka ingin bertanya tapi takut, apa lagi ini kali pertamanya mereka masuk ke dalam istana, mereka takut jika suara mereka sangat berisik dan mengganggu kesunyian istana. Mereka juga takut jika mereka salah bersikap, biar bagaimana pun ini di dalam istana, mereka tidak bisa bersikap seperti biasanya kan.
"Mungkin kah saudara yang merawat Zora bekerja di istana?" Tanya teman Vero kepada Vero dengan berbisik bisik.
"Ssstt kecilkan suara mu, kita akan bertanya ke Zora kalau sudah berada di tempat yang aman untuk bertanya." Jawab Vero dengan berbisik juga, kemudian tiga temannya menutup mulut dengan tangannya masing masing.
"Siapa yang bersama mu itu?" Suara yang tegas terdengar dari belakang mereka semua, Vero dan tiga temannya seketika merinding ketakutan. Mereka sangat tau dengan suara ini, yaa itu suara Kano.
"Oh kakek buyut, mereka teman ku. Kita mau belajar bersama mengerjakan tugas kelompok, dan mereka akan menginap juga." Jawab Zora, namun Kano menatap empat teman barunya Zora dengan pandangan yang dingin.
'Kakek buyut?' Batin Vero dan tiga temannya penuh dengan kebingungan.
"Salam hormat kami yang mulia Kano." Ucap serempak mereka berempat dengan segera duduk dengan bertumpu pada satu kaki mereka sebagai tanda hormat.
"Berdirilah." Titah Kano yang segera mereka laksanakan, tetapi mereka masih setia menundukkan kepalanya karena takut. "Sejak kapan kau berteman dengan mereka?" Tanya Kano kepada Zora.
"Hmm... Berapa lama yaaa? Aku rasa sebelum kak Afdi datang ke sini."
"Kau serius ingin berteman dengan mereka? Anak anak nakal ini? Apa mereka sengaja mendekati mu karena tau kalau kau merupakan keluarga kerajaan?"
"Mereka tidak tau, aku tidak pernah mengatakannya dan mereka tidak pernah bertanya juga. Mereka ingin berteman dengan ku karena aku setengah yokai."
"Dan kau menerimanya begitu saja? Apa kau lupa kalau mereka pernah menyakiti mu? Bagaimana bisa kau melupakannya begitu saja!" Kano nampak meninggikan suaranya, sepertinya ia mulai kesal dan tidak bisa menerima hal gila ini. Seharusnya Zora tidak menerima mereka menjadi temannya, apa lagi mereka pernah menyakitinya kan.
"Dari mana buyut tau kalau mereka pernah menyakiti ku? Aku kan tidak pernah mengatakan siapa saja orangnya? Oh, jangan jangan orang yang selalu mengawasi ku itu orang suruhan buyut? Selama ini aku sadar kalau ada yang mengawasi ku, tapi aku tidak pernah bicara pada siapa pun, aku hanya diam selama orang itu tidak berbuat yang aneh aneh. Tapi mungkin aku harus berterima kasih juga, berkat itu setiap kali aku tersesat, dia slalu bantu aku menemukan jalan pulang dengan caranya sendiri."
"Lalu kenapa kau ingin berteman dengan anak anak seperti mereka? Sudah bagus kalau kau berteman dengan Aoi, bisa bisa kau nanti ketularan nakalnya seperti mereka!"
"Sudahlah buyut, aku tidak akan seperti itu. Lagi pula mereka sudah meminta maaf dan sekarang kita benar benar berteman."
"Kami mohon maaf yang mulia Kano, kami telah melakukan kesalahan karena telah menyakiti Zora sebelumnya. Kami benar benar tidak ada maksud untuk melukainya, hanya saja saat itu saya merasa kesal karena Zora bersikap acuh ketika yang mulia sedang memberikan kata sambutan di acara sekolah, saya hanya memperingatinya saja tidak ada maksud lain." Ucap Vero yang kembali bertekuk lutut.
Ketiga temannya juga ikut serta bertekuk lutut dan meminta ampunan kepada Kano. "Maafkan kami yang mulia Kano, kami juga sudah meminta maaf kepada Zora." Ucap serempak mereka bertiga.
"Ada apa dengan keributan ini?" Tanya Farel yang datang menghampiri karena mendengarkan kebisingan.
"Masalah ini sudah kita selesaikan buyut, jadi buyut tidak perlu cemas lagi." Zora tersenyum kepada Kano, dan nampak kalau Kano terlihat masih kesal tak terima.
"Farel, urus cucu mu ini. Aku tidak perduli dengan apa yang akan terjadi ke depannya, bagaimana bisa dia berteman dengan orang yang sudah melukainya. Apa dia bodoh?" Kano pun berlalu meninggalkan tempat setelah bicara kepada Farel.
"Jadi mereka ini yang pernah melukai mu Zora?" Tanya Farel dengan lembut.
"Iya kek, tapi kita sudah berbaikan kok. Mereka saat itu hanya kesal karena aku mengabaikan buyut yang sedang memberikan kata sambutan saat awal masuk sekolah, tidak lebih." Tutur Zora menjelaskan.
"Itu benar yang mulia Farel, kita semua sudah tidak mempermasalahkan hal itu lagi dan mulai berteman." Ucap Aoi ikut serta menjelaskan.
"Lalu, di mana gadis yang juga pernah melukai mu?" Tanya Farel kembali.
"Aku tidak tau, mereka memiliki alasan yang berbeda dengan Vero."
"Yang mulia Kano, salam hormat kami." Ucap serempak Vero dan kawan kawannya. "Kami semua sangat menyesal atas apa yang pernah kita lakukan sebelumnya, mohon ampuni kami dan berikan hukuman kepada kami." Lanjutnya.
"Berdirilah kalian semua."
"Tidak yang mulia, kami semua bersalah."
"Saya memaafkan kalian semua selama Zora memaafkan kalian, jika permasalahan itu sudah terselesaikan maka sekarang berteman lah dengan baik dan jangan ada perselisihan seperti itu lagi. Jika sampai ada, kemungkinan besar ayah ku akan benar benar menghukum kalian." Ujar Farel.
"Terima kasih banyak atas kemurahan hati yang mulia raja." Ucap mereka serempak yang kemudian mereka berdiri.
"Kita ke kamar dulu ya kek, kita mau belajar bersama dan mereka akan menginap di sini." Seru Zora.
"Belajarlah dengan giat."
Setelahnya mereka semua berjalan mengikuti Zora menuju kamarnya. Setelah mereka semua masuk ke dalam, Vero dan ketiga temannya segera bertekuk lutut memohon maaf dari Zora, mereka tidak tau kalau Zora merupakan anggota keluarga kerajaan, mereka sungguh menyesalinya.
"Apaan sih? Berdiri gak!? Dari kemarin kemarin kan aku udah bilang kalau aku udah maafin, jadi buat apa seperti ini lagi." Ketus Zora tak suka.
"Mau bagaimana lagi kan, mereka baru tau kalau kau seorang pangeran, pasti mereka sangat terpukul." Saut Aoi.
"Tolong ampuni kami Zora, ah tidak... Pangeran Zora." Seru Vero.
"Ampuni kami pangeran Zora." Saut serempak ketiga lainnya.
"Aku sudah memaafkan kalian, jadi sekarang bangunlah, aku tidak memiliki kuasa yang layak hingga kalian bertekuk lutut kepada ku seperti ini." Ujar Zora dan mereka pun berdiri kembali.
"Sebelumnya aku memang pernah mendengar kalau ada pangeran baru yang merupakan cucu dari tuan putri Rachel dan ia setengah yokai. Tapi aku tidak tau kalau pangeran itu sudah tinggal di sini dan yaitu kamu." Seru Vero.
"Jadi kalian semua sudah tau tentang cucu dari nenek Rachel?" Mereka semua menganggukan kepalanya. "Kalau begitu aku tidak perlu bercerita lagi tentang diri ku ya, dan karena kalian sudah tau kalau aku ini seorang pangeran, bisa kah kalian bersikap biasa saja seperti kalian belum mengetahui hal ini?" Pinta Zora.
"Itu hal yang tidak mungkin." Ujar Vero.
"Kenapa tidak mungkin? Aoi saja bisa."
"Kalian hanya perlu bersikap biasa saja di tempat umum di saat tidak ada raja atau pangeran, seperti hal yang ku lakukan ini. Sebenarnya Zora sangat tidak menyukai hal seperti ini, jadi ku rasa kalian pasti bisa." Saut Aoi.
"Aku ini bukan siapa siapa di saat aku belum berada di istana, kalian juga tau soal kehidupan ku sebelumnya seperti apa. Jadi bersikap biasalah, dan rahasiakan tentang jati diri ku ini. Aku tidak suka dengan perubahan sikap orang orang yang secara mendadak, terlebih mereka yang hanya akan mencari muka saja."
"Baiklah pangeran Zora, sesuai keinginan anda." Ucap serempak mereka berempat.
"Sudah ku bilang bersikap biasa saja, jangan panggil aku pangeran." Keluh Zora.
"Tapi saat ini kita berada di istana." Ujar temannya Vero.
"Kita sedang berada di kamar dan tidak ada yang lain, tidak ada kakek buyut, kakek, nenek dan juga paman. Bersikaplah biasa!"
"Baiklah pangeran Zora." Kali ini Vero hanya meledek.
"Kau ini!!!!" Zora nampak kesal sementara Aoi, "Hahahaha..." dia nampak puas dengan tawanya melihat Zora yang sedang kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blood (Ended)
FantasyCerita ini terinspirasi dari anime "Natsume Yuujinchou" dan juga "Mushishi.". Sebuah kerajaan yang sudah modern, dimana bagi kalangan rakyat biasa yokai merupakan dongeng belaka. Namun, bagi para bangsawan dan kerajaan yokai merupakan hal nyata. Tug...