Chap 54

106 20 11
                                    

Zora tengah berbaring pada sebuah lingkaran dimana lingkaran tersebut telah bertuliskan sebuah mantra. Di luar lingkaran itu terdapat Seiya yang sedang berdiri, dengan smirknya ia mulai merapalkan kata kata yang tak lain beruba mantra.
Hanya menggunakan waktu selama setengah jam, setelahnya Zora terbangun dengan kebingungan.

"Kau sudah bangun Zora, bagaimana keadaan mu?" Tanya Seiya yang baru saja memasuki kamar dimana Zora berada. Setelah acara ritual itu, Seiya memindahkan Zora ke sebuah kamar lalu ia menghapus ritual yang tadi ia gunakan.

Zora menatap Seiya dengan pandangan matanya yang kosong. Mulutnya terbuka namun kembali ia rapatkan, lalu ia memilih untuk kembali tidur.

"Apa kau lelah?" Zora hanya menganggukan kepalanya. "Istirahat lagi saja, akan ku siapkan makanan untuk mu."

Ketika ia merasa Seiya telah keluar dari kamarnya, Zora kembali membuka mata dan duduk bersandar pada kepala ranjang. Ia menarik rambutnya dengan kuat, berharap rasa sakit yang di deranya segera hilang.

'Apa yang sebenarnya terjadi? Rasanya ada sesuatu yang hilang dari diri ku ini, tapi apa? Dan kenapa kepala ku terasa sakit sekali?' Zora bertanya tanya di dalam hatinya akan keanehan yang ia rasa, berharap agar lubuk hatinya dapat menemukan jawabannya.

Beberapa menit kemudian Seiya datang dengan membawa makan dan juga minumannya, lalu ia serahkan kepada Zora. "Makan lah." Titahnya. Zora pun mulai memakan makanan yang di bawa itu.

"Apa ada yang sakit?" Tanya Seiya yang bersikap sangat baik dan tak lupa tangannya yang mengusap lembut surai Zora.

Lagi lagi Zora menutup rapat mulutnya ketika ia hendak menjawab, seakan ada yang menahan dirinya untuk bicara.

'Kenapa ya, rasanya aku tidak ingin bicara sama sekali dengan kak Seiya? Dan kenapa aku merasakan sesuatu yang aneh pada diri ku? Terutama bagian kepala ku.' Ucap Zora di dalam hatinya.

"Kenapa? Apa badan mu sakit? Di sebelah mana? Perlu aku panggilkan tabib atau dokter?" Seiya kembali bertanya dan kali ini hanya di jawab dengan gelengan kepala.

"Apa kamu mau jalan jalan melihat kediaman rumah ku? Ini kali pertamanya kan kau berada di rumah ku, bagaimana?" Zora menganggukan kepalanya tanda setuju dan Seiya hanya tersenyum melihatnya, mungkin senyuman jahat yang ia keluarkan saat ini namun Zora tidak melihatnya karena ia sibuk dengan pandangan mata yang pergi kesana kemari seakan sedang mencari sesuatu.

Seiya pun menuntun Zora untuk berjalan, entah kenapa Zora merasa tubuhnya lemah dan lemas jika di paksa untuk berjalan. Lebih baik ia tidur dan istirahatkan tubuhnya kembali, tapi dia juga ingin melihat lihat rumah Seiya karena rasa bosan melandanya.

Di lain tempat...

Yokai pria yang sedang pergi menuju pemukiman warga, kini ia telah tiba pada tujuannya. Baru saja ia akan membuka pintu, pintu itu terbuka lebih dahulu dari dalam. Membuat keduanya terkejut dan saling pandang.

"Maaf anda cari siapa ya?" Tanya seseorang yang membuka pintu tersebut.

"Kau siapa? Apa yang kau lakukan di rumah ku?!" Seru yokai itu membuat seseorang itu kebingungan. "Rumah mu?" Tanyanya.

"Ini rumah ku, kau siapa dan apa yang kau lakukan di rumah ku? Dimana anak ku? Seharusnya dia tinggal disini, apa kau temannya?"

"Tunggu tunggu... Mungkin disini ada kesalah pahaman. Dari apa yang ku cium, kau itu yokai kan? Sedangkan rumah ini pemiliknya manusia."

"Lalu kau siapa? Bangsawan dari mana? Kau tidak melukai anak ku kan?"

"Kalau kau mencari anak mu, carilah di hutan atau gunung di luar sana, bukan di rumah manusia!" Seseorang itu nampak mulai kesal.

"Anak ku manusia! Dia bernama Akihito! Cepat katakan padaku, dimana dia sekarang? Dan juga Rachel istri ku dimana dia?!"

"Akihito? Rachel? Rumah milik mu?" Orang tersebut nampak memikirkan sesuatu hingga Kou datang di waktu bersamaan dari belakang yokai itu.

"Bau ini, mungkinkah...?" Gumam Kou dengan membulatkan matanya, ketika yokai itu membalikkan tubuhnya ke arah Kou, seketika Kou berlutut di hadapan yokai tersebut.

"Kazuma-sama! Apa benar anda Kazuma-sama?" Tanya Kou memastikan.

"Oh, Kou rupanya. Ya aku Kazuma, aku telah kembali." Ujar yokai itu yang rupanya bernama Kazuma.

"Bagaimana bisa Kazuma-sama? Bukankah dulu anda telah di lenyapkan oleh para bangsawan?"

"Bagaimana jika kita bicara di dalam? Dan Kou, buatkan aku makanan, aku rindu dengan masakan mu."

"Siap Kazuma-sama."

Seseorang yang membukakan pintu di buat bingung oleh dua yokai di hadapannya itu. Dan seseorang itu tak lain adalah Tsukasa.
Tsukasa mengikuti dua yokai yang berjalan masuk ke dalam rumah setelah ia menutup pintu.

Kazuma duduk di ruang santai, Kou memulai memasak, dan Tsukasa? Ia masih diam memperhatikan Kazuma.
"Shiro!" Kazuma berseru, nampaknya ia sedang memanggil Shiro yang sudah terikat darah dengannya, sehingga Shiro muncul dengan segera setelah panggilan tersebut.

Sepasang mata Shiro membulat tak percaya dengan apa yang di pandangnya saat ini. Mulutnya serasa bergetar dan lidahnya pun kelu, namun dalam beberapa detik kemudian Shiro mulai berbicara dan yang di pandang Shiro hanya tersenyum.

"Kazuma-sama? Ini benaran anda? Saya tidak sedang bermimpi kan?"

"Ini nyata, tadaima Shiro." Ucap Kazuma dengan tersenyum.

'Senyumnya mirip dengan bocah nakal itu.' Ucap Tsukasa di dalam hatinya.

"Kazuma-samaaaa.... Aitakata, aitakata Kazuma-samaaa.... Nee.. Nee... Oshiete... Bagaimana caranya anda kembali? Apa yang sebenarnya terjadi? Bukan kah waktu itu anda sudah di musnahkan oleh bangsawan sialan itu, tapi anda sekarang hidup. Apa anda bangkit dari kematian?" Shiro menduselkan kepalanya pada paha Kazuma, membuat si empu tertawa dengan terbahak bahak.

"Rasanya seperti dejavu." Gumam Tsukasa ketika memperhatikan keadannya saat ini. Dimana dia hanya berdiam diri dan di buat bingung dengan apa yang sedang terjadi saat ini. (Seperti di chap 32)

"Panjang sekali ceritanya, setelah makan nanti aku akan ceritakan pada mu. Nah Shiro, bisa katakan padaku siapa pemuda ini? Lalu dimana Akihito anak ku dan Rachel istriku?" Pertanyaan Kazuma mengundang sedih bagi Shiro, dan Kou yang sedang memasak pun mendengar jelas percakapan mereka. "Ada apa dengan wajah mu?" Tanyanya lagi.

"Kazuma-sama, tolong jangan bersedih. Rachel-sama telah tiada tak lama setelah anda di nyatakan lenyap oleh para bangsawan. Lalu Akihito-sama, ia juga telah tiada sekitar 16 tahun yang lalu." Tutur Shiro menjelaskan. Kazuma mengepalkan ke dua tangannya, nampak sangat emosi yang terlukis jelas di wajah tampannya.

"Jadi, aku sekarang sendirian ya..." Emosi Kazuma kini berubah menjadi kesedihan. "Rachel... Akihito... Maafkan aku yang tidak bisa menjaga kalian."

"Kazuma-sama tolong jangan bersedih, anda masih memiliki satu keturunan yang masih hidup hingga sekarang, anak itu selama hidupnya telah berjuang dengan sangat keras." Ujar Shiro yang membuat Kazuma menatapnya penuh dengan keseriusan.

"Apa Akihito punya adik? Kenapa aku tidak tau soal itu? Siapa namanya? Dimana dia sekarang?"

"Bukan adik, tetapi anak dari Akihito-sama. Namanya Zora-sama, mungkin saat ini anak nakal itu, maaf maksud saya, Zora-sama sedang pergi bermain seperti biasanya."

'Aah aku paham sekarang, jadi yokai ini adalah kakeknya Zora yang sudah di kira tiada. Pantas tadi saat datang ia bersikeras mengaku bahwa ini adalah rumahnya, rupanya begitu.' Monolog Tsukasa di dalam hatinya.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang