Chap 45

129 24 0
                                    

Seminggu tlah berlalu, selama satu minggu itu Zora merasa terganggu dengan kesehariannya di sekolah. Zora slalu menjadi trending topik pembahasan murid murid, entah kapan semua itu surut, Zora sudah lelah. Zora merindukan hari hari dimana ia slalu sendiri dan tidak ada yang perduli dengan dirinya.

Pagi ini Zora datang bersama dengan Suichi menuju kerajaan Glavador. Tsukasa memilih untuk diam di rumah dan mencoba mencari pekerjaan sekalian jalan jalan di desa, sudah dua minggu ia menetap di kerajaan Quart. Jadi, Tsukasa harus berhadaptasi kan.

Oh ya benar, Shiro dan Kou juga ikut serta. Shiro menaiki pundak Zora sedangkan Kou berjalan di belakang Zora. Karena yang mereka tau Zora masih belum bisa bicara, jadi akan sangat berbahaya jika mereka tidak berada di sisinya.

Di dalam istana sangatlah ramai orang, mereka semua kini tengah menyantap makan siang. Karena penobatan Farel sebagai raja telah berlangsung pagi tadi.

Zora menghampiri kakeknya itu dengan tersenyum, menyerahkan seikat bunga yang ia beli di jalan tadi dan menyerahkannya kepada Farel.

"Selamat kek karena sudah menjadi raja, aku tidak lupa dengan janji ku. Nanti saat aku pindah kesini, aku akan memperkenalkan kakek dengan tengu yang ku kenal."

"Terima kasih banyak Zora, dan kakek merasa senang mendengar kau akan pindah ke sini. Kakek sudah dengar semua ceritanya dari Yuzu tentang apa yang mengalami mu.

Kakek memerintahkan Yuzu untuk mencari tau siapa pelakunya, tapi sampai saat ini masih belum dapat di temukan. Bagaimana keadaan mu sekarang? Perlukah nanti kakek panggil dokter kerajaan untuk memeriksa mu?"

"Jangan cemaskan itu kek, aku baik baik saja. Kakek tidak perlu memanggil dokter kerajaan, karena dokter kak Suichi sudah merawat ku dengan baik."

"Kakek berharap smoga kau lekas sembuh, kau akan bermalam disini kan? Besok hari minggu, sekolah mu juga libur kan."

"Ya, aku berencana menginap disini bersama dengan kak Suichi."

"Nanti malam ada yang ingin kakek kenalkan dengan mu. Sekarang kamu nikmati saja makan siangnya." Zora hanya menganggukan kepala tanda setuju.

Malam hari di suatu ruangan yang berada di dalam istana...

"Zora, Suichi, kenalkan ini istri ku namanya Clara, dan yang di sampingnya itu anak ku namanya Giovani." Tutur Farel memperkenalkan.

"Astaga Suichi sudah besar ya sekarang, terakhir kita bertemu saat acara pernikahan kita ya sayang, berapa ya usianya saat itu... Satu atau dua tahun ya?" Ucap Clara.

"Jadi saat paman dan bibi menikah dulu, aku sudah lahir ya?" Tanya Suichi.

"Ya, kau begitu menggemaskan dulu. Dan ini Zora ya? Kenalkan nama ku Clara, dulu aku dan Farel pernah menikah, karena suatu masalah kita jadi berpisah dan kembali bersama lagi saat ini." Ujar Clara sambil mengusap lembut surai Zora.

"Hai Zora, kenalkan aku Giovani. Bagaimana keadaan mu?"

"Salam kenal nenek, dan paman Giovani. Keadaan ku sangat baik sekarang, ngomong ngomong, dimana kakek buyut?"

"A-aku di panggil paman? Sedangkan Suichi di panggil kakak..." Eluh Giovani dan hanya di timpali senyuman oleh Zora dan kekehan Suichi.

"Kakek buyut mu sebentar lagi datang..."

Belum selesai Farel berkata, Kano sudah datang ke ruangan tersebut. Matanya yang melihat Zora, membuat expresi wajahnya berubah menjadi tak suka. Senyuman yang terpampang ketika memasuki ruangan itu, segera hilang entah kemana.

"Kakek buyut apa kabar? Lama tidak berjumpa. Aku membawakan oleh oleh untuk mu, semoga kakek menyukainya."

Setelah menunjukkan kertas kepada Kano, kini Zora menyerahkan sebuah bingkisan yang berisikan entah apa, hanya Zora yang tau yang ia katakan bahwa itu oleh oleh darinya.

Kano menatap Zora masih dengan ketidak sukaannya, namun ia menerima bingkisan dari cicitnya itu. Bukan karena Kano munafik atau apa, namun karena keluarganya sedang berkumpul disini, anak, menantu, cucu kebanggaannya serta cucu keponakannya, yang membuat mau tak mau Kano menerimanya.

"Jangan memandang ku seperti itu kek, meski rencana kakek gagal, tapi setidaknya ada satu keinginan mu yang terwujud, dan seperti yang kakek lihat, ini bukanlah sandiwara.

Haaah asal kakek tau, ini menyesakkan, bahkan terkadang terasa sakit, membuat ku sulit untuk tidur. Andai aku tidak menghormati mu sebagai kakek buyut ku, aku sudah mengatakan yang sebenarnya kepada yang lainnya."

Kano meremat kertas yang di berikan pada Zora secara diam diam bersamaan dengan bingkisan tersebut. Zora yang sedang bebaur dengan Giovani dan Suichi, mendapatkan sorotan tajam dari Kano.

Entah sampai kapan Kano akan membenci keturunannya yang satu ini. Hanya karena mengalir darah yokai, lantas ia memperlakukannya dengan berbeda. Kano mengabaikan kenyataan bahwa darahnya juga turut mengalir pada tubuh Zora!

Sementara sang cicit, sangat berharap bahwa kakek buyutnya dapat menerima dirinya dan mengakuinya.

Zora menginginkan harapan kakek dan neneknya itu dapat terwujud, dimana manusia dan yokai dapat bersatu.

Karena, mungkin hanya di Glavador yokai lebih banyak di buru dan di musnahkan, tanpa perduli apakah dia yokai baik atau jahat. Itu karena Kano terlalu membenci yokai, baginya... Makhluk yang pantas hidup di muka bumi ini hanyalah manusia dan bukan makhluk aneh, yang tidak dapat di lihat oleh semua manusia.

"Ayah, aku meminta izin keluar istana bersama dengan Suichi dan juga Zora." Pinta Giovani dengan sopan.

"Ya pergilah, ajak mereka berkeliling dan jangan pulang terlalu larut. Pinta pengawal untuk menjaga kalian." Ucap Farel.

"Maaf ayah, tapi kami hanya ingin pergi bertiga saja tanpa pengawal. Boleh ya ayah?" Giovani memandang ayahnya dengan sendu, berharap sang ayah dapat memenuhi keinginannya.

"Aku juga mohon kepada kakek, jika ada pengawal itu rasanya tidak enak. Rasanya aku tidak dapat bergerak bebas, yaa meski pun aku belum pernah merasakan di kawal seperti apa."

"Kalau aku sih terserah saja, mau di kawal atau tidak aku tidak masalah sama sekali." Saut Suichi. Farel menghela nafasnya, ia memijat keningnya yang tak begitu pusing.

Anaknya ini slalu saja meminta untuk tidak di kawal ketika ia ingin jalan jalan keluar istana, katanya "Tidak ada yang mengenali ku sebagai anak ayah, jadi tidak masalah jika aku keluar tanpa pengawal. Lagi pula aku lelah yah, dulu di kerajaan Antaris aku slalu di kawal 24 jam nonstop.".

Dan ucapannya itu selalu berhasil membuat Farel memenuhi harapan anaknya, tentu itu yang di katakan pada Farel kepada Giovani. Tapi pada kenyataannya, Farel memerintah bawahannya untuk mengawal Giovani dari jarak yang tidak ia sadari.

Bagaimana pun juga, Giovani anak semata wayangnya, ia tidak mau ada hal buruk terjadi padanya. Ingin memiliki anak lagi, itu tidak mungkin, mengingat usianya dengan Clara yang tak lagi muda.

"Ya ya pergilah kalau begitu." Ucap Farel yang membuat Giovani dan Zora tersenyum. Baru beberapa langkah mereka pergi, Farel sudah memerintahkan anak buahnya yang berada disana untuk mengawasi mereka bertiga. Tanpa suara, hanya memerintahkan melalui matanya, anak buah itu sudah paham dan segera pergi untuk mengawal.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang