Chap 31

122 23 0
                                    

Belum lama Zora terlelap dalam tidurnya, seperti biasa sudah ada yokai yang mengganggunya, itu berarti Shiro tidak ada di rumah sehingga para yokai yang mengincar Zora akan sangat mudah untuk masuk karena perisai pelindung yang Shiro buat tidak mudah di masuki yokai rendah. Tapi jika yokai itu kuat layaknya Shiro atau Kou, bahkan kekuatannya nyaris mendekati, mereka dapat masuk dengan sedikit berusaha.

"Gubraak... Braaak..."

Terdengar kegaduhan dari dalam kamar Zora, Tsukasa yang masih terjaga merasa terganggu. Ia sempat berpikir mungkin Zora sedang berkelahi dengan Shiro.
Tapi ketika Tsukasa hendak mengabaikan keributan itu, ia mencium bau yokai yang begitu menyengat dan suara yang baru di dengarnya. Perkataan yang terucap itu membuat Tsukasa beranjak dari kasur dan berlari menuju kamar Zora.

"Berikan darah mu Zora... Zora...!"

Zora keluar dari kamar, ia menuju ruang santai dan membuka pintu disana. Ia berlari di halaman ke arah keluar, di saat bersamaan Tsukasa yang melihat ikut serta berlari untuk menyusul Zora.

Hari sudah larut malam, Zora sudah sangat lelah meski pun seharian ini pekerjaannya hanya melamun dan entah kemana perginya pikirannya itu.

Langkah kaki Zora mulai melambat, kedua matanya tak kuasa lagi untuk terbuka. Jika ia keluarkan kekuatannya untuk memusnahkan yokai tersebut, ia dapat pulang sekarang dan tidur dengan nyenyak. Tapi permasalahannya, dengan kesadarannya yang sudah menipis, apakah ia bisa menggunakan kekuatannya itu? Bisa bisa, belum sempat Zora menggunakan kekuatannya, yokai itu lebih dulu menyerang Zora dan meminum darahnya.

"Argh sial..." Umpat Zora yang tak tertahankan. "Bruuukk..." Pada akhirnya Zora terjatuh dan ke dua matanya sudah tertutup.

Yokai itu menyeringai, ia mempercepat gerakannya hendak menyerang Zora yang sudah tersungkur.
Tanpa yokai itu sadari, sebuah kertas mantra terbang ke arahnya dan memusnahkannya menjadi abu dalam sekejab mata.

"Zora...." Tsukasa berteriak dan menghampiri Zora, tapi saat ia sudah tiba disana... Ia melihat seorang pria tengah menggendong Zora bagaikan koala.

"Kau siapa? Apa yang kau lakukan pada Zora?" Tsukasa bertanya kepada pria di hadapannya itu yang sama sekali tidak di kenalinya.

"Aku Suichi kenalannya, kau siapa? Baru ini aku melihatmu." Balik tanya Suichi.

"Aku seorang pengembara, dan kebetulan aku tinggal di rumahnya Zora sekarang." Suichi dan Tsukasa berjalan bersama menuju rumah Zora.

"Kalau boleh tau, apa tadi kau yang menggunakan kertas mantra? Kau seorang bangsawan?" Tsukasa bertanya mengisi kesunyian di sepanjang jalan.

"Ya benar, kalau kau tau soal itu berarti kau juga bangsawan?"

"Ayahku yang bangsawan, tapi aku di buang oleh ayah selain karena aku itu 'kecelakaan' aku hanya bisa melihat yokai dan tidak memiliki sihir layaknya para bangsawan.

Karena di buang dan ibu ku juga tidak menerima kehadiran ku, aku pergi mengembara sejak usia ku tujuh tahun. Hidupku sungguh tidak punya tujuan, sampai akhirnya Zora menawarkan ku untuk tinggal di rumahnya."

*kecelakaan yang di maksud adalah anak yang lahir di luar nikah*

"Zora? Anak ini?" Tsukasa hanya menganggukan kepala sedangkan Suichi nampak tidak percaya.

"Aku tidak dapat percaya sampai dia sendiri yang mengatakannya."

"Kenapa?"

"Dia terlihatnya saja seperti anak baik, tapi dia itu anak yang tidak akan dengan mudahnya menawarkan sesuatu jika itu melibatkannya. Yaa lambat laun kau pasti akan tau seperti apa dirinya."

Sesampainya di rumah, Suichi segera membaringkan tubuh Zora di kamarnya dengan menyelimuti tubuhnya hingga ke leher.

"Tidak perlu membawanya ke tabib?" Tanya Tsukasa cemas akan keadaan Zora.

"Tidak perlu, anak itu hanya tertidur." Suichi menutup pintu kamar Zora.

"Apa kau tau kenapa dia di kejar oleh yokai?"

"Itu sudah hal biasa baginya, tidak ada yang tau penyebabnya apa selain dirinya dan juga pengikutnya. Baiklah, aku harus pulang karena ini sudah larut."

"Tidak menginap? Karena sudah larut lebih baik menginap."

Suichi nampak berpikir... "Baiklah, aku akan menginap saja."

Pagi pun tiba, tercium aroma masakan yang sangat harum hingga membuat Zora terbangun. Dengan rambutnya yang berantakan, matanya yang sesekali masih terpejam, ia keluar dari kamar menghampiri aroma masakan tersebut.

"Kau sudah bangun? Sini duduk dekatku sambil menunggu masakannya matang." Zora hanya mengangguk tanpa melihat siapa orang yang bicara tersebut.

"Hoaaam..." Zora menguap dan kembali memejamkan matanya, tubuhnya terjatuh pada pangkuan kaki orang yang di sampingnya.

"Dasar anak kecil." Ujar orang tersebut yang membuat kedua mata Zora terbuka lebar seakan rasa kantuknya hilang.

Dengan segera ia membenarkan posisinya untuk duduk dan menghadap ke orang yang berada di sampingnya. "Siapa yang kau panggil anak kecil hah?!"

Orang tersebut hanya tersenyum memandang Zora. "Eh kak Suichi, apa yang kau lakukan pagi pagi di rumah ku?" Tanya Zora dengan nada lembutnya.

Dengan menunjukkan rasa letih, Suichi berkata... "Astaga lihat ini, tubuhku terasa hancur sekali akibat tengah malam menggendong seorang anak kecil, oh bukan dia bukan anak kecil lagi katanya.

Yaa intinya semalam aku habis menggendong jauh orang itu hingga ke rumahnya. Ku kira orang itu sekarat, rupanya dia sedang asik tidur di tengah jalan setelah lelah bermain main, mungkin. Dan sekarang aku bahkan tidak mendapatkan ucapan terima kasih darinya malah mendapatkan bentakan."

"Eeh aku jadi tau kalau seorang bangsawan rupanya sangat lemah secara fisik ya, hanya menggendong seseorang saja langsung kesakitan badannya."

"Haaah... Sudah lupakan saja, beruntung semalam aku baru pulang dari patroli keamanan jadi aku bisa segera menolong mu. Bagaimana jika tidak ada aku?"

"Saat ini aku pasti tidak berada disini duduk manis menanti sarapan matang." Perkataan itu membuat Suichi memijat keningnya, ia tidak tau bagaimana cara membuat Zora agar mengutamakan keselamatannya.

Sudah sejak kecil menjadi target para yokai, kenapa dia tidak juga berpikir untuk menyelamatkan diri, dan lebih berhati hati. Kalau Shiro tidak ada kenapa tidak meminta Kou untuk datang menjaganya.

"Ngomong ngomong paman, kau bisa memasak rupanya? Aku tidak menyangkanya, apa masakan mu enak?" Lanjut Zora berkata kepada Tsukasa.

Tsukasa yang selesai memasak sarapan, kini ia pindahkan ke meja makan satu persatu.

"Kau meragukan kemampuan memasak ku? Aku sudah hidup belasan tahun mengembara di luar sana, pengalaman ku banyak dan tentu saja aku pandai memasak."

"Eee benarkah? Baiklah aku akan mencobanya."

Zora, Suichi dan Tsukasa kini memulai sarapan mereka. Suapan pertama Zora membuat ia diam sejenak dengan mata terbelalak.

"Apa apaan ini? Kou!" Zora memanggil Kou dan seketika Kou datang di sisinya.
"Ada apa Zora-sama?" Tanya Kou, Tsukasa yang merupakan orang baru dalam kehidupan Zora, tentu saja kaget dengan kedatangan Kou secara tiba tiba hingga membuatnya tersedak dan Suichi memberikannya segelas air kepadanya.

"Coba dan rasakan, masakan paman ini jauh lebih enak dari masakan mu dan juga Shiro, kau harus berguru dengannya." Titah Zora yang mencoba masakan Tsukasa dan mengangguk setuju akan pendapat Zora.

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang