Chap 88

77 12 1
                                    

"Haaah melelahkan." Keluh Zora yang baru saja tiba di kantin, disana ia melihat Aoi dan ia segera duduk di sebelahnya bahkan meminum habis minuman Aoi.

"Dari mana saja kau? Datang datang menghabiskan minuman orang." Keluh Aoi. "Tunggu... Kenapa dengan wajah mu? Siapa yang sudah memukul mu? Lihat, wajah cantik mu jadi jelek seperti ini."

Zora mengabaikan ucapan Aoi, ia menarik piring makanan Aoi dan melahapnya dengan cepat seakan akan ia belum makan hingga berhari hari. Melihat hal itu Aoi hanya menghela nafasnya lalu tersenyum melihat kelakuan Zora.
"Sudah kenyang?" Tanya Aoi ketika Zora selesai makan.

"Un... Kenyang banget, makasi A..."
"Bruuuk!"

"ZORA!" Teriak Aoi ketika Zora jatuh pingsan hingga membuatnya menjadi sorotan murid lainnya yang berada di kantin. Dengan sigap, Aoi membopong Zora dan membawanya ke ruang kesehatan. Disana dokter sekolah segera memeriksa keadaan Zora. "Lebih baik Zora di bawa ke pusat kesehatan." Ucap dokter tersebut.

"Aku akan sampaikan ke pak Suichi terlebih dahulu." Ujar Aoi dan ia segera berlari menuju ruang guru bersamaan dengan jam istirahat makan siang selesai.

"Pak Suichi... Hah... Hah..." Panggil Aoi setelah ia membuka pintu ruang guru dengan nafas yang terengah.

"Ada apa? Sudah bel masuk kelas kan, cepat kembali ke kelas mu sekarang." Ujar Suichi yang sedang siap siap memasuki kelas lain.

"Zora pak... Zora pingsan, dan kata dokter, Zora harus di bawa ke pusat kesehatan!"

"Apa?!" Suichi nampak terkejut. "Ayo cepat kita ke ruang kesehatan!" Titahnya.

Sesampainya disana, Suichi segera membawa Zora menuju pusat kesehatan bersama dengan Aoi yang memaksa untuk ikut karena mencemaskan keadaan Zora. Disana Zora di periksa oleh dokter, bahkan lebam di wajahnya juga di obati.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Dan siapa yang memukul Zora?" Tanya Suichi pada Aoi, ia nampak berputus asa. Pasalnya ia berada di sekolah itu karena perintah dari Farel untuk mengawasi Zora. Tapi lagi lagi ia kecolongan, ia tidak tau bahwa di sekolah Zora tengah di pukuli. Rasanya Suichi tak memiliki muka untuk berhadapan dengan Farel nanti, bahkan Giovani pun tidak.

"Aku tidak tau siapa yang memukulinya, tadi di jam pertama kita berdua di hukum membersihkan toilet. Tapi Zora meninggalkannya dan tak kembali ke kelas hingga jam makan siang. Dan tiba tiba Zora datang ke kantin dengan wajahnya yang terluka, setelah ia menghabiskan makanan ku, Zora langsung pingsan." Jelas Aoi.

"Apa ia keracunan makanan?"

"Ku rasa tidak, karena makanan itu sudah setengah ku makan dan aku tidak ada masalah soal itu."

"Ckleek..." Pintu terbuka dan keluarlah seorang dokter dari dalam sana. Suichi dan Aoi berdiri dan bergegas menghampiri. "Bagaimana keadaan Zora?" Tanya Suichi.

"Zora hanya mengalami anemia dan itu tidaklah parah, tolong di perhatikan pola makannya dan perbanyak sayuran." Jawab dokter tersebut.

"Syukurlah..." Ucap Suichi dan Aoi bersamaan. "Terima kasih banyak dokter." Ujar Aoi yang kemudian masuk ke dalam ruangan Zora bersama Suichi, di dalam sana Zora sudah membuka kedua matanya dan ia sedang duduk bersandar pada kepala ranjang dengan tangan yang memegangi kepalanya.

"Dasar anak nakal, ku kira kau pingsan karena habis di pukulin, rupanya karena anemia. Dokter bilang kau harus memperhatikan pola makan mu, nanti aku akan katakan ini pada paman Farel." Ujar Suichi sembari mengusak kasar rambut Zora dan si empu berusaha untuk menangkis tangan besar Suichi.

"Apaan sih? Makanan ku benar, aku bukan orang yang pemilih. Ini hanya karena aku terlalu banyak memakai kekuatan ku, sedangkan aku gak pernah berlatih sama sekali. Jadinya yaa seperti ini..." Ucap Zora.

"Memangnya apa yang terjadi? Kenapa kau sampai memakai kekuatan mu hingga berlebihan?" Tanya Aoi.

"Hanya untuk menghindari pertarungan gak penting." Zora menjawab dengan memalingkan wajah.

"Hooo... Pasti itu perempuan kan? Apa yang memukuli mu ini juga seorang perempuan? Memalukan sekali bila di hajar sama perempuan." Ledek Suichi.

"Berisik! Yang memukuli ku ini laki laki, meski ada perempuan yang menampar ku juga tadi. Tapi ini bukan memalukan, karena aku menghormati mereka sebagai seorang wanita. Akan memalukan bila pria sejati melakukan kekerasan ke pada wanita." Ucap Zora membela diri.

"Ya ya ya, apa kata mu saja. Istirahatlah, nanti sore akan ku jemput pulang. Aku dan Aoi harus kembali ke sekolah." Ujar Suichi.

"Ya sudah pergi saja sana."

Hari telah berganti, Zora sudah berada di sekolahnya lebih awal. Ia tidak terlambat kali ini, karena Kazuma mengantarkannya ke sekolah. Tidak ada penolakan atau keributan ketika Kazuma sudah menunggunya di depan gerbang istana, bahkan Zora tidak mempermasalahkan kecemasaan sang kakek ketika melihat wajahnya memiliki lebam. Dan keluarga Farel yang juga mencemaskannya kemarin dan bertanya ini itu, Zora juga tidak mempermasalahkannya. Hanya menjawab dengan sopan dan meminta untuk tidak di usut pertengkaran itu dengan sangat lembut. Membuat semuanya heran akan sikap Zora namun tidak ada seorang pun yang berani menanyakannya dengan alasan takut Zora kesinggung dan membuatnya kembali lagi seperti semula.

"Ini sekolah mu Zora? Sangat bagus, boleh kakek melihat lihat sekolah mu ini?" Tanya Kazuma penuh harap.

"Boleh, lagi pula di sekolah ini banyak yang membawa pelayan yokai mereka, jadi ku pikir itu tidak masalah jika kakek berkeliaran di sekolah, pasti mereka akan berpikir bahwa kakek merupakan pelayan dari salah seorang bangsawan disini. Yang terpenting kakek tidak akan membuat masalah di sekolahku." Jawab Zora.

"Rasanya sakit hati kakek saat kamu bilang pelayan." Ucap Kazuma dengan sendu membuat Zora sedikit kelagapan.

"Bu-bukan seperti itu maksud ku kek, aku tidak ada maksud menyebutkan kakek itu pelayan ku. Jadi itu... Uh gimana ya jelasinnya... Kan di sini banyak yokai pelayannya kakak kelas dan juga guru, terus...."

"Hahaha..." Kazuma tertawa terbahak bahak melihat expresinya Zora dan membuat Zora menghentikan ucapannya. "Kakek tau maksud mu, kakek hanya sedikit menjahili mu saja. Baiklah, kakek akan pergi berkeliling di sekolah mu, kakek tidak akan membuat masalah, kakek janji. Masuklah ke kelas, dan belajarlah dengan giat agar kau pintar seperti kakek." Zora hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya sebagai jawaban, setelahnya ia berjalan menuju kelasnya.

Karena masih ada cukup waktu sebelum pelajaran di mulai, Zora memutuskan untuk tidur di kelas. Lagi pula apa yang bisa di lakukannya? Bermain atau bersendau gurau dengan beberapa murid yang juga sudah datang di kelas? Itu tidak mungkin, hanya Aoi lah teman satu satunya bagi Zora.

"Bruuaak..." Suara pukulan pada meja Zora sangatlah keras, hingga membuat Zora terbangun dan menatap sinis pelakunya yang sedang bersmirk kepadanya.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang