Chap 98

73 15 1
                                    

Beberapa hari sejak kedatangan Afdi, Juana sama sekali tidak mengganggu Zora. Bahkan ketika berpapasan ia hanya buang muka dan menganggap Zora tak berada di sana. Hal tersebut membuat Aoi dan Vero merasa lega, dan berharap agar selamanya seperti ini. Vero sudah kenal Juana sejak kecil, jadi ia sangat paham seperti apa wataknya. Jika ia tidak menyukai seseorang, maka ia akan mengabaikannya. Namun jika menurutnya lucu untuk di jadikan bahan mainan, maka ia akan mengganggu dan merundungnya, seperti halnya yang ia lakukan kepada Zora. Jadi tujuan Juana dan Vero mengusik Zora, sudah terbukti berbeda.
Beda halnya dengan dua pria tampan itu, Zora justru merasa aneh jika Juana secara tiba tiba berubah. Ia bahkan mengharapkan Juana mengganggunya lagi. Menurut Zora, hari harinya terasa kurang bila tak di ganggunya. Setelah mendapatkan jitakan dari Aoi ketika Zora berucap seperti itu, Zora pun merubah perkataannya. "Yaaah... Sangat nyaman sekali hidup seperti ini tanpa ada yang mengganggu, ku harap kedamaian ini berlangsung selamanya." Tutur Zora.

"Oh ya Vero, kau kan sudah lama kenal Juana. Apa menurut mu ini tidak terlalu aneh? Tiba tiba saja dia berhenti dengan sendirinya, apa itu baik baik saja?" Tanya Aoi kepada Vero.

"Selama yang aku tau sih, dia akan berhenti seperti ini ketika dia sudah bosan atau mendapatkan mainan baru. Jadi mungkin saja ini baik baik saja." Jawab Vero yakin.

"Smoga saja..."



Sementara itu, secara diam diam Vero masih mencari tau di mana Zora tinggal. Ia tidak pernah bertanya secara langsung, ia menyuruh orang untuk mencari tau. Bahkan terkadang Vero diam diam membuntutinya, namun aksinya tidak pernah tuntas karena ia merasa lelah mengikuti Zora yang hanya berjalan berkeliling. Fikir Vero, Zora pasti menyadari ada seseorang yang mengikutinya, jadilah Zora tak segera pulang dan hanya berputar putar. Vero hanya belum tau saja kalau Zora itu buta arah, dia mudah melupakan jalanan meski pun jalanan tersebut slalu di lewatinya setiap hari.








"Bagaimana, kau sudah mendapatkan orang bayarannya?"

"Tentu saja, itu hal yang mudah sekali."

"Kapan pun mereka siap, asal bayarannya tidak kurang."

"Soal bayaran itu gampang, hal kecil bagi ku. Aku bahkan siap bayar dua kali lipat jika pekerjaan mereka memuaskan. Aku jadi tidak sabar melihatnya sangat menderita."

"Sama, kita berdua juga tidak sabar menantikannya."
















"Hachooou..." Zora mendadak bersin tanpa sebab.

"Flu?" Tanya Vero.

"Tidak, aku merasa kalau aku sehat sehat saja. Entah kenapa tiba tiba bersin, mungkin ada debu yang ku hirup tanpa disengaja." Jawab Zora. "Oh ya Vero, dua hari ini aku melihat mu berada di pusat belanja dengan mengendap endap. Apa yang kau lakukan? Membuntuti seseorang? Atau ingin mencuri?" Sambung Zora bertanya.

Vero nampak gugup, 'Tidak mungkin, bagaimana bisa aku ketahuan semudah ini?' batin Vero.

"Hai Vero... Aku sedang bertanya, kenapa kau gelisah seperti ini? Apa jangan jangan benar kalau kau hendak mencuri?" Ucap Zora tak percaya.

"Tentu saja bukan! Tidak mungkin aku melakukan hal tercela seperti itu!" Elak Vero dengan tegas.

"Tapi belum lama ini kau membuli ku, bukan kah itu tindakan yang tercela?"

Vero seakan tersambar petir dengan perkataan Zora tersebut. "Itu karena salah mu, aku kan sudah bilang sebelumnya. Aku melakukan itu karena tidak suka melihat mu yang bersikap tidak sopan di hadapan yang mulia yang sedang memberikan kata sambutan untuk kita semua!"

"Apa itu masih membebani mu?"

"Jujur saja, sudah tidak lagi. Tapi!!!! Jika aku melihat mu lagi bersikap seperti itu, maka aku akan menghajar mu agar kau tau sopan santun dan menghormati yang mulia!"

The Blood (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang