Chap 29

138 21 2
                                    

"Apa yang kau lamunkan?" Tanya Shiro yang sedari tadi memperhatikan Zora yang sedang melamun dan terkadang membuang nafasnya dengan kasar.

"Banyak hal." Jawab singkat Zora tanpa memandangi Shiro, bahkan tangan kanannya yang menopang dagu tak henti-hentinya menempel, seakan tangan dan dagunya telah di beri perekat yang sangat kuat. "Haaaah...." Zora kembali menghela nafasnya yang begitu panjang dan berat.

Shiro menjadi kesal akan sikap Zora, "Sudah berapa kali kau membuang nafas dan sudah berapa lama kau melamun! Apa kau tidak sadar, kau melewati makan pagi mu sampai sekarang yang sudah lewat dari jam makan siang!

Apa kau mau mati, hah?! Jika ada masalah katakan padaku, ceritakan padaku seperti biasanya! Kau pikir apa yang kau lakukan saat ini dapat menyelesaikan semua masalah yang ada di otak kecil mu itu?" Bentak Shiro yang emosinya sudah meluap-luap.

Mata Zora seketika menatap Shiro dengan tajam bagaikan mata elang. Tangannya yang sedari tadi ia gunakan untuk menopang dagu, ia lepaskan.
"Apa kata mu tadi?" Ucap Zora.

"Apa kau mau mati?" Ujar Shiro mengulangi sepenggal ucapan yang tadi di katakannya.

"Bukan yang itu!"

"Kau telah melewatkan sarapan mu hingga siang ini."

"Bukan!"

"Ceritakan pada ku masalah yang sedang kau hadapi seperti biasanya."

"Kalimat yang lainnya." Geram Zora dengan kedua tangannya yang mengepal serta bertemu di depan dadanya.

"Yang mana lagi? Aku tidak tau!" Bentak Shiro kesal.

"Kau bilang otak ku kecil! Itu berarti kau menganggap ku bodoh! Kau sama menyebalkannya sama kakek tua bangka itu! Kalian meremehkan ku! Padahal aku anak yang sangat pintar!" Teriak Zora mengeluarkan kesalnya.

"Jadi itu, aku kira apa." Ucap Shiro dengan santainya.

"Jadi itu kata mu? Shiro, kau benar benar menyebalkan! Dasar anjing rakus, gemuk, pemabuk!" Umpat Zora yang semakin naik pitam. Shiro pun ikut kesal dan membalas umpatan Zora.

"Kau itu manusia bodoh, keras kepala, tidak bisa di atur, tidak bisa mendengarkan ucapan orang lain, kurus!"

Hingga berjam jam lamanya mereka beradu mulut, keduanya saling menatap tajam penuh dengan amarah, namun nafas mereka tersengal sengal, mungkin hampir kehabisan akibat saling mengumpat.

"Hentikan ini, kita hanya akan membuang waktu percuma. Lebih baik kau ceritakan padaku apa yang sedang kau pikirkan itu. Dan kita akan cari solusi untuk masalah mu itu." Ucap Shiro yang sudah mulai tenang. Zora pun ikut menjadi tenang.

"Aku hanya sedang memikirkan kakek Farel saja. Setelah kenaikan kelas nanti, harus kah aku pindah kesana? Sedangkan kakek buyut nampak sangat tidak menyukai ku." Tutur Zora.

"Jadi itu yang kau pikirkan. Kalau aku dan yang lain, sudah pasti akan mengikuti mu kemana pun kau pergi.

Tapi soal raja Kano, sejak dulu orang itu memang tidak menyukai hubungan manusia dengan yokai seperti yang di lakukan oleh nenek mu itu.

Kalau kau datang kesana, bisa saja dia mencari cara untuk menyingkirkan mu. Tapi, karena kau cucunya, kau memiliki ikatan darah dengannya, bisa saja lambat laun raja Kano akan luluh dan bisa menerimamu sebagai cucunya.

Jadi, kalau kau sudah memantapkan pilihan mu untuk tinggal disana. Kau harus siap siaga. Bisa jadi yang ingin menyingkirkan mu bukan dari raja Kano saja, namun dari para bangsawan lainnya yang juga tidak menyukai mu.

Kalau disini, kau hanya perlu waspada terhadap yokai yang akan mengincarmu. Tapi kalau disana, kau harus waspada terhadap yokai dan juga manusia." Jelas Shiro.

"Jujur, aku senang karena kakek Farel menerima ku. Dan itu membuatku menjadi serakah, aku ingin merasakan lagi kasih sayangnya, aku ingin mendapatkannya lebih dari itu.

Kasih sayang dari keluarga, aku ingin mendapatkannya seperti anak lainnya. Aku bahkan berpikir akan berjuang keras untuk mengambil hati kakek buyut, tapi aku kembali berpikir dengan ancaman yang kau katakan itu, karena aku juga memikirkan hal yang serupa."

"Hal yang wajar jika kau menginginkan hidup bersama dengan keluarga mu yang akan memberikan mu kasih sayangnya. Mau bagaimana pun, kau masihlah anak kecil." Ledek Shiro.

"Aku sudah 16 tahun, aku bukan anak kecil lagi Shiro!"

"Lalu, 16 tahun itu kau anggap apa kalau bukan anak kecil? Bersikap dewasa saja kau masih tidak bisa, kau slalu bersikap semau mu layaknya anak kecil."

"Aku sudah remaja, aku bukan anak kecil!"

"Tck! Jangan membuat ku tertawa, coba kau lihat dirimu di cermin, apa ada 1 hal saja dari sikap serta sifat mu yang tidak menunjukkan kelakuan anak anak?"

"Aaargh berisik! Lupakan soal itu! Shiro, belikan aku makan malam! Aku sangat lapar seharian ini belum makan apa pun!"

"Nah lihat, untuk makan malam saja kau masih meminta ku membelikannya, kau benar benar anak kecil."

"Kalau kau tidak mau membelikannya, katakan saja! Tidak usah mengatai ku anak kecil! Dasar anjing pemabuk, pemalas, rakus!" Umpat Zora.

"Oh kau ingin memulainya lagi?! Ayo kita lakukan sekarang sampai kau kalah!" Tantang Shiro.

"Lakukan saja sendiri, aku mau pergi cari makan malam dan aku tidak akan memberi mu sedikit pun!"

Zora berjalan dengan menghentakkan kakinya dengan keras, yang menandakan bahwa dirinya saat ini benar benar kesal. Shiro yang di tinggal sendirian di rumah, lebih memilih untuk tidur. Mungkin sebenarnya Shiro sudah lelah berkelahi dengan Zora.

Dalam langkah kakinya, Zora masih saja menggerutu dan mengumpat Shiro yang hari ini sukses membuatnya marah marah.

"Hei bocah, kau nampak berbeda dari manusia. Bau mu juga beda, kau ini... Manusia atau yokai?" Tanya seseorang kepada Zora yang berada tepat di belakangnya.

Zora membalikkan tubuhnya, ia melihat sosok pria tinggi dengan kumis dan jenggot tipisnya. Warna rambut orang itu abu abu, lalu pria itu memiliki bola mata yang berbeda warna. Kanan berwarna kuning sedangkan kiri berwarna hijau.

Zora memandangnya tanpa berkedip, dari rambut hingga ujung kakinya, Zora terus menatapnya dengan aneh.

"Hoi bocah, aku sedang bertanya. Jangan abaikan aku!" Seru pria tersebut.

"Ini pertama kalinya aku melihat paman, paman bukan orang sini kan?" Tanya Zora.

"Cih, anak sekarang sungguh tidak tau sopan santun. Bagaimana bisa pertanyaan ku di jawab dengan pertanyaan.

Ya kau benar, aku bukan penduduk sini. Ngomong ngomong, bisakah aku tinggal di rumah mu? Sedari tadi mencari penginapan tapi tidak ada satu pun yang kosong."

Permintaan orang itu membuat Zora sedikit takut. "Ba-bagaimana bisa kau meminta tinggal di rumah orang yang baru saja kau temui, terlebih lagi dengan anak anak seperti ku!"

"Mau bagaimana lagi, aku sudah berjam jam mencari penginapan tapi tidak ada satu pun yang kosong. Selain itu, aku tidak bertemu dengan seorang pun selain kau.

Jadi aku meminta tolong pada mu, aku akan membayar penginapannya jika kau mau, asal tidak terlalu mahal."















Akhirnya up juga

Maaf ya lama

Aku terlalu fokus sama cerita "Hotarou"

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang